Rabu, 23 Juni 2010

Bunga

Bunga itu tertunduk layu pada potnya. Warnanya mulai memudar. Helai-helai daunnya tampak kering, beberapa bahkan sudah tanggal dari tangkainya.

Pot itu kini teronggok di pojok, hampir tak terlihat dan tak mencolok. Pot baru yang berisi bunga segar nan cantik berseri berdiri riang menggantikan posisi kesayangan sang majikan di ambang jendela kamarnya.

Bentuknya yang mutakhir, warnanya yang cemerlang, sampai pada potnya yang tampak bersih mengkilap kelihatan pantas bertengger di sana. Sang majikan tak pernah lalai menyiraminya dengan air yang menyejukkan dan memberinya pupuk yang menyehatkan dan kian menonjolkan kecantikan si bunga baru.

Seandainya bunga bisa menangis, ia akan menangis. Meratapi kesederhanaan dirinya, meratapi kenangan yang seolah tak bernilai bagi sang majikan, dan meratapi kematiannya yang kian mendekat dan tak dapat ditampiknya.

Dia berjuang semampu dia bisa. Dicobanya untuk memancarkan sisa-sisa warnanya. Dicobanya untuk menghisap apa yang bisa didapatnya dari tanah kering yang ditempatinya. Dicobanya untuk menebarkan keharumannya meski hal itu akan menghabiskan seluruh tenaganya.

Sang majikan pun tak tega untuk membuangnya. Bunga kecil yang diperolehnya saat ia masih belum mempunyai apa-apa. Bunga kecil yang selalu ada di sana walaupun tidak membanggakan dan terkadang merepotkan. Mungkin itulah sebabnya sampai kini ia masih menaruhnya di pojok yang berdebu, meski sebisa mungkin tak dipandangnya.

Pagi itu, setelah melalui satu lagi malam yang begitu gelap dan membekukan, seperti biasa si bunga kecil berusaha mengangkat wajahnya untuk melihat sekilas bayangan sang majikan yang selalu membuka jendelanya di pagi hari.

Tak seperti biasanya, pagi itu embun terasa begitu menyejukkan. Tak seperti biasanya pula, pagi itu semua gerakan terasa begitu mudah. Si bunga kecil bisa mengangkat wajahnya, mengembangkan daun-daunnya, meliukkan batangnya.

Betapa cerahnya mentari bersinar pagi ini. Betapa ringan tubuhnya. Betapa cantiknya dirinya. Begitu ringan sehingga ia merasa dapat melayang. Dikembangkannya daun-daunnya yang lebat dan segar. Ditengadahkannya wajahnya yang berseri dan cemerlang kea rah matahari, dan ia pun terbang. Semakin tinggi ke angkasa, meninggalkan pot yang selama ini menjadi rumahnya. Meninggalkan semua cinta dan kepedihannya menuju sepasang tangan yang terbuka dan seraut wajah yang tersenyum menyambutnya pulang.

Tak dilihatnya lagi apabila sang majikan menghela napas lega memandang sisa-sisa tubuhnya yang telah tak bernyawa dan menyingkirkannya dengan segera. Tak dilihatnya pula apabila sang majikan menangis dan merindukan kenangan bersamanya.

Kini hanya kedamaian yang dirasakannya. Tak ada duka, tak ada kesakitan, tak ada penyesalan.
Untuk semua bunga yang terluka…
Untuk semua bunga yang telah memudar…
Untuk semua bunga yang berjuang…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar