Rabu, 23 Juni 2010

Wanita-nya Allah (Seorang Istri, Seorang Ibu)

Dilahirkan sebagai seorang wanita membawa banyak konsekuensi bagi seseorang. Konsekuensi fisik, peran, posisi dan tentunya pandangan umum sesuai dengan konteks budaya dan tradisi yang berlaku. Banyak wanita yang merasa kurang beruntung karena dilahirkan sebagai wanita. Banyak pula yang pasrah menerima nasib karena takdir memilihnya menjadi wanita. Tak sedikit pula yang menyesali, menangisi, bahkan berontak dari kodratnya sebagai seorang wanita.

Mungkin dapat dimaklumi karena seringkali dalam kenyatannya wanita diposisikan sebagai warga kelas 2. Bahkan di beberapa daerah sangat terasa diskriminasi dan perbedaan hak dan prioritas antara kaum pria dan wanita. Tetapi bila ditelaah lebih jauh, kita akan melihat betapa istimewanya Tuhan menciptakan kita sebagai wanita.

Kita lihat dari segi fungsi. Tuhan menciptakan pria sebagai kepala dan wanita sebagai penolong pria dan keluarga. Tanggung jawab pria sebagai kepala memang berat, karena itulah ia membutuhkan seorang penolong yang sepadan baginya. Secara logika penolong dengan yang ditolong, pasti penolong mempunyai kemampuan lebih sehingga dianggap mampu untuk menolong pria melaksanakan tanggung jawabnya bukan? Nah, jika demikian, dalam hal apa wanita memiliki kemampuan lebih untuk melaksanakan fungsi sebagai penolong ini?

1. Tenaga. Secara fisik memang tenaga otot seorang wanita kalah jauh dengan yang dimiliki seorang pria. Tetapi secara pikiran dan ketahanan, tenaga seorang wanita jauh melebihi tenaga pria. Secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa wanita mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap stress dan rasa sakit. Buktinya, seringkali kaum wanita (terutama para ibu) tidak merasakan sakit kepala atau masuk angin/flu yang dideritanya dan tetap melakukan aktifitasnya sehari-hari dengan baik. Sedangkan kebanyakan kaum pria akan tumbang dan perlu istirahat penuh untuk pulih dari penyakit flu atau masuk angin yang dideritanya.

Wanita juga mengalami pendarahan dan gangguan hormonal berupa sakit kepala, keram perut, kejang betis atau sakit pinggang setiap bulan pada saat menstruasi dan bisa tetap bekerja. Seorang pria akan merasa sangat lemas apabila kehilangan darah dalam jumlah yang sama.

Karena itulah seorang wanita merupakan tulang punggung keluarga dalam arti domestik. Seorang ibu yang baik dan dapat diandalkan di dalam sebuah rumah menjamin keteraturan dan kenyamanan hidup seluruh anggota keluarganya. Biasanya seorang ibu yang berdedikasi akan menjadi orang pertama yang bangun di rumah untuk merapikan rumah dan menyiapkan segala kebutuhan keluarganya. Dia juga akan menjadi orang terakhir yang tidur di rumah setelah memastikan semua anggota keluarganya tidak kekurangan suatu apapun dan sudah tertidur dengan nyaman serta mempersiapkan segala yang diperlukan untuk keesokan harinya.

Betapa mulianya tugas seorang wanita sebagai penjaga keluarga dan betapa istimewanya Tuhan memperlengkapi kita dengan segala kelebihan dan kemampuan itu.

2. Keseimbangan otak. Wanita memiliki daya konsentrasi dan ketelitian yang lebih baik dari pria. Secara anatomi, otak wanita lebih berkembang secara seimbang karena kedua belah otak yang mengatur logika dan perasaan akan dipakai pada porsi yang hampir sama. Sedangkan kebanyakan pria lebih mengandalkan logika dan kurang mengasah sisi perasaan mereka. Itulah sebabnya kebanyakan wanita sanggup melakukan multi tasking (mengerjakan beberapa hal sekaligus pada waktu yang bersamaan). Misalnya: menyuapi anak yang bungsu sambil melipat baju-baju dan memeriksa pekerjaan rumah anaknya yang sulung. Seorang pria biasanya akan berkonsentrasi penuh pada satu pekerjaan yang sedang dilakukannya tanpa bisa memperhatikan hal lainnya. Perhatikan seorang pria yang sedang menonton pertandingan sepak bola atau membaca koran. Seringkali dipanggil pun dia tidak sadar dan ditanya pun dia tidak menjawab. Memang seringkali tugas-tugas seorang istri dan ibu menuntut seorang wanita melakukan multi tasking sedangkan tugas suami sebagai seorang pencari nafkah (jaman dahulu: pemburu makanan) bagi keluarga menuntut fokus yang tajam dan konsentrasi yang terpusat. Untuk itulah Tuhan sudah memperlengkapi kita masing-masing sesuai dengan peran yang sudah dirancangkan-Nya.

3. Simpati dan empati. Seorang wanita lebih bisa menyelami perasaan orang lain dan merasakan kesenangan ataupun penderitaan orang lain. Maka tak heran banyak wanita yang akan menangis atau tertawa ketika membaca buku atau menonton film sesuai dengan keadaan tokoh yang dibaca/dilihatnya. Hal ini menyebabkan seorang ibu menjadi tempat yang tepat bagi suami dan anak-anaknya untuk bermanja-manja dan menceritakan segala kesenangan atau permasalahan yang mereka hadapi. Betapa dinginnya suasana rumah tanpa seorang ibu yang hangat dan penyayang.


Sedangkan suami yang berperan sebagai pelindung keselamatan keluarga dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman dan untuk menjadi seseorang yang selalu dapat diandalkan dalam setiap ancaman/masalah yang mengganggu keluarga. Dari suami lah anak-anak akan belajar mengenai rasa aman dan ketegasan serta tanggung jawab. Untuk itu seorang wanita harus dapat me-manage emosi dan kondisi dirinya agar dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi suami dan anak-anaknya di rumah. Seorang istri yang pengomel dan selalu mengeluh atau terlalu mementingkan dirinya sendiri akan dijauhi oleh suami dan anak-anaknya. Mungkinkah itu sebabnya banyak suami yang berselingkuh dan banyak anak-anak yang tidak betah di rumah?

Jika demikian, ke mana seorang wanita, seorang istri, seorang ibu, harus menyalurkan kebutuhan emosionalnya? Bukankan wanita adalah makhluk kata-kata yang butuh untuk mengeluarkan sekitar 15.000 kata setiap harinya? Bukankah seorang wanita butuh tempat “curhat” untuk meredam stress-nya sendiri? Justru karena itulah Tuhan menjadikan wanita makhluk yang bersahabat dengan wanita lainnya. Perhatikan hubungan pertemanan seorang pria. Sedekat apapun seorang pria dengan temannya, selalu diwarnai dengan persaingan (membandingkan mobil, pekerjaan, istri,dll.). Dan rasa gengsi seringkali menghalangi mereka untuk mengemukakan masalah yang sedang mereka hadapi atau kelemahan yang mereka punyai. Hal ini wajar mengingat kodrat seorang pria yang memang diciptakan demikian pada awalnya, yaitu untuk bertahan dan menjaga keamanan teritori kedaulatan dan keluarganya. Bukankah sungguh beruntung kita kaum wanita yang bisa berinteraksi dengan begitu intim dan terbuka dengan sahabat-sahabat kita sesama kaum wanita? Dua orang wanita yang berjalan-jalan sambil bergandengan tangan di tempat umum atau saling menyapa dengan pelukan dan ciuman dianggap wajar. Apa yang kita pikirkan dan rasakan saat melihat 2 orang pria dewasa melakukan hal-hal tersebut?

Tuhan juga menciptakan wanita sebagai makhluk rohani. Setiap wanita mempunyai naluri untuk mendekat pada pencipta-Nya. Meskipun suami Tuhan tetapkan sebagai imam dalam keluarga, peran istri tak kalah pentingnya dalam membangun kehidupan rohani dalam keluarga. Doa seorang istri mempunyai kuasa yang tak terbatas. Setiap tokoh wanita hebat yang dicatat dalam Alkitab adalah sosok-sosok wanita pendoa yang luar biasa. Dan kita memiliki Allah sendiri di pihak kita, yang sanggup menanggung setiap beban kita, yang merasakan setiap penderitaan kita dan menyembuhkan setiap luka kita dengan bilur-bilur-Nya di atas kayu salib. Dia adalah sahabat yang tak pernah tertidur, Dia adalah kekasih yang tak pernah bĂȘte, Dia adalah tempat curhat yang tak pernah menganggap remeh setiap cerita kita, Dia adalah konselor cuma-cuma yang maha bijak dan tak terbatas waktu prakteknya, Dia adalah Bapa yang selalu siap memeluk kita, dan Dia adalah Allah yang maha kuasa yang sanggup mengubah hati, mengubah keadaan dan menjungkir balikkan dunia hanya dengan kehendak dan Firman-Nya.

4. Mengandung dan melahirkan anak. Ini adalah hak istimewa yang Tuhan karuniakan kepada kaum wanita. Memelihara sebuah jiwa di dalam tubuh kita dan merasakannya bertumbuh selama 9 bulan di dalam tubuh kita adalah sebuah pengalaman spiritual yang tak tergambarkan dan tak tergantikan. Hubungan batin dan hubungan fisik yang terjadi sungguh adalah anugerah yang tak akan bisa dirasakan oleh seorang pria. Secara naluriah seorang bayi akan mengenal bau tubuh, detak jantung dan suara ibunya karena kebersamaan selama di dalam kandungan. Seorang anak juga akan menyerap setiap emosi dan perasaan ibunya selama ia dikandung.

Bayangkan betapa besarnya kuasa kita membentuk dan mempengaruhi anak di dalam kandungan kita. Seorang anak yang tidak diinginkan, mengalami usaha pengguguran atau dikandung dalam kandungan seorang ibu yang menderita ketakutan atau depresi atau kemarahan akan menjadi seorang manusia yang peka terhadap penolakan, tidak percaya diri dan sulit mengendalikan emosi. Sedangkan seorang anak yang dicintai sejak dari dalam kandungan, diajak bicara, distimulasi dengan sentuhan dan nyanyian, akan tumbuh menjadi seorang manusia yang hangat, cerdas dan percaya diri. Apa yang terekam selama masa kehamilan dan 4 tahun pertama kehidupannya selamanya akan mempengaruhi kepribadian dan kehidupan si anak.

Setelah itu tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya di jalan yang benar. Pola asuh dan cara kita memperlakukan dan menerapkan disiplin pada anak-anak kita akan menentukan manusia seperti apa jadinya mereka nanti.

Betapa luar biasanya kepercayaan yang Tuhan berikan saat kita diijinkan menjadi seorang ibu. Adakah kita menyadari dan mensyukuri anugerah sekaligus tanggung jawab ini? Karena bagaimanapun tak ada seorang anak pun yang meminta untuk dilahirkan. Kita orang tuanya lah yang memutuskan untuk menjadikan dan melahirkannya ke dunia ini. Kita jugalah yang bertanggung jawab membentuk anak kita menjadi seorang manusia yang baik dan bahagia.

5. Kemampuan untuk beradaptasi dan ketidakegoisan. Wanita dikodratkan untuk menjadi makhluk yang tidak egois. Tak akan ada seorang wanita yang egois yang dapat menciptakan rumah tangga atau lingkungan yang menyenangkan dan berhasil. Sebaliknya seorang wanita yang tahu tugas dan perannya, yang punya hati yang rela untuk berkorban dan melayani, dan punya jiwa yang kaya akan pengampunan dan kasih yang tak bersyarat bagi Tuhan dan keluarga akan berdampak sedemikian besar bagi lingkungan dan keluarganya.

Ada pepatah yang mengatakan di balik setiap pria sukses ada seorang wanita bijak dan di balik setiap pria gagal ada seorang wanita yang tidak bijak. Wanita ini bisa berupa istri atau ibunya, atau mungkin kekasihnya. Betapa akuratnya pernyataan itu. Seorang wanita bisa berdampak begitu besar bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Apakah kita mau menjadi orang di baik kesusksesan keluarga kita ataukah kehancuran keluarga kita?
Ya, seorang wanita bisa mengangkat semangat seorang suami yang putus asa dan menjadikannya sukses dengan dukungan dan kasih yang tulus. Dia juga bisa merawat dan mendidik seorang anak yang cacat fisik menjadi seorang yang berprestasi dengan kepercayaan dan pendampingan yang penuh kasih.
Seorang wanita bisa menghasut seorang Samson hingga menjual kekuatan dan kredibilitasnya. Dan seorang wanita juga bisa menyebabkan perpecahan dalam keluarga besar seorang pria baik-baik gara-gara soal warisan.

Memang tidak mudah menjadi seorang wanita yang mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri. Kita harus mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak-anak, kadang harus bekerja, harus merawat diri agar selalu tampak cantik, juga harus menjaga emosi dan membawa kehangatan di rumah dan mengesampingkan masalah emosi dan keegoisan kita. Tetapi Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala atribut, kasih karunia dan kemampuan yang diperlukan untuk semuanya itu. Dan saat kita menyadari misi khusus yang Tuhan persiapkan buat kita dan kita menjalankannya dengan penerimaan dan sukacita, semua akan ternikmati dan pada gilirannya akan mendatangkan kebaikan pada semua pihak. Suami semakin mengasihi kita, anak-anak akan tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan berhasil, lingkungan kita akan terberkati dengan kehadiran kita yang membawa teladan dan kebaikan, dan kita akan merasa puas secara utuh atas tujuan hidup yang tergenapi dengan baik. Dan pada akhirnya, Tuhan akan tersenyum dan berkata,”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia….Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.”

Tulisan ini saya persembahkan bagi setiap wanita pada umumnya dan secara khusus bagi setiap istri dan ibu yang mungkin selama ini mempertanyakan keberhargaan dan tujuan hidupnya. Tuhan memberkati…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar