Rabu, 23 Juni 2010

Bahasa Kasih

Setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk menyatakan atau menunjukkan kasihnya kepada orang-orang di sekitarnya. Memang ada banyak cara untuk menyatakan kasih, akan tetapi sayangnya seringkali pernyataan cinta ini disalah artikan atau tidak disadari oleh orang yang menerimanya. Padahal memahami bahasa kasih ini juga adalah salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang sangat penting dalam memastikan kelancaran hubungan dan interaksi antar manusia.

Sebetulnya ada referensi ilmiah mengenai bahasa kasih ini, dan mungkin ada yang akan melengkapi artikel ini nantinya. Tapi saya sebagai orang awam akan mencoba membahasnya sedikit karena seringkali dalam kehidupan sehari-hari justru kesalahpahaman mengartikan bahasa kasih ini seringkali menjadi pemicu timbulnya konflik dalam suatu hubungan, khususnya hubungan suami istri atau kekasih, tetapi tak jarang juga terjadi dalam hubungan persahabatan atau hubungan antara orang tua dan anak.

Ada beberapa bahasa kasih yang paling umum kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari, di antaranya :
1. Bahasa verbal atau dengan kata-kata. Ini adalah cara mengungkapkan perasaan kasih yang paling mudah dimengerti dan diterima, bisa berupa perkataan secara lisan maupun tulisan. Sayangnya, tidak semua orang dapat secara langsung mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Banyak di antara kita yang merasa malu atau gengsi untuk mengucapkan ‘I love you’ bahkan pada orang terdekat kita sekalipun. Beberapa orang malah menyalahgunakan pernyataan kasih ini dan mengumbarnya untuk mendapatkan keinginannya tanpa menghargai makna kasih itu sendiri. Atau sebaliknya beberapa orang menganggap pernyataan cinta dengan kata-kata sebagai sesuatu yang ‘gombal’.

2. Sentuhan. Ini adalah cara menyatakan perasaan kasih kita kepada seseorang dengan kontak fisik atau sentuhan. Bisa berupa belaian, pelukan, gandengan, ciuman, atau bentuk-bentuk sentuhan lainnya secara langsung maupun tak langsung. Sentuhan tak langsung misalnya ada orang yang senang memakai pakaian pasangannya pada saat pasangan tersebut tidak berada di rumah.


3. Perhatian. Perhatian bisa berupa nasihat, bisa berupa sms atau telepon, bisa juga berupa tindakan seperti mengambilkan makanan/minuman, memijati waktu pasangan sakit badan, mengantarkan ke dokter, dan lain-lain. Kadang-kadang justru bentuk perhatian ini tidak dirasakan sebagai sesuatu yang positif oleh penerimanya. Misalnya omelan orang tua agar anaknya menjadi lebih baik. Hal ini dilakukan karena orang tua menyayangi si anak tetapi bagi si anak rasanya tidak menyenangkan.

4. Pelayanan. Bentuk pernyataan kasih dengan pelayanan hampir mirip dengan perhatian, bedanya perhatian cenderung bersifat praktis dan sesuai kebutuhan, sedangkan pelayanan lebih bersifat memanjakan dan diberikan tidak berdasarkan kebutuhan. Misalnya memijat suami sambil menonton TV bersama. Memakaikan dasi dan mengancingkan kemeja suami (padahal si suami 100% sehat dan mampu melakukannya sendiri). Contoh lain misalnya membawakan sarapan dan koran ke tempat tidur di pagi hari, atau menyuapi buah-buahan atau camilan. Kebayang kan bedanya?

5. Kebersamaan. Orang yang mempunyai bahasa kasih kebersamaan paling merasakan kuatnya perasaan kasih saat berada atau melakukan sesuatu bersama-sama dengan orang yang dikasihinya. Tipe orang-orang begini biasanya ingin ditemani saat melakukan aktivitasnya dan juga ingin terlibat dengan kegiatan pasangannya.

6. Hadiah. Suatu cara pernyataan kasih yang cukup digemari karena praktis dan kadang tidak memerlukan interaksi langsung (hadiah bisa dikirim atau diantar oleh kurir, misalnya). Hadiah bisa berupa makanan, benda, bunga, dan lain-lain. Kelemahan dari cara ini adalah seringkali cara ini dipakai sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan dengan tidak tulus. Misalnya suami yang merasa bersalah karena suatu hal atau untuk menghentikan omelan atau pertanyaan dari sang istri. Ia lalu membelikan hadiah mahal untuk membungkam omelan atau kecurigaan sang istri. Kelemahan lainnya, hal ini bisa dimanfaatkan pihak yang diberi untuk meminta ini dan itu (di sinilah muncul istilah cewek/cowok matre, karena mereka tahu persis kelemahan orang yang mempunyai bahasa kasih dengan memberikan hadiah ini).

Sebetulnya masih ada bentuk-bentuk lain dari bahasa kasih seperti bahasa tubuh (tatapan mata, dan sebagainya), bahasa kasih yang bersifat spiritual, dan sebagainya. Akan tetapi beberapa bahasa kasih di atas adalah yang paling umum dan paling berperan dalam interaksi dan komunikasi sehari-hari.

Banyak kesalah pahaman dan ketidak selarasan terjadi karena kedua belah pihak tidak menyadari perbedaan cara mengungkapkan kasih ini. Sebagai contoh akan saya coba gambarkan beberapa kasus yang kerap terjadi. Misalnya seorang istri memiliki bahasa kasih sentuhan, kebersamaan dan pelayanan. Sedangkan bahasa kasih yang kerap dipakai suaminya adalah perhatian dan hadiah. Contoh kasus:

1. Si istri merasa tidak enak badan dan ingin dimanja, ingin dipeluk dan ditemani (sesuai dengan bahasa kasihnya, sentuhan, kebersamaan dan pelayanan). Begitu dia mengutarakan bahwa dia merasa agak tidak enak badan, suami yang mengasihinya akan menyatakan kasihnya dengan caranya (perhatian) sebagai berikut :
• Memarahi karena bekerja terlalu capek dan kurang tidur.
• Mengambil obat gosok dan mengurut badan si istri yang pegal-pegal sampai si istri berteriak-teriak kesakitan. “Tahan!” kata si suami, “Ini ototnya pada tegang karena kecapean, jadi harus diurut supaya lemas lagi & ngga pegal-pegal.”
• Memaksa si istri meminum obat dan menyuruhnya tidur supaya lekas sembuh.
Reaksi si istri:
• Sedih karena dimarahi, padahal lagi sakit.
• Kesakitan dan kesal karena diurut, padahal penginnya dipeluk dan dielus-elus.
• Merasa tidak disayang karena ditinggal tidur sendiri, lampunya dimatikan, pintunya ditutup pula.
Akhirnya si istri jadi cemberut dan si suami merasa heran karena si istri marah-marah tanpa sebab, akhirnya suami jadi ikut kesal dan marah-marah juga.

2. Si istri berulang tahun. Si suami karena orangnya sibuk dan praktis, belum memberikan apa pun di hari jadi sang istri. Dia menanyakan kepada istrinya, “Mamah pengin hadiah apa?”
Si istri menjawab, “Pengin titip anak-anak ke ibu, biar kita bisa berduaan di rumah.”
Jadilah anak-anak dititipkan ke ibu. Malam itu si istri memesan pizza dengan tujuan supaya tidak usah memasak dan lebih banyak waktu untuk mengobrol dan berduaan.
Dengan manja si istri duduk merapat pada si suami, menyuapkan pizza ke mulut suaminya sementara si suami menonton televisi karena ada pertandingan siaran langsung sepak bola. Lama kelamaan si istri merasa sebal karena merasa tidak dipedulikan si suami. Akhirnya si istri mengajak si suami tidur dengan bayangan akan terjadi percintaan yang hangat dan romantis.
Ternyata di kamar si suami kembali menyalakan televisi dan menanggapi rayuan si istri secara sambil lalu. Akhirnya si istri tidur dengan kesal sambil memunggungi si suami. Hancurlah hari ulang tahunnya.
Setelah pertandingan sepak bola selesai si suami mulai menggerayangi tubuh si istri sambil membangunkannya, “Mamah… katanya mau bercinta?”
Si istri menampik tangan suaminya dan dengan ketus menjawab,” Ngga mau, ngantuk!”
Dengan bingung dan sedikit kesal si suami pun tidur.
Keesokan harinya si suami memberi hadiah untuk istrinya. “Kok? Kapan kamu beli hadiahnya?” si istri merasa agak senang dengan perhatian sang suami meskipun terlambat.
“Aku titip uang sama adikku. Dia yang beliin, kamu lagi butuh tas kan?” perasaan si istri langsung menyurut lagi sampai ke dasar jurang. Bibirnya pun maju 3 cm. Si suami merasa agak terluka, “Kamu ngga suka tas ya? Kalo gitu mau apa dong?”
“Ngga mau apa-apa! Kalo ngga niat mendingan ngga usah beli kado segala!” si istri menjawab dengan ketus lalu masuk ke kamar sambil menangis.
Akhirnya? Terjadilah pertengkaran yang sebenarnya tidak jelas siapa yang salah.

Dan masih banyak lagi kasus-kasus kecil setiap hari menjadi pemicu keributan. Masing-masing merasa pasangannya tidak mau mengerti dirinya atau tidak mencintainya. Hal ini sebenarnya bisa dihindari kalau saja setiap pihak mau menelaah dan memahami bahasa kasih yang dipakai oleh pasangannya. Pertama dia akan menyadari dan menerima saat pasangan menunjukkan perhatian atau kasih sayang dengan caranya. Kedua dia bisa menyenangkan pasangannya dengan memberikan perhatian yang sesuai dengan bahasa kasih yang dikuasainya.

Ilmu komunikasi yang sederhana ini ternyata berperan cukup besar dalam kelancaran suatu hubungan. Saya sendiri pun sempat mengalaminya di awal-awal hubungan dengan suami. Tetapi setelah kami berdua belajar untuk saling memahami, semua bisa berjalan dengan lebih baik dan menyenangkan. Semoga bermanfaat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar