Bagi umat Kristiani, perayaan terbesar tentunya adalah Natal dan Paskah. Yang pertama adalah hari kelahiran Kristus, yang terakhir adalah hari kebangkitan Kristus dari maut.
Banyak dari kita hanya mengikuti perayaan-perayaan itu dengan begitu saja. Seringkali justru kita lebih mementingkan kemeriahan perayaannya daripada merenungkan makna dari Hari Natal atau Paskah itu sendiri. Khususnya pada setiap perayaan Natal, seolah-olah setiap gereja berlomba-lomba mengadakan perayaan semeriah mungkin, dengan bintang tamu artis terkenal dan dekorasi super mewah. Setiap umat berlomba-lomba tampil segaya mungkin, tak jarang acara-acara seperti ini dijadikan ajang pamer mobil dan pakaian, atau ajang ngeceng dan mencari pacar.
Selain itu biasanya diadakan acara makan-makan dan tukar kado atau memberikan hadiah pada keluarga dan teman-teman kita. Anak-anak pun menantikan hari ini karena pasti ada makanan enak dan hadiah menanti mereka baik di rumah maupun di gereja.
Alasannya? Merayakan kelahiran Tuhan Yesus. Kalau ulang tahun manusia saja dirayakan secara meriah, apalagi ulang tahun Tuhan kita. Bukankah demikian? Sebenarnya, tidaklah salah untuk merayakan Hari Natal dengan meriah, mengekspresikan rasa syukur dan sukacita kita atas kelahiran Sang Kristus selama kita menyadari apa arti Natal sesungguhnya dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita.
Akan tetapi Natal ini marilah kita mencoba merenungkan Natal dari sudut pandang yang berbeda. Pernahkan kita menempatkan diri kita di posisi Yusuf, Maria, bahkan Yesus sendiri yang mengalami kejadian ini dua ribu sekian tahun yang lalu?
Bayangkan seorang Yusuf, yang menerima perintah untuk melakukan sensus di kota tempat asalnya, yaitu Kota Betlehem. Sedangkan ia sendiri berdomisili di Nazaret (Lukas 2:1-5). Bukan suatu perjalanan yang mudah, karena jarak yang harus ditempuh cukup jauh dan satu-satunya kendaraan yang tersedia adalah seekor keledai untuk istrinya yang sedang hamil tua.
Di samping kelelahan fisik, saat itu juga Yusuf sedang bergumul dengan segenap dirinya, emosi dan perasaannya, karena istrinya Maria mengandung seorang anak yang bukan merupakan benih dirinya. Bahkan selama sembilan bulan kehamilan, ia tak sekalipun bersetubuh dengan istrinya. Bukan hal yang salah bagi seorang Yusuf kalau ia berpikir untuk menceraikan istrinya itu, akan tetapi Tuhan mengirimkan sebuah mimpi kepada Yusuf untuk menikahi Maria dan merawat anak ini karena Dia lah yang akan menyelamatkan manusia dari dosa (Mat 1:18-25). Haruskah dia mempercayai mimpi ini? Dan seandainya benar, sanggupkah ia menjadi seorang ayah yang baik bagi anak ini yang adalah Putra Allah sendiri? Suatu tanggung jawab yang luar biasa besar dan menakutkan, sedangkan kita sebagai orang tua biasa saja kadang merasa ragu dan khawatir tidak dapat menjadi orang tua yang baik bagi anak kita, apalagi anak pertama.
Apakah saat itu terbersit di dalam pikiran Yusuf untuk merayakan kelahiran putranya dengan meriah? Mungkin tidak. Apakah saat itu dia tahu apa yang harus dialami olah putranya sebagai Juru Selamat? Pasti berbagai dugaan dan kekhawatiran melintas di pikiran dan hati bapak yang satu ini di sepanjang perjalanan jauhnya dari Nazaret sampa ke Betlehem.
Kemudian sesampainya di Betlehem, tak satu pun penginapan mau menerima mereka sehingga akhirnya mereka terpaksa bermalam di kandang domba (Lukas 2:6-7). Sedangkan malam itu adalah saatnya Maria untuk melahirkan. Apa yang berkecamuk dalam pikiran Yusuf saat itu? Panik? Pasti. Dia harus menjadi bidan darurat tanpa pengalaman, dan kondisi kandang yang kotor dan bau tentunya sangat mengganggu. Apa yang akan dilakukan seorang calon ayah jika rumah sakit tempat istrinya akan melahirkan ternyata kotor dan bau? Protes? Marah? Khawatir? Frustasi? Mungkin semuanya.
Sekarang, mari kita bayangkan perasaan seorang Maria pada saat itu dalam keadaan hamil sembilan bulan, dia harus melakukan perjalanan jauh ke luar kota dengan menunggang keledai. Seorang wanita dalam keadaan hamil sembilan bulan itu pasti merasa sangat tidak nyaman karena selain bobot tubuhnya yang bertambah (dengan kisaran umum 10-20 kg), tulang punggung pun terasa sakit karena harus menahan beban perut yang membuncit ke depan. Di samping itu, seluruh organ tubuh akan terdesak ke atas dan ke bawah karena sebagian besar rongga tubuh diisi oleh bayi, air ketuban, dan rahim yang ukurannya membesar sampai lebih kurang lima puluh kali ukuran normalnya. Biasanya seorang wanita hamil sudah mengambil cuti dan beristirahat total begitu kehamilannya menginjak bulan kedelapan.
Selain itu Maria pun mengalami pergumulan yang sama dengan suaminya. Menjadi orang tua Sang Kristus? Tak semua orang sanggup mengemban tanggung jawab yang sedemikian besar. Belum lagi sejuta tanda tanya tentang karya penyelamatan yang harus dilakukan sang anak.
Ketika tiba saatnya melahirkan di kandang domba, Maria terbaring hanya beralaskan jerami kotor dan serakan kotoran ternak, tanpa pertolongan medis profesional. Di tengah kesakitan dan ketakutan, dia harus melahirkan anak pertamanya sendirian, hanya ditemani sang suami yang selama ini tidak pernah menyentuhnya. Secara psikologis sangat berat bagi seorang wanita menjalani proses kehamilan dan melahirkan tanpa kedekatan fisik dan emosi yang intens dengan sang suami.
Kemudian setelah sang bayi lahir dengan selamat dan ditidurkan di palungan (tempat makanan) domba, datanglah para gembala dan orang-orang majus untuk memberi hadiah dan penghormatan bagi Sang Juru Selamat. Terkejut dan bangga, tentunya perasaan Maria dan Yusuf karena ternyata putra mereka sungguh adalah Anak Allah yang dipercayakan kepada mereka. Bersamaan dengan itu perasaan gamang pun timbul karena mereka hanyalah manusia yang tidak mengetahui rencana Allah yang maha besar dalam kehidupan keluarga mereka.
Tetapi setelah itu, malaikat memerintahkan mereka untuk lari ke Mesir karena Herodes sedang mencari anak mereka untuk membunuhnya (Mat 2:13-15). Kembali perasaan mereka terombang-ambing oleh ketakutan dan kekhawatiran. Apalagi kondisi fisik Maria masih lemah pasca melahirkan, ditambah lagi harus membawa seorang bayi merah dalam perjalanan jauh. Pernahkah kita mengalami bepergian dengan seorang bayi? Bayi yang masih sangat rentan dan lemah, dengan segala keperluan nya yang membutuhkan banyak perhatian dan tenaga. Apalagi di masa itu belum ada susu formula dan pampers yang sangat membantu meringankan tugas kita di masa kini.
Akankah dalam kondisi yang demikian Maria dan Yusuf memikirkan pesta pora dan kemeriahan?
Akhirnya, marilah kita mencoba, walaupun dengan segala keterbatasan kita, untuk menempatkan diri di posisi Yesus, sang tokoh utama dalam peristiwa Natal. Di malam itu, Dia menggenapi janji Tuhan untuk mengirimkan Putra-Nya untuk menanggung dan menebus dosa kita sehingga kita beroleh keselamatan dan hidup yang kekal. Penderitaan dan pengorbanan-Nya bahkan telah dinubuatkan dalam Kitab Yesaya jauh sebelum Ia dilahirkan (Yes 52:13–53:12).
Bagaimanakah cara Tuhan Yesus menebus dosa kita? Dengan menerima hukuman yang diperuntukkan bagi kita! Allah adalah Allah yang maha adil dan maha kudus. Tidak ada dosa yang berlalu begitu saja. Upah dosa adalah maut, titik! Dan tak ada dosa yang dapat menyentuh pelatarannya yang kudus. Sedangkan semua manusia telah berdosa, bagaimana cara kita menghampiri Allah?
Pada jaman Perjanjian Lama, Tuhan memberi jalan bagi manusia untuk menghapus dosa dengan korban sembelihan dan korban bakaran. Manusia juga diberi jalan untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui para Imam (perantara persembahan dan permohonan manusia kepada Tuhan) dan para nabi (perantara wahyu dan nubuat Tuhan kepada manusia)yang terpilih.
Tuhan Yesus, yang adalah Putra Tunggal Allah, yang adalah Allah sendiri, turun ke dunia untuk menjadi korban yang terakhir dan yang sempurna, yang membayar lunas dan mencuci bersih semua dosa manusia dari awal dan untuk selama-lamanya. Ia menerima semua hukuman yang diperuntukkan bagi kita, seperti tertulis dalam Pengakuan Iman Rasuli :
Menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus
Disalibkan, mati dan dikuburkan
Turun ke dalam kerajaan maut
Dan pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati
Naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa
Dan dari sana Ia akan datang
Untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati
Ia menerima penyiksaan secara fisik, mati dengan penuh penderitaan, dan turun ke dalam kerajaan maut (Neraka) selama tiga hari untuk menanggung dosa yang tak pernah dilakukannya, dosa yang kita lakukan setiap harinya.
Apa yang Yesus pikirkan saat ia dilahirkan ke dunia sebagai manusia yang hina? Menanggalkan segala kuasa dan kemuliaan-Nya hanya untuk menanggung dosa kita yang tidak berharga ini? (Flp 2: 6-8)
Dia dilahirkan hanya untuk disiksa sampai mati tanpa melakukan perlawanan untuk menanggung dosa yang tak pernah dilakukannya, hidup seperti apakah itu? Adakah di antara kita yang mau dilahirkan dengan nasib seperti itu? Apakah Yesus harus bersuka cita dengan semuanya itu? Tentu tidak, tetapi Dia menerima semua itu dengan rela dan tulus karena Dia begitu mengasihi manusia.
Apakah Allah Bapa bersorak sorai manyaksikan penderitaan Putra-Nya yang sejak dilahirkan sebagai manusia harus menanggung sengsara? Tentu tidak, tetapi Dia merelakan semuanya itu karena Dia begitu menginginkan keselamatan bagi setiap manusia di bumi (Yoh 3:16). Dan hanya Yesus, Anak Allah sendiri, yang dapat melakukan itu, hanya Dia lah satu-satunya korban tebusan yang cukup berharga untuk menggantikan nyawa kita, dan hanya melalui Dia lah kita dapat memperoleh hidup yang kekal (Yoh 14:6).
Setelah kita menyadari arti Natal yang sesungguhnya, arti kelahiran Kristus ke dunia ini, marilah kita merenungkan apa yang harus kita perbuat dengan anugerah yang sedemikian besar yang Tuhan limpahkan kepada kita.
Yang pertama adalah bersyukur, mensyukuri hadiah yang begitu berharga secara cuma-cuma, walaupun sebenarnya kita tidak layak mendapatkannya (Ef 2:8-9, Rm 3:24)). Mengingat kebaikan Tuhan setiap hari adalah hal yang sungguh sangat wajar, karena setelah menganugerahkan keselamatan, Dia masih menganugerahkan hidup, berkat, makanan, kesehatan, kebahagiaan, dan lain-lain yang tak terhitung banyaknya (Rat 3:22-23).
Yang kedua adalah membagikan keselamatan itu, karena sungguh malang mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus dan belum menerima keselamatan yang daripada-Nya. Tuhan Yesus sendiri telah memberi perintah kepada kita untuk menjadikan semua orang murid-Nya (Mat 28:19-20). Caranya? Tidak semua orang bisa berkhotbah atau bersaksi secara langsung, akan tetapi semua orang bisa bersaksi dengan kehidupannya yang mencerminkan kasih dan ketaatan kepada Tuhan (Yoh 13:35), yang juga akan tampak pada buah-buah kehidupan yang kita hasilkan (Buah-buah Roh, Gal 5:22-23)
Yang ketiga adalah mengisi kehidupan ini dengan tindakan yang nyata kepada sesama, sebagai wujud syukur kita atas Kasih Tuhan kepada kita (1Yoh 3:18) dan sebagai bentuk nyata Kasih Tuhan dalam diri kita yang kita aplikasikan dalam kehidupan ini.
Yang terakhir adalah dengan menjaga kehidupan dan keselamatan kita. Menjaga kekudusan hidup kita, menjaga hubungan kita dengan Tuhan dalam doa dan pembacaan Firman, sehingga dari hari ke hari kita semakin teguh dalam iman dan hubungan kita pun semakin dekat dan intim dengan Bapa Surgawi pencipta kita.
Renungan ini terinspirasi dari sebuah lagu karya David Meece yang mengingatkan kita untuk melihat Hari Natal lebih dari sekedar perayaan agama semata
KARENA KITA
(David Meece)
Waktu kecil kita merindukan Natal
Hadiah yang indah dan menawan
Namun tak menyadari seorang bayi t’lah lahir
Bawa kes’lamatan ‘tuk manusia
Waktu pun berlalu dan kita pun tahu
Anugerah yang besar dari Bapa
Yang relakan Anak-Nya disiksa dan disalibkan
Di Bukit Kalvari, kar’na kasih
Karena kita Dia menderita
Karena kita Dia disalibkan
Agar dunia yang hilang diselamatkan
Dari hukuman kekal
T’lah kudapati jalan kehidupan
Tatkala kubukakan hati bagi Dia
Dalam ucapanku, dalam segalanya
Ku s’lalu memuji Dia… Puji Dia….
Karena kita Dia menderita
Karena kita Dia disalibkan
Agar dunia yang hilang diselamatkan
Dari hukuman kekal
Selamat Hari Natal 2009 dan Tahun Baru 2010…..
Sudah dimuat di majalah Kuasa Doa edisi Desember 2009
Casino Finder - Hotels - Jeopardy - JTHub
BalasHapusJeopardy.com 의정부 출장마사지 provides you 강릉 출장안마 with a complete 부산광역 출장안마 online quiz on all the casinos 김포 출장안마 you can bet on. It has over 7000 목포 출장샵 slot machines, video poker games, roulette, blackjack,