Rabu, 23 Juni 2010

Pudding vs Cinta

Minggu yang lalu saya mendapat pesanan pudding untuk peringatan empat puluh hari kelahiran putri salah seorang teman saya. Sebanyak 54 parsel pudding dalam dua model dipesannya untuk dibagikan kepada sanak saudara dan teman-temannya.
Diawali dengan diskusi soal desain dan pembuatan sampel. Akhirnya diputuskan untuk sanak saudara akan dibuat berbentuk hati, terdiri dari 5 lapisan, yang teratas jelly kenyal berwarna merah dengan taburan buah strawberry di dalamnya, lapisan kedua pudding susu berwarna merah muda, lapisan ketiga agar-agar berwarna merah dengan rasa strawberry, lapisan keempat pudding susu merah muda lagi dan lapisan terakhir adalah pudding coklat sebagai dasar. Sedangkan untuk teman-teman akan dibuat pudding dalam gelas-gelas mini dengan jumlah lapisan yang sama, hanya saja lapisan teratas akan dibuat menonjol berbentuk hati mungil. Kemudian pudding-pudding ini akan dikemas dalam kotak mika tansparan dan dihiasi dengan pita satin merah muda, kartu yang memuat foto, nama dan tanggal lahir si bayi, hiasan boneka berbentuk bayi dan sepasang telur yang juga terbuat dari jelly berwarna merah yang dibungkus kertas mika dan diberi pita.
Tadinya saya pikir tidak akan terlalu sulit karena membuat pudding dan menerima pesanan sudah saya lakoni cukup lama, walaupun belum pernah dalam jumlah sebanyak ini. Saya sengaja berbelanja bahan-bahan 2 hari sebelum hari pengiriman dan membuat pudding 1 hari sebelum hari pengiriman agar bahan-bahannya masih segar dan pada saat pengiriman pudding-pudding tersebut masih fresh tetapi sudah membeku dengan sempurna.
Hari itu Jumat, 16 Oktober 2009, hari di mana saya menjadwalkan untuk membuat pudding. Seperti biasa saya bangun pada pukul 05.00 pagi dan memulai rutinitas membangunkan dan menyiapkan anak-anak untuk sekolah. Setelah selesai semua tugas di pagi hari, saya pun bersiap siap untuk mulai membuat puddng. Tetapi ternyata kiriman strawberry yang saya pesan terlambat datang. Singkat cerita setelah tahap pembersihan dan persiapan bahan-bahan dan alat-alat, proses pembuatan pudding yang sesungguhnya baru bisa dimulai kira-kira pukul 13.00.
Hari pertama saya harus menyiapkan 27 loyang pudding berbentuk hati, sedangkan saya hanya mempunyai 10 buah Loyang berbentuk hati. Berarti harus 3 ronde pembuatan, dikali 5 lapisan, plus waktu untuk tiap lapisan agar membeku. Perkiraan saya baru akan selesai di atas jam 12 malam nanti.
Akan tetapi ternyata prosesnya tidak semudah itu, karena untuk setiap kali rebusan saya harus memperhitungkan berapa banyak adonan yang harus saya buat agar sesedikit mungkin adonan yang tersisa. Sisa adonan pudding tidak dapat dipakai kemudian karena akan membeku dalam kurun waktu tertentu. Semakin banyak adonan yang tersisa, maka semakin besar pula biaya yang terjadi untuk perhitungan kelebihan adonan bukan?
Pukul 19.00 malam itu, saya baru menyelesaikan 10 loyang pertama karena sepanjang hari ada saja hal-hal yang menyela proses pembuatan pudding. Kadang anak-anak yang butuh perhatian, kadang sesuatu di toko mengalihkan perhatian saya, juga hal-hal kecil lainnya seperti telepon dan sms yang masuk. Saya berharap tahap ke-2 dan ke-3 akan lebih cepat karena di malam hari tidak ada gangguan, bukan?
Malam itu suami saya mengambil alih tugas menidurkan anak-anak. Para karyawan pun dikerahkan untuk membantu apa yang bisa dibantu, misalnya menempelkan pita dan stiker (yang untungnya sudah saya persiapkan sehari sebelumnya). Sementara itu saya melepaskan pudding yang sudah membeku satu persatu dari Loyang untuk kemudian memasukkannya dalam box mika dan memasangkan dekorasinya. Suasana cukup ramai dan menyenangkan, saya pun tambah bersemangat meneruskan proyek pudding ini.
Pukul 24.00, proses pembuatan tahap ke-2 baru sampai pada lapisan ke-2. Seisi rumah sudah terlelap. Saya tinggal sendirian di dapur yang berantakan. Sebelum tidur suami saya yang baik hati telah mengambilkan sebuah kursi untuk saya, jadi di sanalah saya, terduduk di kursi sambil mengaduk adonan pudding yang mengepul di panci besar.
Pukul 03.00 dini hari, 10 loyang pudding tahap ke-2 pun akhirnya selesai. Sambil menunggu pudding membeku (dibantu dengan kipas angin kecil), sambil terkantuk-kantuk saya membungkusi telur-telur puyuh yang terbuat dari jelly merah dengan plastik mika dan menghiasinya dengan pita merah muda dan bunga mawar kecil.
Pukul 04.30, akhirnya semua pudding tahap ke-2 selesai. Sambil menghela nafas panjang saya mulai menyiapkan proses pembuatan pudding tahap ke-3, dimulai dengan mencuci Loyang-loyang yang akan digunakan kembali.
Pukul 06.00, satu persatu karyawan saya mulai bangun dan memulai aktifitas pagi mereka. Sempat mereka berkomentar melihat saya masih bergaul karib dengan kompor, namun saya sudah terlalu lemas untuk menanggapinya.
Pukul 08.00 pagi, saya memandangi hasil kerja sehari semalam dengan puas. Satu jam lagi pesanan tersebut akan diambil, dan saya berhasil menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Suami saya tampak sangat khawatir karena saya tidak tidur semalaman dan menyuruh saya beristirahat. Tapi tidak bisa, karena saya harus mengerjakan pesanan pudding model ke-2 sebanyak 27 parsel lagi untuk keesokan harinya. Apalagi sore itu ada undangan pernikahan sahabat saya yang tak mungkin saya lewatkan.
Untunglah pudding model ke-2 ini pengerjaan dan prosesnya lebih mudah dan sederhana daripada pudding model pertama. Singkat cerita, pengerjaan proyek pudding ini selesai pada pukul 24.00 malam itu, hari Minggu, 18 Oktober 2009, dan saya pun bisa beristirahat setelah 43 jam terjaga tanpa memejamkan mata barang semenit pun.

Selama jam-jam panjang yang saya habiskan di depan kompor tua yang setia, khususnya di malam hari saat semua orang sudah terlelap, saya punya begitu banyak waktu untuk melamun, merenung dan berpikir. Banyak hal yang terlintas di benakku, mulai dari masalah sehari-hari, cerita film yang pernah saya tonton, sampai cita-cita dan angan-angan kosong yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Tetapi entah kenapa ada satu topik yang hamper mendominasi pikiranku malam itu. Cinta.
Mengapa cinta? Entahlah, saya merasa banyak hal yang saya alami dalam kehidupan cinta manusia ter-refleksikan dalam proses pembuatan pudding ini.
Pertama-tama adalah desain. Begitu banyak desain dan model cinta yang ada di dunia. Cinta Tuhan kepada manusia, cinta orang tua kepada anak, cinta antara pria dan wanita, dan cinta kepada sesama. Kadang-kadang kita jumpai hubungan cinta yang salah desain, yang modelnya kurang cocok. Misalnya, cinta suami istri diberikan kepada selingkuhan, cinta orang tua kepada anak yang tidak diberikan sesuai desain yang disepakati, cinta Tuhan pada manusia yang disia-siakan, dan masih banyak lagi penyelewengan lainnya.
Yang kedua adalah tahapan atau lapisan dalam hubungan percintaan. Setiap hubungan kasih pasti melalui tahapan-tahapan yang berlapis. Ada yang lapisannya banyak, ada pula yang sedikit tergantung desain yang disepakati. Setiap tahap harus dikerjakan secara berurutan sesuai dengan desainnya. Tidak boleh ada yang dilewati, walaupun kadang-kadang ada tahapan yang harus diulangi.
Yang ketiga adalah proses pengerjaannya. Mulai dari pemilihan bahan-bahan yang tepat dan berkualitas sampai dengan proses pembuatan yang cermat dan penuh kesabaran agar dicapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diinginkan.
Akhirnya, saya mencoba memformulasikan suatu resep pudding cinta yang berlaku universal, bisa dinikmati oleh segala lapisan masyarakat dan usia, sarat dengan bahan-bahan yang alami dan bermanfaat, serta ekonomis dan tahan selama-lamanya.

PUDDING CINTA
Lapisan Pertama -> Perkenalan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus niat baik (tersedia dalam berbagai pilihan rasa : teman, pacar, orang tua, dll)
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 800 cc ketulusan
• Rasa humor secukupnya untuk hiasan
Cara membuat :
1. Campurkan niat baik dan keterbukaan dalam wadah hati yang lapang.
2. Larutkan dalam ketulusan yang murni (tanpa bahan kepura-puraan).
3. Jerang di atas api kecil sampai matang.
4. Tambahkan komunikasi sedikit demi sedikit, aduk rata, lalu matikan api.
5. Setelah matang, hiasi dengan rasa humor sesuai selera.

Lapisan Kedua -> Penyesuaian/Penjajakan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus keseriusan
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc kebesaran hati untuk menerima kekurangan
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api kecil sambil diaduk-aduk sampai benar-benar matang.
Tips : Untuk tahap ini diperlukan kesabaran karena prosesnya agak lama dan resiko gagalnya cukup besar.

Lapisan ketiga -> Penerimaan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus komitmen
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc cinta tanpa campuran apapun
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api kecil sambil diaduk-aduk sampai benar-benar matang.
Tips : Lapisan ini sangat penting karena jika lapisan ini tidak kuat tidak akan dapat menopang lapisan-lapisan selanjutnya.

Lapisan keempat -> Pertumbuhan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus dukungan
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc kepercayaan
• Sejumput kreatifitas
Cara membuat :
1. Campurkan semua bahan kecuali kreatifitas.
2. Jerang di atas api kecil sampai setengah matang.
3. Larutkan kreatifitas dengan sedikit adonan setengah matang.
4. Campurkan ke dalam adonan, masak hingga matang.
Tips : Hati-hati mencampurkan kreatifitas karena adonan kepercayaan ini sangat rentan . Jaga jangan sampai pecah-pecah.

Lapisan kelima -> Kemantapan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus rasa aman
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 400 cc kesetiaan
• 400 cc kasih abadi
Cara membuat :
1. Campurkan rasa aman, keterbukaan, komunikasi dan kesetiaan.
2. Jerang di atas api sambil dituangi kasih abadi sedikit-sedikit sampai habis.
3. Masak sampai benar-benar matang dan harum.

Sajikan pudding cinta 5 lapis ini dengan Vla Iman dan Pimpinan Tuhan
Vla Iman dan Pimpinan Tuhan
Bahan-bahan :
• 500 cc doa
• 500 cc Firman Tuhan
• 100 gram persekutuan
• 50 gram ibadah
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api sampai mendidih
3. Kentalkan dengan sedikit kesaksian

Selamat mencoba! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar