Kamis, 08 Juli 2010
Sharing : Kejadian-kejadian dalam Hidup Berkeluarga Sehari-hari (6) Episode Nonton Toy Story 3
Pada hari Senin 28 Juni yang lalu kami berencana untuk mengajak anak-anak menonton Toy Story 3 di bioskop. Ini adalah pengalama pertama kali menonton di bioskop untuk Christopher, karenanya sebenarnya kami agak was-was juga karena entah dia bisa bertahan duduk dengan tenang sepanjang film ataukah dia akan rewel dan minta keluar sebelum film berakhir (bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk, hehehe…). Ini juga acara nonton bioskop yang pertama kalinya untuk aku dan suami sejak kami memiliki Chris karena sebelum ini kami merasa dia terlalu kecil untuk diajak ataupun ditinggal hanya dengan pembantu di rumah.
Kami berencana pergi dengan teman dekat keluarga kami, Teguh dan Johana (Jojo). Kebetulan mereka mempunyai kartu blitz megaplex yang menyediakan layanan pesan tiket on-line sehingga kami tidak perlu mengantri untuk membeli tiket. Sebetulnya sejak hari Sabtu sebelumnya Chandra suamiku sedang sakit dan agak tidak enak badan. Tetapi pagi ini dia sudah merasa jauh lebih baik dan kami antusias ingin merasakan nonton di bioskop lagi (ampun, kesannya kampungan banget ya?)
Siang itu kami sudah memesan tiket. 6 tiket untuk pertunjukan pk.19.30. Aku pun membereskan bon-bon di toko lebih awal dari biasanya dengan pertimbangan perjalanan ke Paris Van Java atau PVJ (yang selalu macet) dan perjuangan mencari tempat parkir di mall yang selalu penuh itu (apalagi sekarang musim liburan anak sekolah) akan memakan waktu sekitar 1 jam atau lebih. Aku pun menyiapkan susu dan baju meng kesayangnya Chris untuk berjaga-jaga seandainya dia rewel.
Pukul 18.30. Waktunya tutup toko. Teguh dan Jojo sudah hadir di rumah kami dan menunggu dengan manis. Segera kututup toko kami secepat mungkin. Langsung aku naik ke rumah kami di lantai 2. Aku berlari ke kamar, ternyata Chandra sedang tidur. Kubangunkan dia, kemudian aku pun menyiapkan anak-anak. Setelah mengganti pakaian anak-anak dan cuci muka ala kadarnya karena untuk mandi waktunya tidak cukup, aku kembali ke kamar dan kudapati Chandra terduduk di tempat semula.
“Kenapa Can?” tanyaku
“Ngga, cuman agak lemes aja,” jawabnya.
Waduh! Bagaimana ini? Padahal tiket sudah dipesan.
“Gimana dong? Bisa pergi ngga?” tanyaku lagi.
“Bisa kok,pake jaket aja,” katanya,”Tapi Teguh yang nyetir.”
Maka setelah bersiap-siap akhirnya kami berangkat pukul 19.00. Sangat pas-pasan, habis mau bagaimana lagi?
Ternyata di sepanjang perjalanan keadaan lalu lintas lumayan padat. Dengan agak berdebar-debar kami memandangi jam di sepanjang perjalanan kami. Akhirnya kami tiba di perempatan Pasirkaliki- Pajajaran dan di sana macet total dan banyak polisi. Kami berencana untuk mengambil jalan lurus karena itu adalah jalan yang paling singkat, tetapi karena lalu lintas macet polisi menutup jalan lurus dan membelokkan semua kendaraan ke kanan dan ke kiri.
“Ke kanan Guh! Jangan ke kiri, jauh lagi,” kata Chandra.
“Susah Ko, “kata Teguh agak bingung karena mobil terasa sangat berat dan berjalan sangat perlahan walaupun ia sudah menekan pedal gas sampai mentok dan mesin sudah mengaum –aum dengan kerasnya.
“Belok Ko, belok!” Jojo yang tampaknya belum menyadari ada keanehan pada mobil kami merasa aneh karena mobil kami tidak maju-maju.
Mobil kami merayap dengan sangat berat dan berisik, dan beberapa sentimeter kemudian tiba-tiba Chandra berseru,”Matiin Guh, itu ngebul!”
Dan benarlah dari bawah kap mesin tampak asap tebal mengepul naik ke atas.
Teguh pun mematikan mesin mobil, saat itu posisi mobil kami tepat berada di perempatan jalan yang sangat ramai itu. Chandra dan Teguh segera turun dan membuka kap mesin mobil kami. Bagaikan sepanci sop yang baru matang, begitu dibuka tutupnya asap tebal pun menguar ke mana-mana. Air radiator tampak menggelegak mendidih dan hawa panas membuat Chandra dan Teguh mundur beberapa langkah. Anak-anak ingin ikut turun untuk melihat tetapi tidak kuperbolehkan walaupun semakin lama mereka semakin rewel dan mulai berkelahi karena di mobil sempit dan panas. Bayangkan saja kami berada tepat di tengah perempatan yang ramai dengan banyak mobil dan motor berseliweran di sekitar mobil kami.
“Ci, kata Koko ada air?” tiba-tiba Teguh melongokkan kepala ke dalam mobil. Untunglah aku selalu membawa air minum untuk anak-anak. Kuberikan botol itu kepadanya. Tidak 10 detik kemudian botol itu kembali kepadaku dalam keadaan kosong. Tak lama kemudian aku melihat Chandra sedang berlari menjauh. Rupanya ia mencari mini market terdekat karena ia kembali dengan menjinjing sekantong besar penuh berisi botol-botol besar berisi air mineral. Liter demi liter isi botol-botol itu mengalir ke dalam pipa radiator. Chandra pun sudah melepas jaketnya dan keringat mengalir deras di keningnya. Tetapi tampaknya suhu mobil kami tak kunjung menurun. Akhirnya Chandra menelepon Papa untuk meminta bantuan kalau-kalau mesin mobil tidak dapat dihidupkan kembali. Tetapi sambil menunggu ia terus mencoba untuk mendinginkan mesin mobil dengan air yang dibelinya tadi. Seorang Bapak polisi sempat menghampiri kami, tetapi setelah bertanya apa yang terjadi, ia pun ngeloyor pergi tanpa mencoba menolong ataupun menawarkan bantuan. Yahh, mungkin ia sedang sibuk sekali kali ya?
Saat itu waktu menunjukkan pukul 19.36 (Lucky bahkan mengecek waktu dengan menelepon 103). Sudah terlambat. Kami sudah pasrah karena kelihatannya kami tidak akan jadi nonton dan tiket yang sudah dibayar itu akan sia-sia saja. Lucky sudah cemberut dan berdiam diri di jok belakang. Kalau Chris lain lagi reaksinya. Begitu Lucky bilang sudah terlambat untuk menonton ia langsung berkomentar,”Kita ke IP aja yuk! Tuh udah deket,” katanya sambil menunjuk Istana Plaza yang memang terletak di perempatan jalan itu, tepat di depan mobil kami.
Beberapa menit kemudian Chandra dan Teguh menutup kap mesin dan masuk ke dalam mobil.
“Udah?” aku bertanya setengah tak menyangka bisa secepat ini.
“Bisa lah kayanya mah, pelan-pelan aja,” jawab Chandra, karena sekarang dia yang mengemudikan mobil kami. Aku pun kembali menelepon Papa untuk memberi kabar bahwa mobil sudah bisa jalan kembali. Kasihan Papa karena dia sudah dibangunkan dari tidurnya dan membawakan air untuk kami. Saat aku menelepon pun dia sudah berada di depan IP dari arah yang berlawanan.
Mobil pun merayap perlahan sampai ke Jalan Sukajadi. Tepat di pintu masuk PVJ asap kembali mengepul dari kap mobil dan jalannya mobil pun mulai terseok-seok. Dengan tidak sabar kami menunggu antrian pengambilan tiket parkir di gerbang masuk. Begitu kami mendapatkan tiket parkir dan berbelok ke kanan ke arah tempat parkir mesin mobil kembali mati. Untunglah beberapa petugas parkir membantu kami mendorong mobil dan mencarikan tempat parkir untuk mobil kami.
Sementara Chandra dan Teguh memarkirkan mobil, Jojo, Lucky dan aku yang menggendong Chris berlari kea rah bioskop. Jojo langsung menuju ke mesin untuk mencetak tiket menggunakan kartu blitz nya sementara aku yang kebelet pipis menitipkan Chris kepada Lucky dan berpesan kepada mereka untuk tidak ke mana-mana dan menungguku kembali kemudian berlari ke toilet wanita yang untungnya tidak jauh dari sana.
Begitu keluar dari toilet aku menjumpai anak-anak dan Jojo yang berdiri di tempat aku meninggalkan mereka.
“Ampun Ci, gua ajak geser sedikit ke arah pintu bioskop aja mereka ngga mau bergerak sesenti pun,” kata Jojo,”Kata anak-anak Mama bilang ngga boleh ke mana-mana.”
Hatiku senang bercampur bangga karena mereka anak-anak yang patuh dan dapat dipercaya. Dan kami pun masuk ke dalam ruangan bioskop yang saat itu sudah gelap. Tetapi alangkah terkejutnya aku karena ternyata layar masih menampilkan iklan-iklan untuk film-film yang akan tayang berikutnya. Film nya sendiri belum lagi dimulai. Entah jam di Blitz Megaplex memang lebih lambat atau memang film nya terlambat dimulai. Yang jelas kami sangat bersyukur karena Tuhan mengijinkan kami menonton film tersebut dengan lengkap malam itu.
Sesampainya di deretan kursi kami ternyata kursi-kursi itu sudah ditempati orang lain. Ya ampun! Apalagi ini? Akhirnya kami pun memanggil petugas dan ternyata memang orang-orang yang menempati kursi kami yang salah duduk. Seharusnya mereka duduk di deretan kursi di atas kami. Baru saja kami duduk, tiba-tiba telepon Jojo berbunyi. Rupanya Chandra dan Teguh sudah selesai memarkir mobil dan menunggu di depan pintu. Aku pun kembali keluar untuk memberikan tiket kepada mereka.
Setelah itu kami pun dapat menikmati film dengan tenang, karena ternyata Chris sangat menikmati film tersebut dan duduk dengan tenang. Sesekali ia tertawa apabila ada adegan yang lucu. Aku sangat senang karena anak bungsuku sudah besar. Film nya sendiri sangat bagus dan menghibur, ada adegan-adegan yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal, ada juga adegan-adegan yang menegangkan. Dan keseluruhan cerita membawa pesan moral yang baik tentang persahabatan, kesetiaan, keuletan dan kerja sama. Kami sangat menikmati film tersebut.
Tetapi kira-kira di pertengahan film Chris mulai agak rewel dan ingin keluar, mungkin karena bosan atau mungkin juga takut karena ada adegan yang sangat menegangkan ketika para tokoh utama sedang mencoba kabur dari daerah kekuasaan si boneka beruang jahat dan beberapa kali nyaris tertangkap. Akhirnya aku membujuknya dengan membelikannya pop corn (yang berarti keluar bioskop untuk kesekian kalinya. Mungkin penonton lain agak kesal melihatku bolak-balik keluar masuk bioskop. Untung aku sudah mengantisipasi kemungkinan ini dan memilih tempat duduk paling pinggir tepat di sisi lorong.) Pop corn itu menahan Chris tetap tenang selama kira-kira 15 sampai 20 menit.
Setelah pop corn ludes disantap Chris pun mulai gelisah lagi. Untung aku sudah menyiapkan senjata pamungkas untuk menghadapinya. Sekotak susu kemasan (karena Chris sudah tidak minum susu pakai dot lagi) dan baju meng yang tak pernah gagal membuatnya tenang. Chris pun bergelung nyaman dengan baju meng nya dan menyeruput susunya dengan manis sampai film berakhir. Akhirnya acara nonton ke bioskop pun berhasil dengan sukses. Yeeaaa!!!
Selesai menonton kami kembali dihadapkan dengan masalah yang untuk beberapa waktu tadi kami tinggalkan. Mobil yang mogok! Di lapangan parkir Chandra dan Teguh pun kembali sibuk mengutak-atik radiator di bawah kap mesin. Sungguh beruntung bahwa di ujung lapangan tersebut ada keran air sehingga kami tidak perlu sulit mencari dan membeli air untuk mendinginkan serta mengisi radiator mobil. Lucky kebagian tugas bolak-balik mengisi botol air kemasan dengan air dari keran tersebut. Entah berapa belas kali ia bolak-balik mengisi botol air itu. Sementara aku dan Jojo kebagian tugas menghibur dan memberi kegiatan kepada Chris supaya dia tidak bosan. Kami sempat menelepon beberapa teman untuk meminta bantuan. Ada teman yang malah menertawakan nasib kami, ada teman yang bersimpati tapi tidak dapat membantu, dan akhirnya kami pun kembali membangunkan Papa untuk menanyakan nomor telepon service panggilan Toyota 24 jam. Kasihan Papa, apalagi ternyata nomor tersebut pun sia-sia karena tidak ada yang menjawab panggilan kami padahal kami menelepon lebih dari 10 kali selama lebih dari 15 menit tanpa henti. Maaf ya Pa, hehehe…
Chandra membutuhkan selotip keran untuk mengencangkan baut penutup radiator. Aku, Jojo dan Lucky pun berlari ke pasar swalayan yang berada di lantai bawah pusat perbelanjaan itu. Sebenarnya Chris pun kami ajak, tetapi kira-kira 10 meter dari mobil ia berubah pikiran.
“Chris anter sampe sini aja yah, dadah Mama!” dan ia pun berlari kembali ke arah mobil. Maka setelah menitipkannya pada Chandra kami meneruskan perjalanan kami ke pasar swalayan. Sesampainya di sana ternyata pasar swalayan itu sudah tutup. Pintu masuknya sudah dihalangi oleh bangku-bangku walaupun para karyawannya masih ada dan sedang membereskan barang-barang.
“Maaf mas, boleh ngga saya masuk? Saya perlu selotip keran untuk membetulkan mobil kami yang mogok di tempat parkir,” aku pun meminta tolong karyawan yang ada di sana. Untunglah ia memperbolehkannya. Kami bertiga pun berlari-lari di sepanjang lorong-lorong pasar swalayan yang telah kosong itu untuk mencari barang yang kami perlukan. Rasanya seperti sedang mengikuti kuis yang pada tahun 90-an pernah ditayangkan di televisi, di mana peserta harus menghabiskan sejumlah uang tertentu dengan daftar barang-barang yang harus dipenuhi dalam waktu yang terbatas. Ternyata sulit juga mencari selotip keran. Setelah bertanya pada pramuniaga yang bertugas pun ia tak dapat menemukannya. Untunglah berkat kegigihan Jojo yang rela sampai bertiarap di lantai dan merogoh-rogoh sampai ke setiap ujung rak akhirnya kami menemukannya. Sontak kami bertiga bersorak sorai dan segera berlari ke kasir yang sudah akan ditutup.
Setelah membayar harga selotip tersebut kami pun berlari lagi ke tempat parkir. Sesampainya di tempat parkir dengan terengah-engah kami menyerahkan selotip itu. Chandra berujar,”Beli senter ngga? Gelap nih, ngga keliatan apanya yang rusak. Soalnya airnya ngga habis, tapi setiap mesin menyala jadi mendidih.” Gubrak! Mana bisa? Orang begitu kami selesai membayar tadi pihak pasar swalayan langsung menarik rolling door dan mematikan lampu kok. Kenapa ngga kepikir dari tadi yah?
Cukup lama juga Chandra dan Teguh memutar otak mencari sumber masalahnya. Chandra bahkan sempat menelepon Papi nya untuk meminta masukan apa yang harus dilakukan, tetapi semuanya sia-sia. Sementara itu anak-anak mulai mengeluh lapar. Ya, saat itu sudah lebih dari pukul 22.00 dan kami belum makan malam. Untuk kesekian kalinya malam itu Jojo dan aku berlari-lari melintasi lapangan parkir menuju sebuah restoran waralaba yang berada di halaman pusat perbelanjaan itu. Kami hanya membeli 2 buah burger dan lemon tea untuk anak-anak. Alasannya, pertama karena sedang sibuk Chandra dan Teguh tidak mau makan. Kedua karena tegang dan khawatir aku dan Jojo pun tidak mau makan. Ketiga karena terburu-buru sebelum berangkat aku lupa mengambil uang sebelum berangkat sedangkan di dompet Jojo hanya ada uang yang tak seberapa. Untuk mengambil uang di ATM kami harus masuk lagi ke dalam gedung sedangkan kami lelah dan anak-anak sudah kelaparan, jadi ya sudahlah.
Sekembalinya di mobil anak-anak sudah menanti dengan tidak sabar. Selama mereka makan kami berusaha mencari pinjaman senter pada petugas parkir, petugas keamanan dan pada teman kami yang kebetulan bekerja di salah satu gerai di pusat perbelanjaan PVJ itu. Sayang, usaha kami sia-sia karena tidak ada satu orang pun yang mempunyai senter di sana.
Saat kami sudah hampir putus asa dan berpikir mungkin kami harus menginap di lapangan parkir malam itu, tiba-tiba Chandra menyuruh Teguh masuk ke dalam mobil dan menyalakan AC. Tak lama kemudian dengan berseri-seri Chandra menutup kap mesin mobil dan masuk ke balik kemudi.
“Ayo masuk semuanya!” serunya sambil memasang sabuk pengaman.
“Udah bener emang?” aku bertanya kebingungan.
Mobil pun menggelinding perlahan tapi stabil. Sambil mengusahakan agar mesin tidak bekerja terlalu berat, kilometer demi kilometer kami lalui dengan mulus tanpa kepulan asap dari balik kap mesin. AC dinyalakan sampai batas maksimum dan kami semua menggigil kedinginan. Sambil mengemudi Chandra menjelaskan bahwa tampaknya kipas radiatornya yang mati, bukan radiatornya yang kehabisan air. Karena itulah radiator menjadi panas. Idenya, dengan menjalankan AC sampai batas maksimum kipas AC yang letaknya bersebelahan dengan radiator akan ikut mendinginkan radiator tersebut. Akhirnya kami pun tiba di rumah dengan selamat. Papi Chandra tampak menanti di halaman rumah kami. Setelah melihat kami pulang dengan selamat beliau pun pulang. Terima kasih Papi buat perhatiannya . Teguh dan Jojo pun pamit pulang. Saat itulah rasa lapar mulai terasa di perut kami. Teguh dan Jojo berencana mampir ke McD dalam perjalanan pulang mereka sementara kami yang sudah sampai di rumah cukup senang untuk menghabiskan apa yang ada di meja makan kami.
Kami sungguh bersyukur atas pengalaman kami hari itu. Dari kejadian itu begitu banyak kami menjumpai kebaikan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kami. Pertama, saat di mini market akan membeli air, di dompet Chandra hanya ada 1 lembar uang senilai Rp.2.000,- Sambil berdoa ia mengorek setiap lipatan dan selipan di dompetnya. Tiba-tiba di salah satu celah dompet itu ia menemukan selembar uang Rp.10.000,- yang entah kapan ia selipkan di sana. Kedua, walaupun kami tiba di bioskop sangat terlambat ternyata kami tidak ketinggalan film barang 1 menit pun. Ketiga, kami bisa tiba di tujuan dan kembali pulang ke rumah dengan selamat dengan keadaan mobil yang demikian. Keempat, dengan ajaib Tuhan menyediakan keran air di sisi lapangan tempat kami memarkirkan mobil. Kelima, kami masih sempat membeli selotip keran walaupun sebetulnya pasar swalayan itu sudah tutup saat itu. Keenam, Tuhan memberikan hikmat kepada Chandra untuk menemukan permasalahan mesin dan pemecahannya. Dan terakhir, yang paling ajaib, Chandra sembuh total dari masuk angin, lemas-lemas dan pegal-pegal yang dideritanya sejak hari Jumat minggu sebelumnya. Mungkin dengan berolah raga lari ke mini market dan dengan mengucurkan begitu banyak keringat terkena uap panas dari mobil membuat semua angin keluar dari tubuhnya.
Sungguh satu pengalaman yang sangat berkesan bagi kami semua malam itu. Tetapi kami harap pada acara menonton ke bioskop berikutnya kami tidak akan menjumpai kendala seperti yang kami alami malam ini. Hahaha…
Rabu, 23 Juni 2010
Wanita-nya Allah (Seorang Istri, Seorang Ibu)
Dilahirkan sebagai seorang wanita membawa banyak konsekuensi bagi seseorang. Konsekuensi fisik, peran, posisi dan tentunya pandangan umum sesuai dengan konteks budaya dan tradisi yang berlaku. Banyak wanita yang merasa kurang beruntung karena dilahirkan sebagai wanita. Banyak pula yang pasrah menerima nasib karena takdir memilihnya menjadi wanita. Tak sedikit pula yang menyesali, menangisi, bahkan berontak dari kodratnya sebagai seorang wanita.
Mungkin dapat dimaklumi karena seringkali dalam kenyatannya wanita diposisikan sebagai warga kelas 2. Bahkan di beberapa daerah sangat terasa diskriminasi dan perbedaan hak dan prioritas antara kaum pria dan wanita. Tetapi bila ditelaah lebih jauh, kita akan melihat betapa istimewanya Tuhan menciptakan kita sebagai wanita.
Kita lihat dari segi fungsi. Tuhan menciptakan pria sebagai kepala dan wanita sebagai penolong pria dan keluarga. Tanggung jawab pria sebagai kepala memang berat, karena itulah ia membutuhkan seorang penolong yang sepadan baginya. Secara logika penolong dengan yang ditolong, pasti penolong mempunyai kemampuan lebih sehingga dianggap mampu untuk menolong pria melaksanakan tanggung jawabnya bukan? Nah, jika demikian, dalam hal apa wanita memiliki kemampuan lebih untuk melaksanakan fungsi sebagai penolong ini?
1. Tenaga. Secara fisik memang tenaga otot seorang wanita kalah jauh dengan yang dimiliki seorang pria. Tetapi secara pikiran dan ketahanan, tenaga seorang wanita jauh melebihi tenaga pria. Secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa wanita mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap stress dan rasa sakit. Buktinya, seringkali kaum wanita (terutama para ibu) tidak merasakan sakit kepala atau masuk angin/flu yang dideritanya dan tetap melakukan aktifitasnya sehari-hari dengan baik. Sedangkan kebanyakan kaum pria akan tumbang dan perlu istirahat penuh untuk pulih dari penyakit flu atau masuk angin yang dideritanya.
Wanita juga mengalami pendarahan dan gangguan hormonal berupa sakit kepala, keram perut, kejang betis atau sakit pinggang setiap bulan pada saat menstruasi dan bisa tetap bekerja. Seorang pria akan merasa sangat lemas apabila kehilangan darah dalam jumlah yang sama.
Karena itulah seorang wanita merupakan tulang punggung keluarga dalam arti domestik. Seorang ibu yang baik dan dapat diandalkan di dalam sebuah rumah menjamin keteraturan dan kenyamanan hidup seluruh anggota keluarganya. Biasanya seorang ibu yang berdedikasi akan menjadi orang pertama yang bangun di rumah untuk merapikan rumah dan menyiapkan segala kebutuhan keluarganya. Dia juga akan menjadi orang terakhir yang tidur di rumah setelah memastikan semua anggota keluarganya tidak kekurangan suatu apapun dan sudah tertidur dengan nyaman serta mempersiapkan segala yang diperlukan untuk keesokan harinya.
Betapa mulianya tugas seorang wanita sebagai penjaga keluarga dan betapa istimewanya Tuhan memperlengkapi kita dengan segala kelebihan dan kemampuan itu.
2. Keseimbangan otak. Wanita memiliki daya konsentrasi dan ketelitian yang lebih baik dari pria. Secara anatomi, otak wanita lebih berkembang secara seimbang karena kedua belah otak yang mengatur logika dan perasaan akan dipakai pada porsi yang hampir sama. Sedangkan kebanyakan pria lebih mengandalkan logika dan kurang mengasah sisi perasaan mereka. Itulah sebabnya kebanyakan wanita sanggup melakukan multi tasking (mengerjakan beberapa hal sekaligus pada waktu yang bersamaan). Misalnya: menyuapi anak yang bungsu sambil melipat baju-baju dan memeriksa pekerjaan rumah anaknya yang sulung. Seorang pria biasanya akan berkonsentrasi penuh pada satu pekerjaan yang sedang dilakukannya tanpa bisa memperhatikan hal lainnya. Perhatikan seorang pria yang sedang menonton pertandingan sepak bola atau membaca koran. Seringkali dipanggil pun dia tidak sadar dan ditanya pun dia tidak menjawab. Memang seringkali tugas-tugas seorang istri dan ibu menuntut seorang wanita melakukan multi tasking sedangkan tugas suami sebagai seorang pencari nafkah (jaman dahulu: pemburu makanan) bagi keluarga menuntut fokus yang tajam dan konsentrasi yang terpusat. Untuk itulah Tuhan sudah memperlengkapi kita masing-masing sesuai dengan peran yang sudah dirancangkan-Nya.
3. Simpati dan empati. Seorang wanita lebih bisa menyelami perasaan orang lain dan merasakan kesenangan ataupun penderitaan orang lain. Maka tak heran banyak wanita yang akan menangis atau tertawa ketika membaca buku atau menonton film sesuai dengan keadaan tokoh yang dibaca/dilihatnya. Hal ini menyebabkan seorang ibu menjadi tempat yang tepat bagi suami dan anak-anaknya untuk bermanja-manja dan menceritakan segala kesenangan atau permasalahan yang mereka hadapi. Betapa dinginnya suasana rumah tanpa seorang ibu yang hangat dan penyayang.
Sedangkan suami yang berperan sebagai pelindung keselamatan keluarga dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman dan untuk menjadi seseorang yang selalu dapat diandalkan dalam setiap ancaman/masalah yang mengganggu keluarga. Dari suami lah anak-anak akan belajar mengenai rasa aman dan ketegasan serta tanggung jawab. Untuk itu seorang wanita harus dapat me-manage emosi dan kondisi dirinya agar dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi suami dan anak-anaknya di rumah. Seorang istri yang pengomel dan selalu mengeluh atau terlalu mementingkan dirinya sendiri akan dijauhi oleh suami dan anak-anaknya. Mungkinkah itu sebabnya banyak suami yang berselingkuh dan banyak anak-anak yang tidak betah di rumah?
Jika demikian, ke mana seorang wanita, seorang istri, seorang ibu, harus menyalurkan kebutuhan emosionalnya? Bukankan wanita adalah makhluk kata-kata yang butuh untuk mengeluarkan sekitar 15.000 kata setiap harinya? Bukankah seorang wanita butuh tempat “curhat” untuk meredam stress-nya sendiri? Justru karena itulah Tuhan menjadikan wanita makhluk yang bersahabat dengan wanita lainnya. Perhatikan hubungan pertemanan seorang pria. Sedekat apapun seorang pria dengan temannya, selalu diwarnai dengan persaingan (membandingkan mobil, pekerjaan, istri,dll.). Dan rasa gengsi seringkali menghalangi mereka untuk mengemukakan masalah yang sedang mereka hadapi atau kelemahan yang mereka punyai. Hal ini wajar mengingat kodrat seorang pria yang memang diciptakan demikian pada awalnya, yaitu untuk bertahan dan menjaga keamanan teritori kedaulatan dan keluarganya. Bukankah sungguh beruntung kita kaum wanita yang bisa berinteraksi dengan begitu intim dan terbuka dengan sahabat-sahabat kita sesama kaum wanita? Dua orang wanita yang berjalan-jalan sambil bergandengan tangan di tempat umum atau saling menyapa dengan pelukan dan ciuman dianggap wajar. Apa yang kita pikirkan dan rasakan saat melihat 2 orang pria dewasa melakukan hal-hal tersebut?
Tuhan juga menciptakan wanita sebagai makhluk rohani. Setiap wanita mempunyai naluri untuk mendekat pada pencipta-Nya. Meskipun suami Tuhan tetapkan sebagai imam dalam keluarga, peran istri tak kalah pentingnya dalam membangun kehidupan rohani dalam keluarga. Doa seorang istri mempunyai kuasa yang tak terbatas. Setiap tokoh wanita hebat yang dicatat dalam Alkitab adalah sosok-sosok wanita pendoa yang luar biasa. Dan kita memiliki Allah sendiri di pihak kita, yang sanggup menanggung setiap beban kita, yang merasakan setiap penderitaan kita dan menyembuhkan setiap luka kita dengan bilur-bilur-Nya di atas kayu salib. Dia adalah sahabat yang tak pernah tertidur, Dia adalah kekasih yang tak pernah bĂȘte, Dia adalah tempat curhat yang tak pernah menganggap remeh setiap cerita kita, Dia adalah konselor cuma-cuma yang maha bijak dan tak terbatas waktu prakteknya, Dia adalah Bapa yang selalu siap memeluk kita, dan Dia adalah Allah yang maha kuasa yang sanggup mengubah hati, mengubah keadaan dan menjungkir balikkan dunia hanya dengan kehendak dan Firman-Nya.
4. Mengandung dan melahirkan anak. Ini adalah hak istimewa yang Tuhan karuniakan kepada kaum wanita. Memelihara sebuah jiwa di dalam tubuh kita dan merasakannya bertumbuh selama 9 bulan di dalam tubuh kita adalah sebuah pengalaman spiritual yang tak tergambarkan dan tak tergantikan. Hubungan batin dan hubungan fisik yang terjadi sungguh adalah anugerah yang tak akan bisa dirasakan oleh seorang pria. Secara naluriah seorang bayi akan mengenal bau tubuh, detak jantung dan suara ibunya karena kebersamaan selama di dalam kandungan. Seorang anak juga akan menyerap setiap emosi dan perasaan ibunya selama ia dikandung.
Bayangkan betapa besarnya kuasa kita membentuk dan mempengaruhi anak di dalam kandungan kita. Seorang anak yang tidak diinginkan, mengalami usaha pengguguran atau dikandung dalam kandungan seorang ibu yang menderita ketakutan atau depresi atau kemarahan akan menjadi seorang manusia yang peka terhadap penolakan, tidak percaya diri dan sulit mengendalikan emosi. Sedangkan seorang anak yang dicintai sejak dari dalam kandungan, diajak bicara, distimulasi dengan sentuhan dan nyanyian, akan tumbuh menjadi seorang manusia yang hangat, cerdas dan percaya diri. Apa yang terekam selama masa kehamilan dan 4 tahun pertama kehidupannya selamanya akan mempengaruhi kepribadian dan kehidupan si anak.
Setelah itu tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya di jalan yang benar. Pola asuh dan cara kita memperlakukan dan menerapkan disiplin pada anak-anak kita akan menentukan manusia seperti apa jadinya mereka nanti.
Betapa luar biasanya kepercayaan yang Tuhan berikan saat kita diijinkan menjadi seorang ibu. Adakah kita menyadari dan mensyukuri anugerah sekaligus tanggung jawab ini? Karena bagaimanapun tak ada seorang anak pun yang meminta untuk dilahirkan. Kita orang tuanya lah yang memutuskan untuk menjadikan dan melahirkannya ke dunia ini. Kita jugalah yang bertanggung jawab membentuk anak kita menjadi seorang manusia yang baik dan bahagia.
5. Kemampuan untuk beradaptasi dan ketidakegoisan. Wanita dikodratkan untuk menjadi makhluk yang tidak egois. Tak akan ada seorang wanita yang egois yang dapat menciptakan rumah tangga atau lingkungan yang menyenangkan dan berhasil. Sebaliknya seorang wanita yang tahu tugas dan perannya, yang punya hati yang rela untuk berkorban dan melayani, dan punya jiwa yang kaya akan pengampunan dan kasih yang tak bersyarat bagi Tuhan dan keluarga akan berdampak sedemikian besar bagi lingkungan dan keluarganya.
Ada pepatah yang mengatakan di balik setiap pria sukses ada seorang wanita bijak dan di balik setiap pria gagal ada seorang wanita yang tidak bijak. Wanita ini bisa berupa istri atau ibunya, atau mungkin kekasihnya. Betapa akuratnya pernyataan itu. Seorang wanita bisa berdampak begitu besar bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Apakah kita mau menjadi orang di baik kesusksesan keluarga kita ataukah kehancuran keluarga kita?
Ya, seorang wanita bisa mengangkat semangat seorang suami yang putus asa dan menjadikannya sukses dengan dukungan dan kasih yang tulus. Dia juga bisa merawat dan mendidik seorang anak yang cacat fisik menjadi seorang yang berprestasi dengan kepercayaan dan pendampingan yang penuh kasih.
Seorang wanita bisa menghasut seorang Samson hingga menjual kekuatan dan kredibilitasnya. Dan seorang wanita juga bisa menyebabkan perpecahan dalam keluarga besar seorang pria baik-baik gara-gara soal warisan.
Memang tidak mudah menjadi seorang wanita yang mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri. Kita harus mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak-anak, kadang harus bekerja, harus merawat diri agar selalu tampak cantik, juga harus menjaga emosi dan membawa kehangatan di rumah dan mengesampingkan masalah emosi dan keegoisan kita. Tetapi Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala atribut, kasih karunia dan kemampuan yang diperlukan untuk semuanya itu. Dan saat kita menyadari misi khusus yang Tuhan persiapkan buat kita dan kita menjalankannya dengan penerimaan dan sukacita, semua akan ternikmati dan pada gilirannya akan mendatangkan kebaikan pada semua pihak. Suami semakin mengasihi kita, anak-anak akan tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan berhasil, lingkungan kita akan terberkati dengan kehadiran kita yang membawa teladan dan kebaikan, dan kita akan merasa puas secara utuh atas tujuan hidup yang tergenapi dengan baik. Dan pada akhirnya, Tuhan akan tersenyum dan berkata,”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia….Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.”
Tulisan ini saya persembahkan bagi setiap wanita pada umumnya dan secara khusus bagi setiap istri dan ibu yang mungkin selama ini mempertanyakan keberhargaan dan tujuan hidupnya. Tuhan memberkati…
Mungkin dapat dimaklumi karena seringkali dalam kenyatannya wanita diposisikan sebagai warga kelas 2. Bahkan di beberapa daerah sangat terasa diskriminasi dan perbedaan hak dan prioritas antara kaum pria dan wanita. Tetapi bila ditelaah lebih jauh, kita akan melihat betapa istimewanya Tuhan menciptakan kita sebagai wanita.
Kita lihat dari segi fungsi. Tuhan menciptakan pria sebagai kepala dan wanita sebagai penolong pria dan keluarga. Tanggung jawab pria sebagai kepala memang berat, karena itulah ia membutuhkan seorang penolong yang sepadan baginya. Secara logika penolong dengan yang ditolong, pasti penolong mempunyai kemampuan lebih sehingga dianggap mampu untuk menolong pria melaksanakan tanggung jawabnya bukan? Nah, jika demikian, dalam hal apa wanita memiliki kemampuan lebih untuk melaksanakan fungsi sebagai penolong ini?
1. Tenaga. Secara fisik memang tenaga otot seorang wanita kalah jauh dengan yang dimiliki seorang pria. Tetapi secara pikiran dan ketahanan, tenaga seorang wanita jauh melebihi tenaga pria. Secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa wanita mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap stress dan rasa sakit. Buktinya, seringkali kaum wanita (terutama para ibu) tidak merasakan sakit kepala atau masuk angin/flu yang dideritanya dan tetap melakukan aktifitasnya sehari-hari dengan baik. Sedangkan kebanyakan kaum pria akan tumbang dan perlu istirahat penuh untuk pulih dari penyakit flu atau masuk angin yang dideritanya.
Wanita juga mengalami pendarahan dan gangguan hormonal berupa sakit kepala, keram perut, kejang betis atau sakit pinggang setiap bulan pada saat menstruasi dan bisa tetap bekerja. Seorang pria akan merasa sangat lemas apabila kehilangan darah dalam jumlah yang sama.
Karena itulah seorang wanita merupakan tulang punggung keluarga dalam arti domestik. Seorang ibu yang baik dan dapat diandalkan di dalam sebuah rumah menjamin keteraturan dan kenyamanan hidup seluruh anggota keluarganya. Biasanya seorang ibu yang berdedikasi akan menjadi orang pertama yang bangun di rumah untuk merapikan rumah dan menyiapkan segala kebutuhan keluarganya. Dia juga akan menjadi orang terakhir yang tidur di rumah setelah memastikan semua anggota keluarganya tidak kekurangan suatu apapun dan sudah tertidur dengan nyaman serta mempersiapkan segala yang diperlukan untuk keesokan harinya.
Betapa mulianya tugas seorang wanita sebagai penjaga keluarga dan betapa istimewanya Tuhan memperlengkapi kita dengan segala kelebihan dan kemampuan itu.
2. Keseimbangan otak. Wanita memiliki daya konsentrasi dan ketelitian yang lebih baik dari pria. Secara anatomi, otak wanita lebih berkembang secara seimbang karena kedua belah otak yang mengatur logika dan perasaan akan dipakai pada porsi yang hampir sama. Sedangkan kebanyakan pria lebih mengandalkan logika dan kurang mengasah sisi perasaan mereka. Itulah sebabnya kebanyakan wanita sanggup melakukan multi tasking (mengerjakan beberapa hal sekaligus pada waktu yang bersamaan). Misalnya: menyuapi anak yang bungsu sambil melipat baju-baju dan memeriksa pekerjaan rumah anaknya yang sulung. Seorang pria biasanya akan berkonsentrasi penuh pada satu pekerjaan yang sedang dilakukannya tanpa bisa memperhatikan hal lainnya. Perhatikan seorang pria yang sedang menonton pertandingan sepak bola atau membaca koran. Seringkali dipanggil pun dia tidak sadar dan ditanya pun dia tidak menjawab. Memang seringkali tugas-tugas seorang istri dan ibu menuntut seorang wanita melakukan multi tasking sedangkan tugas suami sebagai seorang pencari nafkah (jaman dahulu: pemburu makanan) bagi keluarga menuntut fokus yang tajam dan konsentrasi yang terpusat. Untuk itulah Tuhan sudah memperlengkapi kita masing-masing sesuai dengan peran yang sudah dirancangkan-Nya.
3. Simpati dan empati. Seorang wanita lebih bisa menyelami perasaan orang lain dan merasakan kesenangan ataupun penderitaan orang lain. Maka tak heran banyak wanita yang akan menangis atau tertawa ketika membaca buku atau menonton film sesuai dengan keadaan tokoh yang dibaca/dilihatnya. Hal ini menyebabkan seorang ibu menjadi tempat yang tepat bagi suami dan anak-anaknya untuk bermanja-manja dan menceritakan segala kesenangan atau permasalahan yang mereka hadapi. Betapa dinginnya suasana rumah tanpa seorang ibu yang hangat dan penyayang.
Sedangkan suami yang berperan sebagai pelindung keselamatan keluarga dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman dan untuk menjadi seseorang yang selalu dapat diandalkan dalam setiap ancaman/masalah yang mengganggu keluarga. Dari suami lah anak-anak akan belajar mengenai rasa aman dan ketegasan serta tanggung jawab. Untuk itu seorang wanita harus dapat me-manage emosi dan kondisi dirinya agar dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi suami dan anak-anaknya di rumah. Seorang istri yang pengomel dan selalu mengeluh atau terlalu mementingkan dirinya sendiri akan dijauhi oleh suami dan anak-anaknya. Mungkinkah itu sebabnya banyak suami yang berselingkuh dan banyak anak-anak yang tidak betah di rumah?
Jika demikian, ke mana seorang wanita, seorang istri, seorang ibu, harus menyalurkan kebutuhan emosionalnya? Bukankan wanita adalah makhluk kata-kata yang butuh untuk mengeluarkan sekitar 15.000 kata setiap harinya? Bukankah seorang wanita butuh tempat “curhat” untuk meredam stress-nya sendiri? Justru karena itulah Tuhan menjadikan wanita makhluk yang bersahabat dengan wanita lainnya. Perhatikan hubungan pertemanan seorang pria. Sedekat apapun seorang pria dengan temannya, selalu diwarnai dengan persaingan (membandingkan mobil, pekerjaan, istri,dll.). Dan rasa gengsi seringkali menghalangi mereka untuk mengemukakan masalah yang sedang mereka hadapi atau kelemahan yang mereka punyai. Hal ini wajar mengingat kodrat seorang pria yang memang diciptakan demikian pada awalnya, yaitu untuk bertahan dan menjaga keamanan teritori kedaulatan dan keluarganya. Bukankah sungguh beruntung kita kaum wanita yang bisa berinteraksi dengan begitu intim dan terbuka dengan sahabat-sahabat kita sesama kaum wanita? Dua orang wanita yang berjalan-jalan sambil bergandengan tangan di tempat umum atau saling menyapa dengan pelukan dan ciuman dianggap wajar. Apa yang kita pikirkan dan rasakan saat melihat 2 orang pria dewasa melakukan hal-hal tersebut?
Tuhan juga menciptakan wanita sebagai makhluk rohani. Setiap wanita mempunyai naluri untuk mendekat pada pencipta-Nya. Meskipun suami Tuhan tetapkan sebagai imam dalam keluarga, peran istri tak kalah pentingnya dalam membangun kehidupan rohani dalam keluarga. Doa seorang istri mempunyai kuasa yang tak terbatas. Setiap tokoh wanita hebat yang dicatat dalam Alkitab adalah sosok-sosok wanita pendoa yang luar biasa. Dan kita memiliki Allah sendiri di pihak kita, yang sanggup menanggung setiap beban kita, yang merasakan setiap penderitaan kita dan menyembuhkan setiap luka kita dengan bilur-bilur-Nya di atas kayu salib. Dia adalah sahabat yang tak pernah tertidur, Dia adalah kekasih yang tak pernah bĂȘte, Dia adalah tempat curhat yang tak pernah menganggap remeh setiap cerita kita, Dia adalah konselor cuma-cuma yang maha bijak dan tak terbatas waktu prakteknya, Dia adalah Bapa yang selalu siap memeluk kita, dan Dia adalah Allah yang maha kuasa yang sanggup mengubah hati, mengubah keadaan dan menjungkir balikkan dunia hanya dengan kehendak dan Firman-Nya.
4. Mengandung dan melahirkan anak. Ini adalah hak istimewa yang Tuhan karuniakan kepada kaum wanita. Memelihara sebuah jiwa di dalam tubuh kita dan merasakannya bertumbuh selama 9 bulan di dalam tubuh kita adalah sebuah pengalaman spiritual yang tak tergambarkan dan tak tergantikan. Hubungan batin dan hubungan fisik yang terjadi sungguh adalah anugerah yang tak akan bisa dirasakan oleh seorang pria. Secara naluriah seorang bayi akan mengenal bau tubuh, detak jantung dan suara ibunya karena kebersamaan selama di dalam kandungan. Seorang anak juga akan menyerap setiap emosi dan perasaan ibunya selama ia dikandung.
Bayangkan betapa besarnya kuasa kita membentuk dan mempengaruhi anak di dalam kandungan kita. Seorang anak yang tidak diinginkan, mengalami usaha pengguguran atau dikandung dalam kandungan seorang ibu yang menderita ketakutan atau depresi atau kemarahan akan menjadi seorang manusia yang peka terhadap penolakan, tidak percaya diri dan sulit mengendalikan emosi. Sedangkan seorang anak yang dicintai sejak dari dalam kandungan, diajak bicara, distimulasi dengan sentuhan dan nyanyian, akan tumbuh menjadi seorang manusia yang hangat, cerdas dan percaya diri. Apa yang terekam selama masa kehamilan dan 4 tahun pertama kehidupannya selamanya akan mempengaruhi kepribadian dan kehidupan si anak.
Setelah itu tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya di jalan yang benar. Pola asuh dan cara kita memperlakukan dan menerapkan disiplin pada anak-anak kita akan menentukan manusia seperti apa jadinya mereka nanti.
Betapa luar biasanya kepercayaan yang Tuhan berikan saat kita diijinkan menjadi seorang ibu. Adakah kita menyadari dan mensyukuri anugerah sekaligus tanggung jawab ini? Karena bagaimanapun tak ada seorang anak pun yang meminta untuk dilahirkan. Kita orang tuanya lah yang memutuskan untuk menjadikan dan melahirkannya ke dunia ini. Kita jugalah yang bertanggung jawab membentuk anak kita menjadi seorang manusia yang baik dan bahagia.
5. Kemampuan untuk beradaptasi dan ketidakegoisan. Wanita dikodratkan untuk menjadi makhluk yang tidak egois. Tak akan ada seorang wanita yang egois yang dapat menciptakan rumah tangga atau lingkungan yang menyenangkan dan berhasil. Sebaliknya seorang wanita yang tahu tugas dan perannya, yang punya hati yang rela untuk berkorban dan melayani, dan punya jiwa yang kaya akan pengampunan dan kasih yang tak bersyarat bagi Tuhan dan keluarga akan berdampak sedemikian besar bagi lingkungan dan keluarganya.
Ada pepatah yang mengatakan di balik setiap pria sukses ada seorang wanita bijak dan di balik setiap pria gagal ada seorang wanita yang tidak bijak. Wanita ini bisa berupa istri atau ibunya, atau mungkin kekasihnya. Betapa akuratnya pernyataan itu. Seorang wanita bisa berdampak begitu besar bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Apakah kita mau menjadi orang di baik kesusksesan keluarga kita ataukah kehancuran keluarga kita?
Ya, seorang wanita bisa mengangkat semangat seorang suami yang putus asa dan menjadikannya sukses dengan dukungan dan kasih yang tulus. Dia juga bisa merawat dan mendidik seorang anak yang cacat fisik menjadi seorang yang berprestasi dengan kepercayaan dan pendampingan yang penuh kasih.
Seorang wanita bisa menghasut seorang Samson hingga menjual kekuatan dan kredibilitasnya. Dan seorang wanita juga bisa menyebabkan perpecahan dalam keluarga besar seorang pria baik-baik gara-gara soal warisan.
Memang tidak mudah menjadi seorang wanita yang mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri. Kita harus mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak-anak, kadang harus bekerja, harus merawat diri agar selalu tampak cantik, juga harus menjaga emosi dan membawa kehangatan di rumah dan mengesampingkan masalah emosi dan keegoisan kita. Tetapi Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala atribut, kasih karunia dan kemampuan yang diperlukan untuk semuanya itu. Dan saat kita menyadari misi khusus yang Tuhan persiapkan buat kita dan kita menjalankannya dengan penerimaan dan sukacita, semua akan ternikmati dan pada gilirannya akan mendatangkan kebaikan pada semua pihak. Suami semakin mengasihi kita, anak-anak akan tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan berhasil, lingkungan kita akan terberkati dengan kehadiran kita yang membawa teladan dan kebaikan, dan kita akan merasa puas secara utuh atas tujuan hidup yang tergenapi dengan baik. Dan pada akhirnya, Tuhan akan tersenyum dan berkata,”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia….Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.”
Tulisan ini saya persembahkan bagi setiap wanita pada umumnya dan secara khusus bagi setiap istri dan ibu yang mungkin selama ini mempertanyakan keberhargaan dan tujuan hidupnya. Tuhan memberkati…
Wajah dalam Cermin
Wajah itu menatapku dari dalam cermin. Wajah yang sangat familier, tapi juga asing karena selama ini aku kurang akrab bergaul dengan cermin. Boleh dibilang bahkan aku cenderung untuk menjauhi cermin karena aku kurang menyukai apa yang kutemukan di sana.
Tetapi malam itu aku menatap wajah itu dengan seksama. Memperhatikan setiap detilnya, menganalisa setiap bagiannya.
Aku melihat dahi yang lebar, persis dahi ayahku, dengan warna kulit yang sedikit lebih gelap dari bagian wajahku yang lain (yang juga tidak putih). Ibuku bilang sewaktu melahirkanku dulu, dokter meninggalkan ibuku yang baru mencapai bukaan lima untuk menangani pasien yang sudah mencapai bukaan sepuluh di rumah sakit lain dengan pesan untuk jangan dulu mengejan sebelum dokter kembali. Ternyata dalam waktu yang relatif singkat ibuku sudah mencapai bukaan sepuluh dan aku mulai mendesak keluar. Cukup lama beliau menahanku tepat di jalan lahir. Ketika dokter kembali, begitu melihat ujung rambut sang dokter, ibuku melepas semua pertahanannya dan akupun meluncur keluar dalam satu dorongan. Dahi dan ubun-ubunku berwarna kehitaman karena pembuluh-pembuluh darah di sana sempat terjepit cukup lama ketika ibuku menanti dokter yang tak kunjung datang. Untunglah lama kelamaan warna kehitaman itu memudar walaupun tidak sama persis dengan bagian wajahku yang lain.
Pandanganku beralih ke alis yang tipis dan tersebar tak beraturan di sepanjang tulang alis, bahkan sampai ke kelopak mata.
Disusul dengan sepasang kelopak mata yang tebal dan tanpa lipatan, dengan bulu mata yang lurus dan pendek-pendek. Begitu tipis dan pendeknya sampai kalau tidak diperhatikan benar-benar, tampak seolah-olah aku tidak mempunyai bulu mata sama sekali.
Kini aku memperhatikan bagian mata. Sepasang mata yang kecil dan sipit, dengan sudut luar yang mengarah ke bawah sehingga mennimbulkan kesan sayu. Seandainya saja sudut-sudut mata itu mengarah ke atas seperti mata kucing, mungkin akan tampak lebih menarik dan seksi, seperti Lucy Liu, salah satu pemeran tokoh Charlie’s Angels, atau Michelle Khan, seorang aktris Hong Kong yang terpilih menjadi salah satu James Bond’s girl (gadis pendamping James Bond) yang merupakan pilihan gadis-gadis terseksi sepanjang zaman.
Beralih ke hidung yang walaupun tidak pesek tetapi cukup besar, dengan sebutir baso sebagai pusat tepat di tengahnya. Kucoba memijitnya agar tampak lebih ramping, tetapi wajah itu malah terlihat aneh karena sudut matanya ikut tertarik. Akhirnya, dengan pasrah kulepaskan kembali hidung baso yang malang itu sambil menghembuskan nafas keras-keras.
Bagian terakhir dari wajah itu adalah sepasang bibir yang cukup lumayan sebetulnya, hanya saja bibir itu tampak sedikit kehitaman akibat pemakaian lipstick-lipstik murah yang kubeli waktu ABG, sebelum akhirnya aku menyerah dalam usahaku memperbaiki penampilanku ini.
Aku pun mengalihkan tatapanku ke bawah, menolak untuk menatap wajah yang mengecewakan itu lebih lama lagi.
Memang selama ini aku tidak pernah mengalami kesulitan bergaul dengan siapa pun, termasuk para pria. Mereka mengagumi efisiensi kerja dan luasnya wawasanku, kami biasa berdiskusi dan tukar pendapat. Topik apa pun bisa kuladeni dengan seimbang seolah-olah aku ini seorang pria seperti mereka, bahkan sampai membicarakan kaum wanita tanpa merasa kagok di depanku. Tapi kalau soal asmara, tak seorang pun melirikku. Seperti percakapanku siang tadi dengan serang rekan pria.
“Gila, gue kemaren ngeliat cewek cakep banget di BIP! Putih, mulus, pake hot pants sama tank top, keren boo! Pantatnya kenceng lagi, kaya bapaw!”
“Ah elo! Emang ngga cukup apa punya pacar satu? Kan si Rani juga udah cakep banget,” ujarku sambil diam-diam melirik pakaianku yang sangat jauh dari kategori seksi. Lagipula aku tidak cukup percaya diri untuk mengenakan pakaian seksi karena kurasa bentuk tubuhku kurang menunjang untuk itu.
“Iya dong! Pacar gue kan harus cakep. Kalo ngga cakep malu dong dibawa jalan, apalagi kalo ketemu temen, muka gue mau ditaro di mana kalo bawa cewek jelek?”
Dalam hati aku ngedumel, “Ngga sensitif! Ngga punya perasaan! Gua kan termasuk cewek jelek, sialan! Dia pikir gua bukan cewek apa?”
“Emang kenapa?” tantangku, “Yang penting kan hati sama otaknya. Diajak ngomong nyambung, saying suami, setia pula!”
“Puih! Cewek mah ngga usah pinter-pinter, ntar malah ngelunjak! Yang penting keren, jadi bangga ngegandengnya. Kalo urusan setia sih, selama doku mengalir, doi pasti setia kok, tenang aja,” sahutnya renyah.
“Emangnya barang? Bisa dibeli pake uang & gunanya Cuma untuk dipamerin doang? Enak aja!” ujarku ketus, tersinggung karena dia begitu merendahkan nilai dan martabat kaum wanita.
“Ya iya lah! Bayangin gue ngegandeng cewek udah item, jelek, gayanya kampungan lagi. Bisa-bisa disangka gue jalan sama pembantu gue dong!”
Aku pun malas membahasnya lebih lanjut karena rasanya hatiku perlahan tenggelam, amblas entah ke mana menyisakan ruang yang begitu hampa sampai-sampai terasa menyesakkan di dadaku.
Itulah penyebab aku mengamati wajahku di cermin malam itu, dan banyak malam-malam lain di mana aku menyesali penampilanku yang “biasa-biasa saja” kalau tidak bisa dibilang jelek.
Lamunanku terputus oleh suara anak bungsuku, “Mama! Susunya udah abisss!”
“Oh! Iya sayang, sebentar mama ke sana,” aku menyahut dengan riang.
Perlahan kuletakkan sisir yang kupegang di meja riasku, kembali kutatap bayanganku di cermin. Wajah yang menatapku mala mini masih wajah yang sama dengan wajah dalam cermin di malam itu dua belas tahun yang lalu, hanya sedikit lebih berisi, dan mulai ada timbunan lemak tipis di bawah daguku. Tetap tanpa polesan, tetap dengan hidung baso dan dahi yang lebih gelap. Yang membedakan hanyalah ekspresi damai dan penerimaan yang terpancar darinya, tak ada lagi penyesalan dan amarah di sana.
Diam-diam kuamati sosok suamiku yang sedang bercanda dengan kedua jagoan cilikku. Sosok yang gagah dan digandrungi wanita. Bahkan sampai saat ini masih banyak wanita yang menunjukkan perhatian lebih padanya. Tapi dia telah memilihku menjadi pendampingnya, mengasihiku dan menghormatiku. Alasannya? Ternyata kriteria seorang pria dalam mencari pacar dan mencari istri itu berbeda, dan dia menemukan apa yang dia cari di dalam diriku.
Jadi, kaum wanita yang merasa dirinya “biasa-biasa saja”, percayalah bahwa Tuhan menciptakan setiap kita sempurna adanya. Setiap kekurangan dan kelebihan kita ada dalam rancangan-Nya, bukan merupakan suatu kesalahan atau pun kelalaian. Dan Tuhan punya rencana yang indah dalam hidup kita, apa pun itu, asalkan kita sabar menanti dan mengikuti waktunya Tuhan.
Tetapi malam itu aku menatap wajah itu dengan seksama. Memperhatikan setiap detilnya, menganalisa setiap bagiannya.
Aku melihat dahi yang lebar, persis dahi ayahku, dengan warna kulit yang sedikit lebih gelap dari bagian wajahku yang lain (yang juga tidak putih). Ibuku bilang sewaktu melahirkanku dulu, dokter meninggalkan ibuku yang baru mencapai bukaan lima untuk menangani pasien yang sudah mencapai bukaan sepuluh di rumah sakit lain dengan pesan untuk jangan dulu mengejan sebelum dokter kembali. Ternyata dalam waktu yang relatif singkat ibuku sudah mencapai bukaan sepuluh dan aku mulai mendesak keluar. Cukup lama beliau menahanku tepat di jalan lahir. Ketika dokter kembali, begitu melihat ujung rambut sang dokter, ibuku melepas semua pertahanannya dan akupun meluncur keluar dalam satu dorongan. Dahi dan ubun-ubunku berwarna kehitaman karena pembuluh-pembuluh darah di sana sempat terjepit cukup lama ketika ibuku menanti dokter yang tak kunjung datang. Untunglah lama kelamaan warna kehitaman itu memudar walaupun tidak sama persis dengan bagian wajahku yang lain.
Pandanganku beralih ke alis yang tipis dan tersebar tak beraturan di sepanjang tulang alis, bahkan sampai ke kelopak mata.
Disusul dengan sepasang kelopak mata yang tebal dan tanpa lipatan, dengan bulu mata yang lurus dan pendek-pendek. Begitu tipis dan pendeknya sampai kalau tidak diperhatikan benar-benar, tampak seolah-olah aku tidak mempunyai bulu mata sama sekali.
Kini aku memperhatikan bagian mata. Sepasang mata yang kecil dan sipit, dengan sudut luar yang mengarah ke bawah sehingga mennimbulkan kesan sayu. Seandainya saja sudut-sudut mata itu mengarah ke atas seperti mata kucing, mungkin akan tampak lebih menarik dan seksi, seperti Lucy Liu, salah satu pemeran tokoh Charlie’s Angels, atau Michelle Khan, seorang aktris Hong Kong yang terpilih menjadi salah satu James Bond’s girl (gadis pendamping James Bond) yang merupakan pilihan gadis-gadis terseksi sepanjang zaman.
Beralih ke hidung yang walaupun tidak pesek tetapi cukup besar, dengan sebutir baso sebagai pusat tepat di tengahnya. Kucoba memijitnya agar tampak lebih ramping, tetapi wajah itu malah terlihat aneh karena sudut matanya ikut tertarik. Akhirnya, dengan pasrah kulepaskan kembali hidung baso yang malang itu sambil menghembuskan nafas keras-keras.
Bagian terakhir dari wajah itu adalah sepasang bibir yang cukup lumayan sebetulnya, hanya saja bibir itu tampak sedikit kehitaman akibat pemakaian lipstick-lipstik murah yang kubeli waktu ABG, sebelum akhirnya aku menyerah dalam usahaku memperbaiki penampilanku ini.
Aku pun mengalihkan tatapanku ke bawah, menolak untuk menatap wajah yang mengecewakan itu lebih lama lagi.
Memang selama ini aku tidak pernah mengalami kesulitan bergaul dengan siapa pun, termasuk para pria. Mereka mengagumi efisiensi kerja dan luasnya wawasanku, kami biasa berdiskusi dan tukar pendapat. Topik apa pun bisa kuladeni dengan seimbang seolah-olah aku ini seorang pria seperti mereka, bahkan sampai membicarakan kaum wanita tanpa merasa kagok di depanku. Tapi kalau soal asmara, tak seorang pun melirikku. Seperti percakapanku siang tadi dengan serang rekan pria.
“Gila, gue kemaren ngeliat cewek cakep banget di BIP! Putih, mulus, pake hot pants sama tank top, keren boo! Pantatnya kenceng lagi, kaya bapaw!”
“Ah elo! Emang ngga cukup apa punya pacar satu? Kan si Rani juga udah cakep banget,” ujarku sambil diam-diam melirik pakaianku yang sangat jauh dari kategori seksi. Lagipula aku tidak cukup percaya diri untuk mengenakan pakaian seksi karena kurasa bentuk tubuhku kurang menunjang untuk itu.
“Iya dong! Pacar gue kan harus cakep. Kalo ngga cakep malu dong dibawa jalan, apalagi kalo ketemu temen, muka gue mau ditaro di mana kalo bawa cewek jelek?”
Dalam hati aku ngedumel, “Ngga sensitif! Ngga punya perasaan! Gua kan termasuk cewek jelek, sialan! Dia pikir gua bukan cewek apa?”
“Emang kenapa?” tantangku, “Yang penting kan hati sama otaknya. Diajak ngomong nyambung, saying suami, setia pula!”
“Puih! Cewek mah ngga usah pinter-pinter, ntar malah ngelunjak! Yang penting keren, jadi bangga ngegandengnya. Kalo urusan setia sih, selama doku mengalir, doi pasti setia kok, tenang aja,” sahutnya renyah.
“Emangnya barang? Bisa dibeli pake uang & gunanya Cuma untuk dipamerin doang? Enak aja!” ujarku ketus, tersinggung karena dia begitu merendahkan nilai dan martabat kaum wanita.
“Ya iya lah! Bayangin gue ngegandeng cewek udah item, jelek, gayanya kampungan lagi. Bisa-bisa disangka gue jalan sama pembantu gue dong!”
Aku pun malas membahasnya lebih lanjut karena rasanya hatiku perlahan tenggelam, amblas entah ke mana menyisakan ruang yang begitu hampa sampai-sampai terasa menyesakkan di dadaku.
Itulah penyebab aku mengamati wajahku di cermin malam itu, dan banyak malam-malam lain di mana aku menyesali penampilanku yang “biasa-biasa saja” kalau tidak bisa dibilang jelek.
Lamunanku terputus oleh suara anak bungsuku, “Mama! Susunya udah abisss!”
“Oh! Iya sayang, sebentar mama ke sana,” aku menyahut dengan riang.
Perlahan kuletakkan sisir yang kupegang di meja riasku, kembali kutatap bayanganku di cermin. Wajah yang menatapku mala mini masih wajah yang sama dengan wajah dalam cermin di malam itu dua belas tahun yang lalu, hanya sedikit lebih berisi, dan mulai ada timbunan lemak tipis di bawah daguku. Tetap tanpa polesan, tetap dengan hidung baso dan dahi yang lebih gelap. Yang membedakan hanyalah ekspresi damai dan penerimaan yang terpancar darinya, tak ada lagi penyesalan dan amarah di sana.
Diam-diam kuamati sosok suamiku yang sedang bercanda dengan kedua jagoan cilikku. Sosok yang gagah dan digandrungi wanita. Bahkan sampai saat ini masih banyak wanita yang menunjukkan perhatian lebih padanya. Tapi dia telah memilihku menjadi pendampingnya, mengasihiku dan menghormatiku. Alasannya? Ternyata kriteria seorang pria dalam mencari pacar dan mencari istri itu berbeda, dan dia menemukan apa yang dia cari di dalam diriku.
Jadi, kaum wanita yang merasa dirinya “biasa-biasa saja”, percayalah bahwa Tuhan menciptakan setiap kita sempurna adanya. Setiap kekurangan dan kelebihan kita ada dalam rancangan-Nya, bukan merupakan suatu kesalahan atau pun kelalaian. Dan Tuhan punya rencana yang indah dalam hidup kita, apa pun itu, asalkan kita sabar menanti dan mengikuti waktunya Tuhan.
Toko Berkat 2 (Buku Harian Seekor Kucing)
Di dunia kucing, namaku Sophie, seekor primadona di lingkungan RT.04. Setiap malam, aku tinggal memilih jantan mana yang akan kujadikan teman kecan untuk malam itu, warna buluku yang terdiri dari campuran warna coklat tua, coklat muda, coklat susu hingga cream, dalam pola garis-garis yang elegant disebut brown patch tabby. Tetapi di dunia manusia, aku dipanggil "Meng" , dan banyak orang menyebut jubah buluku dengan sebutan "warna lap pel", apapun artinya itu, mungkin sebuah sebutan untuk warna yang cantik dan langka.
Aku mengadopsi sebuah keluarga manusia yang cukup baik terhadapku, mereka selalu menyediakan makanan untukku, membelai-belai dan menggendongku, berbicara kepadaku, dan mengajakku bermain. Mereka juga tidak merepotkan, mereka tinggal di suatu bangunan yang mereka beri nama "Toko Berkat"
Mereka mengisi ruangan bawah yang mereka sebut "toko" dengan banyak rak dan barang-barang, ada juga ruangan-ruangan lain yang disebut "gudang", "dapur", dan lain-lain, dan pada malam hari mereka akan memasukkan diri mereka sendiri ke dalam suatu kandang di lantai 2 yang mereka sebut "rumah", benar-benar tidak merepotkanku, karena pada malam hari lah aku sibuk beraktifitas.
Di malam hari, aku berpatroli di setiap ruangan untuk berburu mangsa, ada tikus-tikus yang gemuk dan lezat, terutama di "toko" dan di "gudang", ada cicak-cicak yang merayap di dinding "dapur" dan di balik barang-barang, ada juga cecurut-cecurut yang masuk ke dalam dari got di depan bangunan, nah kalau yang ini tidak akan aku makan, karena mereka berbau busuk, tetapi cukup menarik untuk diburu dan dijadikan mainan. Aku bekerja keras mengejar-ngejar mereka di kegelapan, tetapi itu bukan masalah untukku karena mataku memiliki kemampuan night vision yang sempurna. Terkadang aku terpaksa menjatuhkan barang-barang dalam usahaku menangkap mangsa, apalagi makin lama populasi hewan buruan di Toko Berkat ini semakin menurun, pernah sekali aku menjatuhkan sesuatu yang disebut "oven toaster" oleh manusia, dan keesokan harinya mereka semua sangat ramai meributkan barang tersebut, aneh! Lagipula, apa kegunaan barang kotak yang keras dan dingin itu?
Beberapa kali aku mencoba menghadiahkan hasil buruanku pada keluargaku, tetapi kelihatannya mereka tidak menyukai tikus, karena mereka malah berteriak-teriak, bahkan memanjat ke atas kursi saat aku membawakan bangkai tikus segar atau cicak mati untuk mereka.
Karena populasi hewan buruan di Toko Berkat sudah sangat menurun dan kebutuhanku untuk kehidupan sosial yang sehat dan gaul, maka terkadang sebelum pukul 18.00, saat keluarga manusiaku menutup pintu toko, aku akan pergi meninggalkan Toko Berkat untuk memulai kehidupan malamku. Seringkali aku berkelana di jalanan yang dingin dan kejam di malam hari, menghadapi berbagai tantangan seperti monster-monster besar berisik yang mengeluarkan gas beracun (kalau tidak salah manusia menyebutnya "mobil") yang seringkali mencelakai kami bangsa kucing ketika sedang menyeberang jalan, anjing-anjing liar yang selalu mengejar-ngejar dan menggigit kami, juga manusia-manusia liar yang tidak mempunyai "kandang" sendiri dan berkeliaran di jalanan untuk mencelakai makhluk-makhluk yang lebih lemah. Tetapi yang aneh dengan manusia, kadang mereka saling mencelakai antar mereka sendiri, sungguh tak masuk akal! Pengalamanku di jalanan membuatku sangat akurat menilai manusia atau pun makhluk-makhluk lainnya.
Di pagi hari, tepatnya setiap pukul 8.30 pagi, saat keluarga manusiaku membuka toko mereka (catatan: Manusia justru beraktifitas di pagi-sore hari, di malam hari mereka tidur. Aneh? Percayalah, aku melihatnya setiap hari), aku sudah menanti di halaman, dan begitu celah pertama terbuka, aku akan melesat masuk untuk segera mengistirahatkan tubuhku yang lelah dan mengembalikan kesegaran serta kecantikanku. Biasanya keluarga manusia ku akan manyambutku dengan cemilan yang nikmat dan belaian serta sapaan hangat, mereka juga akan merawat luka-luka yang kuperoleh dari perkelahian antar gank dan perebutan pasangan, ahhhh nikmatnya punya keluarga! Bahkan para karyawan pun menyambutku dengan ceria, mereka akan tersenyum lebar dan melontarkan sapaan akrab seperti, "eh, si jablay tah baru pulang!" atau "Liat si Meng meni dekil gitu!", yang walaupun tidak aku mengerti tapi terasa akrab dan membuatku tersanjung karena kehadiranku begitu disukai.
Setelah makan dan membersihkan diri, aku akan mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat, biasanya di sekitar toko karena aku senang berada di dekat keluargaku, dan untungnya banyak tempat yang nyaman di sana untuk aku bergelung hangat menikmati istirahatku. Tempat favoritku adalah di pangkuan salah satu keluargaku, tapi sayang mereka seringkali harus bangkit dari duduknya untuk melayani tamu yang datang, sehingga aku sering dipindahkan (lagi enak-enaknya tidur, gimana ngga bete coba?) Alternatif lain, aku seringkali tidur di sebuah kardus di pojokan, isinya tumpukan kertas dan brosur, cukup hangat dan nyaman, atau di rak pertama sekat paling bawah, tempat display berbagai karpet dan kesed, hanya saja di sana seringkali aku terbangun oleh jeritan orang yang kaget saat menyentuhku waktu melihat-lihat kesed. Tempat strategis juga adalah di rak sisi pada sekat yang cukup tinggi, tepatnya di balik display blender atau magic com, tetapi kadang aku terkejut ketika barang yang menutupi di depanku tiba-tiba diambil karena ada yang hendak membelinya, terpaksa aku pindah lagi.
Apabila aku tidak terlalu lelah atau mengantuk, terkadang aku duduk di atas etalase, atau berjalan-jalan mengitari toko sambil mengamati orang-orang yang keluar masuk toko. Beberapa sangat simpatik dan tampak menyukaiku, seringkali seseorang membelai-belai diriku atau menggendongku, tapi tak jarang juga orang yang menjerit begitu melihatku, atau berjalan menjauh dariku sambil mengernyit tak suka seakan-akan aku adalah suatu sosok yang menjijikan. Yang paling kubenci adalah anak-anak yang senang menjahili atau menendangku (untung keluargaku selalu menyelamatkan dan membelaku), atau orang-orang yang tidak memakai matanya saat berjalan dan menginjak kaki atau ekorku (ngga sopan!).
Di Toko Berkat ini aku menjadi saksi bisu (paling-paling hanya akan menjadi bahan gossip di arisan kucing di malam hari) dari berbagai drama kehidupan, mulai dari tawar-menawar yang alot antara keluargaku dengan pembeli, hubungan yang akrab dan manis dengan langganan, konflik-konflik antar manusia, sampai wajah-wajah koruptor yang selalu meminta bon palsu (percaya atau tidak, 90% dari para koruptor ini adalah mereka yang berprofesi sebagai guru atau pegawai pemerintahan, ck ck ck! Apa jadinya bangsa manusia ini? Anak-anak mereka dididik oleh oknum-oknum koruptor yang tidak tahu malu, untung di dunia kucing, bangsa kami yang bermartabat tidak pernah mempraktekkan korupsi yang memalukan itu)
Yahhh, itu lah sedikit cerita tentang kehidupanku bersama manusia di Toko Berkat, di sini aku belajar tentang hubungan antar manusia yang beragam, juga tentang nilai kebersamaan dan pentingnya keluarga bagi kita, karena semenarik apa pun kehidupan dan orang-orang yang kita jumpai di luar sana, keluarga lah yang selalu kita rindukan, yang pada nya aku selalu bisa kembali dan diterima sampai kapan pun......
THE END
Diceritakan oleh Meng, kucing dan anggota keluarga Toko Berkat
Toko Berkat
Tahukah kau, ternyata pekerjaan berdagang alat-alat rumah tangga adalah pekerjaan yang sangat lucu. Begitu banyak kelucuan yang terjadi setiap hari kalau kau memperhatikannya.
Barang-barang yang dijual saja lucu-lucu. Pernahkah kau melihat alat penangkap nyamuk yang berbentu kodok 'calangap'? Cara kerjanya, lubang hidung si kodok mengeluarkan gelombang suara dengan frekuensi nyamuk untuk menarik perhatian nyamuk, lalu di dalam mulut si kodok ada sinar kebiruan yang katanya efeknya akan rada menghipnotis dan mengundang nyamuk, begitu nyamuk bodoh yang tertipu itu mendekat, di perut kodok ternyata ada kipas penyedot, dan si nyamuk pun terperangkap di dalam, ha ha ha!
Atau pernahkah kau melihat sikat belok? Sikat belok adalah sikat yang ujungnya melengkung pada bagian bulunya, digunakan untuk menyikat sudut kamar mandi, bak, wajan, bahkan ada juga yang membelinya untuk menyikat motor. Bentuk sikat ini bermacam-macam, ada yang polos, ada yang gagangnya berbentuk tangan, bahkan ada yang berbentuk ikan paus, ekornya di ujung gagang dan bulunya adalah gigi si ikan paus. Ikan paus bergigi gondrong! Hi hi hi hi!
Ada pula berbagai pernak-pernik kecil yang ajaib, seperti benda entah apa yang ujungnya keriting, ternyata untuk kerok balewah! Atau gunting sakti yang bisa dipakai untuk mengupas kentang, membuka tutup kaleng, membuka tutup botol, menyisik ikan, memotong ayam, dan membuka kulit kenari. Wawww!
Belum lagi tutup botol kecap dari karet yang berwarna-warni. Semua anak kecil yang melihatnya di dalam stoples akan bertanya pada ayah atau ibunya yang sedang berbelanja ,"Mah, itu apa?" Kebanyakan dari mereka akan berkata ,"Ngga tau!" dengan tidak sabar, hanya 1 dari 10 orang yang mengetahui itu adalah tutup botol, sedangkan sisanya akan menjawab asal dan ngarang.
Sekali, seorang bapak-bapak berkeras bahwa itu adalah tutup botol aqua supaya tidak bocor, dan ia memaksakan tutup karet itu ke dalam botol aquanya. Saya sampai khawatir tutup botol itu akan sobek ,"Pa, ngga cukup pa... Pa, ngga cukup..." tapi tidak digubris, sampai untunglah akhirnya dia menyerah juga "Ahh, ngga bisa!" ujarnya ketus sambil melempar tutup itu ke stoplesnya. Ih udah dibilangin juga!
Lain lagi sama Chris anakku, tutup botol yang memang vakum itu selalu dijepitkan ke muka pengasuhnya, ke muka papanya, ke muka mamanya, ke muka semua pegawai toko, tapi dia sendiri paling anti mukanya dijepit, soalnya nyabutnya sakit!
Itu baru barangnya, belum lagi yang belinya, kadang lebih aneh lagi. Tahukah kau, ternyata banyak sekali orang yang tidak tahu bahwa wajan = katel = kuali. Kadang konsumen dan karyawan berdebat dulu 10 menit soal istilah katel sama wajan. Ck ck ck!
Terus istilah kettle = teko juga sering jadi bodor. Si Alim karyawanku bertanya ,"Ci, kettle Maspion 24 berapa?" Si ibu langsung menukas dengan galak, "Salah!! Teko ci, lain katel! Kumaha si ujang mah?"
Kadang ada konsumen yang nawar sampai titik darah penghabisan, beli gelas 1/2 lusin jadi lebih mahal 250 perak aja ngga mau, padahal kan kagok yah? Ada juga konsumen yang dikasih panci presto harga 500 ribu ngga mau beli karena harganya kemurahan, takut jelek cenah. Ada yang dikasih harga pas, ditawar ngga kira-kira sampe di bawah harga modal, ada juga yang udah dimahalin bisi mau nawar, ternyata ngga nawar. Nah loh! Jadi bingung kan?
Langganan juga bodor-bodor da, ada satu ibu-ibu yang kalo belanja helmnya ngga pernah dilepas, padahal sama konde & kerudung teh udah tinggi, jadi di atas epalanya kaya ada kue tar susun 3. Ada ngko-ngko yang setiap belanja selalu bilang ," Sok cepetan! Saya buru-buru!" Jadi kalo ngeladangin dia, semua blingsatan.
Terus yang paling ajaib, ada satu ibu-ibu yang benar-benar serammm! Udah gendut, lebar pantatnya 2x lebar bahunya coba, terus keriting, galak, judes, pipinya tai lalatan besar berbulu, kumisan, jenggotan lagi! Beneran! Jenggotnya teh banyak, rada keriting lagi, ih! Geuleuh pisan! Pokonya cocok pisan buat jadi tokoh cewek seram di film Stephen Chow. Tapi anehnya, suaminya tinggi besar & cakep pula, rada-rada mirip Bucek Depp lah (geleng-geleng). Yah mungkin aja sebetulnya hati ibu itu baik pisan, kita kan ngga tau juga.
Tapi ibu itu gendutnya belum seberapa loh, ada yang saking gendutnya sampe pas duduk di kursi baso, kursinya pecah berkeping-keping. Serius! Si ibu kaget, saya juga kaget, untung ibu-ibunya ngga jantungan, kalo ngga bisa gawat tuh! Buru-buru saya kasih minum. Jadi rugi satu kursi baso jadi bs dan 1 gelas aqua, tapi ngga papa deh, masih untung si ibu ngga marah & nuntut toko saya kan?
Beberapa langganan ciri khasnya bener-bener dominan. Seperti si Teteh Pink, selalu pakai baju pink, sepatu pink, naik vario pink, pake helm pink, eye shadow, lipstick & kutex pink. Belinya juga milky box pink, tempat sendok pink, tempat sampah pink, dll yang warna pink. Pokonya kalau ngga ada warna pink, ngga akan jadi beli, dijamin!
Ada lagi si Ngko Kursi, da selalu beli kursi! Ada Bapa Ember, da selalu beli ember! Ada Aa gelas, ada juga Bapa Rumah Sakit (bagian pembelian rumah sakit maksudnya, kalo belanja juga datangnya pake ambulance," Asyik, bisa nerobos lampu beureum jadi gancang, Ci!" cenah), macem-macem deh pokonya.
Lain konsumen, lain lagi suppliernya, sebetulnya sih sales-nya ding. Ada sales yang bener-bener hobby ngobrol sampe kisah cinta dari pacar pertama sampai terakhir diceritain semua, ada sales dari Jakarta yang tiap datang minta ditraktir makan bakut dan ngajakin maen bulutangkis ( bukannya ngorder coba yah).
Ada satu sales nih, yang ngga pernah ngomong, cuma senyum-senyum doang, kalo dikasih kursi dia akan duduk dengan sopan, tapi suka pisan sama yang namanya anak kecil. Kalo Chris nongol, pasti diheureuyan pake saringan, pake serok, pake stoples sampe Chris ketawa-ketawa, da lucu atuh, orangnya teh botak, kalem lagi, tau-tau jingkrak-jingkrak pake saringan, cukil, atau apa lah. Kalo Chris masuk dia langsung nyimpen saringan di tempatnya, duduk, dan jadi kalem lagi. Sayang sales itu dimutasi ke luar kota, penggantinya mah sama sekali ngga bodor, cuman datang teh ngorder & nagih doang, ngomongnya juga soal blender, setrika dan kipas angin melulu (eh, da sales mah memang harusnya gitu yah?).
Dan yang ngga kalah bodornya teh karyawannya. Yang satu orang Garut tulen, tapi kalo ngomong logatnya suka macem-macem. Dia ngaku orang Jawa, dipercaya. Ngaku orang padang,dipercaya. Ngaku orang betawi dipercaya tapi anehnya kalo ngaku orang Sunda ngga pada percaya, selalu dituduh bohong, kadang dia sampe bo hoat, salah sendiri!
Yang satu lagi orang Jawa, tapi terobsesi jadi orang sunda,, ngomongnya sunda melulu, walaupun logat jawanya masih medok, " Urang mahh te bheki lenca dha!" hobinya nyanyi-nyanyi lagu sunda lagi, aneh kan?
Ada lagi karyawan cowok duaan yang apet banget sampe sama karyawan lain dipanggil mamah & ayah. Dasar duaan itu teh kalo diledekin malah makin kaya orang hombreng, ih! Emang yang satu gayanya kaya bencong sih, tapi yang bencong teh justru si ayah, bukan si mamah, lieur! Sayang si mamah udah ga kerja lagi gara-gara sakit ambeien, tapi sampe sekarang yang satu lagi tetep dipanggil ayah sama karyawan yang lain.
Keuntungan lain punya toko alat rumah tangga, saya ngga perlu beli mainan anak-anak , soalnya di mata Chris yang baru berumur 2 tahun, toko ini bagaikan rumah mainan raksasa. Coba bayangkan, ada begitu banyak stoples plastik buat main drum, ada begitu banyak container dan keranjang buat main mobil-mobilan,kesed buat tidur-tiduran, baskom, kemoceng, dan seabrek barang lucu lainnya kaya mutu, susuk, jepit jemuran, dan lain-lain. Belum lagi kursi-kursi aneka bentuk, warna dan ukuran, juga ember-ember, pispot, dan gayung-gayung, pokoknya asyik deh!
Yah, itulah sekelumit gambaran kehidupan di toko alat-alat rumah tangga, menarik dan lucu bukan? Jadi, berkunjung yah! :)
NB: Semua kisah dan tokoh dalam cerita ini adalah nyata dan bukan karangan
Barang-barang yang dijual saja lucu-lucu. Pernahkah kau melihat alat penangkap nyamuk yang berbentu kodok 'calangap'? Cara kerjanya, lubang hidung si kodok mengeluarkan gelombang suara dengan frekuensi nyamuk untuk menarik perhatian nyamuk, lalu di dalam mulut si kodok ada sinar kebiruan yang katanya efeknya akan rada menghipnotis dan mengundang nyamuk, begitu nyamuk bodoh yang tertipu itu mendekat, di perut kodok ternyata ada kipas penyedot, dan si nyamuk pun terperangkap di dalam, ha ha ha!
Atau pernahkah kau melihat sikat belok? Sikat belok adalah sikat yang ujungnya melengkung pada bagian bulunya, digunakan untuk menyikat sudut kamar mandi, bak, wajan, bahkan ada juga yang membelinya untuk menyikat motor. Bentuk sikat ini bermacam-macam, ada yang polos, ada yang gagangnya berbentuk tangan, bahkan ada yang berbentuk ikan paus, ekornya di ujung gagang dan bulunya adalah gigi si ikan paus. Ikan paus bergigi gondrong! Hi hi hi hi!
Ada pula berbagai pernak-pernik kecil yang ajaib, seperti benda entah apa yang ujungnya keriting, ternyata untuk kerok balewah! Atau gunting sakti yang bisa dipakai untuk mengupas kentang, membuka tutup kaleng, membuka tutup botol, menyisik ikan, memotong ayam, dan membuka kulit kenari. Wawww!
Belum lagi tutup botol kecap dari karet yang berwarna-warni. Semua anak kecil yang melihatnya di dalam stoples akan bertanya pada ayah atau ibunya yang sedang berbelanja ,"Mah, itu apa?" Kebanyakan dari mereka akan berkata ,"Ngga tau!" dengan tidak sabar, hanya 1 dari 10 orang yang mengetahui itu adalah tutup botol, sedangkan sisanya akan menjawab asal dan ngarang.
Sekali, seorang bapak-bapak berkeras bahwa itu adalah tutup botol aqua supaya tidak bocor, dan ia memaksakan tutup karet itu ke dalam botol aquanya. Saya sampai khawatir tutup botol itu akan sobek ,"Pa, ngga cukup pa... Pa, ngga cukup..." tapi tidak digubris, sampai untunglah akhirnya dia menyerah juga "Ahh, ngga bisa!" ujarnya ketus sambil melempar tutup itu ke stoplesnya. Ih udah dibilangin juga!
Lain lagi sama Chris anakku, tutup botol yang memang vakum itu selalu dijepitkan ke muka pengasuhnya, ke muka papanya, ke muka mamanya, ke muka semua pegawai toko, tapi dia sendiri paling anti mukanya dijepit, soalnya nyabutnya sakit!
Itu baru barangnya, belum lagi yang belinya, kadang lebih aneh lagi. Tahukah kau, ternyata banyak sekali orang yang tidak tahu bahwa wajan = katel = kuali. Kadang konsumen dan karyawan berdebat dulu 10 menit soal istilah katel sama wajan. Ck ck ck!
Terus istilah kettle = teko juga sering jadi bodor. Si Alim karyawanku bertanya ,"Ci, kettle Maspion 24 berapa?" Si ibu langsung menukas dengan galak, "Salah!! Teko ci, lain katel! Kumaha si ujang mah?"
Kadang ada konsumen yang nawar sampai titik darah penghabisan, beli gelas 1/2 lusin jadi lebih mahal 250 perak aja ngga mau, padahal kan kagok yah? Ada juga konsumen yang dikasih panci presto harga 500 ribu ngga mau beli karena harganya kemurahan, takut jelek cenah. Ada yang dikasih harga pas, ditawar ngga kira-kira sampe di bawah harga modal, ada juga yang udah dimahalin bisi mau nawar, ternyata ngga nawar. Nah loh! Jadi bingung kan?
Langganan juga bodor-bodor da, ada satu ibu-ibu yang kalo belanja helmnya ngga pernah dilepas, padahal sama konde & kerudung teh udah tinggi, jadi di atas epalanya kaya ada kue tar susun 3. Ada ngko-ngko yang setiap belanja selalu bilang ," Sok cepetan! Saya buru-buru!" Jadi kalo ngeladangin dia, semua blingsatan.
Terus yang paling ajaib, ada satu ibu-ibu yang benar-benar serammm! Udah gendut, lebar pantatnya 2x lebar bahunya coba, terus keriting, galak, judes, pipinya tai lalatan besar berbulu, kumisan, jenggotan lagi! Beneran! Jenggotnya teh banyak, rada keriting lagi, ih! Geuleuh pisan! Pokonya cocok pisan buat jadi tokoh cewek seram di film Stephen Chow. Tapi anehnya, suaminya tinggi besar & cakep pula, rada-rada mirip Bucek Depp lah (geleng-geleng). Yah mungkin aja sebetulnya hati ibu itu baik pisan, kita kan ngga tau juga.
Tapi ibu itu gendutnya belum seberapa loh, ada yang saking gendutnya sampe pas duduk di kursi baso, kursinya pecah berkeping-keping. Serius! Si ibu kaget, saya juga kaget, untung ibu-ibunya ngga jantungan, kalo ngga bisa gawat tuh! Buru-buru saya kasih minum. Jadi rugi satu kursi baso jadi bs dan 1 gelas aqua, tapi ngga papa deh, masih untung si ibu ngga marah & nuntut toko saya kan?
Beberapa langganan ciri khasnya bener-bener dominan. Seperti si Teteh Pink, selalu pakai baju pink, sepatu pink, naik vario pink, pake helm pink, eye shadow, lipstick & kutex pink. Belinya juga milky box pink, tempat sendok pink, tempat sampah pink, dll yang warna pink. Pokonya kalau ngga ada warna pink, ngga akan jadi beli, dijamin!
Ada lagi si Ngko Kursi, da selalu beli kursi! Ada Bapa Ember, da selalu beli ember! Ada Aa gelas, ada juga Bapa Rumah Sakit (bagian pembelian rumah sakit maksudnya, kalo belanja juga datangnya pake ambulance," Asyik, bisa nerobos lampu beureum jadi gancang, Ci!" cenah), macem-macem deh pokonya.
Lain konsumen, lain lagi suppliernya, sebetulnya sih sales-nya ding. Ada sales yang bener-bener hobby ngobrol sampe kisah cinta dari pacar pertama sampai terakhir diceritain semua, ada sales dari Jakarta yang tiap datang minta ditraktir makan bakut dan ngajakin maen bulutangkis ( bukannya ngorder coba yah).
Ada satu sales nih, yang ngga pernah ngomong, cuma senyum-senyum doang, kalo dikasih kursi dia akan duduk dengan sopan, tapi suka pisan sama yang namanya anak kecil. Kalo Chris nongol, pasti diheureuyan pake saringan, pake serok, pake stoples sampe Chris ketawa-ketawa, da lucu atuh, orangnya teh botak, kalem lagi, tau-tau jingkrak-jingkrak pake saringan, cukil, atau apa lah. Kalo Chris masuk dia langsung nyimpen saringan di tempatnya, duduk, dan jadi kalem lagi. Sayang sales itu dimutasi ke luar kota, penggantinya mah sama sekali ngga bodor, cuman datang teh ngorder & nagih doang, ngomongnya juga soal blender, setrika dan kipas angin melulu (eh, da sales mah memang harusnya gitu yah?).
Dan yang ngga kalah bodornya teh karyawannya. Yang satu orang Garut tulen, tapi kalo ngomong logatnya suka macem-macem. Dia ngaku orang Jawa, dipercaya. Ngaku orang padang,dipercaya. Ngaku orang betawi dipercaya tapi anehnya kalo ngaku orang Sunda ngga pada percaya, selalu dituduh bohong, kadang dia sampe bo hoat, salah sendiri!
Yang satu lagi orang Jawa, tapi terobsesi jadi orang sunda,, ngomongnya sunda melulu, walaupun logat jawanya masih medok, " Urang mahh te bheki lenca dha!" hobinya nyanyi-nyanyi lagu sunda lagi, aneh kan?
Ada lagi karyawan cowok duaan yang apet banget sampe sama karyawan lain dipanggil mamah & ayah. Dasar duaan itu teh kalo diledekin malah makin kaya orang hombreng, ih! Emang yang satu gayanya kaya bencong sih, tapi yang bencong teh justru si ayah, bukan si mamah, lieur! Sayang si mamah udah ga kerja lagi gara-gara sakit ambeien, tapi sampe sekarang yang satu lagi tetep dipanggil ayah sama karyawan yang lain.
Keuntungan lain punya toko alat rumah tangga, saya ngga perlu beli mainan anak-anak , soalnya di mata Chris yang baru berumur 2 tahun, toko ini bagaikan rumah mainan raksasa. Coba bayangkan, ada begitu banyak stoples plastik buat main drum, ada begitu banyak container dan keranjang buat main mobil-mobilan,kesed buat tidur-tiduran, baskom, kemoceng, dan seabrek barang lucu lainnya kaya mutu, susuk, jepit jemuran, dan lain-lain. Belum lagi kursi-kursi aneka bentuk, warna dan ukuran, juga ember-ember, pispot, dan gayung-gayung, pokoknya asyik deh!
Yah, itulah sekelumit gambaran kehidupan di toko alat-alat rumah tangga, menarik dan lucu bukan? Jadi, berkunjung yah! :)
NB: Semua kisah dan tokoh dalam cerita ini adalah nyata dan bukan karangan
Tik… Tok…!
Tik… tok…! Tik… tok…!
Detik jam di sudut kamarku
Bandulnya tak lelah mengayun
Jarumnya tak lelah berputar
Terus… dan terus… dan terus…
Seperti jantungku
Dag… dug…! Dag… dug…!
Detak jantung di dalam dadaku
Tak hentinya berdenyut
Seperti napasku
Sst…hah…! Sst… hah…!
Tarikan dan hembusan
Tak putus-putus silih berganti
Suatu saat nanti
Batu baterai akan melemah
Kemudian mati
Bandul dan jarum berhenti, lelah…
Seperti jantungku, seperti napasku
Kapankah berhenti?
Bilakah terjadi?
Saat hari itu tiba
Kuingin tiada yang sia-sia
Seperti jam rusak yang dibuang orang
Kuingin telah kulakukan sesuatu yang berarti
Yang membawa kebahagiaan dan patut dikenang
Karena kita bukan jam
Yang bisa diisi ulang dan hidup kembali
Untuk melayani di sudut kamar
Tik… tok…! Tik… tok…!
Detik jam di sudut kamarku
Bandulnya tak lelah mengayun
Jarumnya tak lelah berputar
Terus… dan terus… dan terus…
Seperti jantungku
Dag… dug…! Dag… dug…!
Detak jantung di dalam dadaku
Tak hentinya berdenyut
Seperti napasku
Sst…hah…! Sst… hah…!
Tarikan dan hembusan
Tak putus-putus silih berganti
Suatu saat nanti
Batu baterai akan melemah
Kemudian mati
Bandul dan jarum berhenti, lelah…
Seperti jantungku, seperti napasku
Kapankah berhenti?
Bilakah terjadi?
Saat hari itu tiba
Kuingin tiada yang sia-sia
Seperti jam rusak yang dibuang orang
Kuingin telah kulakukan sesuatu yang berarti
Yang membawa kebahagiaan dan patut dikenang
Karena kita bukan jam
Yang bisa diisi ulang dan hidup kembali
Untuk melayani di sudut kamar
Tik… tok…! Tik… tok…!
Sharing : Camp Wanita Bijak XI Bandung (Sebuah Resensi dan Kesaksian)
Tanggal 22-24 April 2010 kemarin, saya baru saja mengikuti sebuah pelatihan yang diadakan oleh gereja-gereja antar denominasi seindonesia. Pelatihan ini dinamakan Camp Wanita Bijak (WB), yang mempunyai visi “Melalui keunikannya, wanita berfungsi dan menjadi teladan”. Sebetulnya WB ini dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu WB Remaja Putri (13-17 tahun/Siswa kelas 7-11), WB Single (18-24 tahun/siswa kelas 12 dan mahasiswa), WB Profesional / Dewasa Single (≥ 24 tahun, mungkin sudah bekerja, dan belum menikah), dan WB Ibu (sudah menikah dan sudah/berencana memiliki anak). Dan karena sudah menjadi ibu-ibu, maka saya pun mawas diri dan mengikuti WB Ibu sesuai dengan kebutuhan saya.
Ternyata melalui camp ini begitu banyak kebenaran dan pencerahan yang saya dapatkan hingga saya tidak bisa tidak merasa harus dan rindu untuk membagikan pengalaman saya kepada teman-teman sekalian.
Pertama dari sesi-sesi yang dibagikan. Materinya secara umum dibagi menjadi 3 bagian utama sesuai dengan visi WB itu sendiri, yaitu sesi keunikan wanita, sesi fungsi wanita dan sesi teladan wanita.
Di sesi keunikan wanita kita dibawa menyadari bahwa kita sebagai wanita adalah makhluk Tuhan yang begitu berharga, istimewa dan unik. Begitu banyak wanita yang merasa rendah diri, bahkan menyesal karena dilahirkan sebagai wanita. Apalagi tradisi dan budaya tertentu menempatkan wanita sebagai warga kelas dua. Di samping itu, karena keunikan yang sudah dikaruniakan kepada kita, wanita memang memiliki jiwa yang lebih sensitif dan emosional. Hal ini apabila tidak disadari dan diolah sesuai dengan kebenaran, seringkali menyebabkan wanita terluka secara emosi dan mengganggu keutuhan kodratnya sebagai sosok makhluk yang sangat luar biasa. Setelah menyadari hal-hal tersebut, secara pribadi saya merasa diri saya dipulihkan dan saya mengerti dan percaya bahwa saya adalah seorang yang sungguh berharga dan istimewa. :D Padahal sebelum mengikuti camp ini saya adalah seorang yang rendah diri, defensif dan perfeksionis. Walaupun tampak percaya diri dan berprestasi tapi saya tidak pernah merasa puas dan seringkali bingung karena saya tidak pernah merasa benar-benar utuh dan bahagia.
Di sesi fungsi, kita diajak untuk mengenali dan mengambil peran dan fungsi yang benar sebagai seorang wanita. Betapa mulia dan terhormat nya peran kita ketika kita diciptakan Allah sebagai wanita. Dan Allah sudah memperlengkapi kita dengan segala yang diperlukan untuk menjalankan peran dan fungsi kita secara efektif, maksimal dan memberi kepuasan. Kadang saya merasa sudah melakukan yang terbaik dalam berbagai hal, seringkali juga saya menjalankan sesuatu karena keadaan menuntut saya untuk menjadi seperti itu. Setelah mengikuti camp ini, saya sadar bahwa ternyata banyak hal yang saya lakukan dengan cara saya, pengertian saya, bukan cara dan apa yang Tuhan persiapkan buat saya. Hal ini membuat saya tidak maksimal dan seringkali merasa tidak puas. Tetapi sekarang saya tahu apa yang seharusnya saya lakukan, dan saya bangga bahwa Tuhan mempercayai saya untuk menjadi sosok itu. Ibarat sebuah barang yang diciptakan dengan tujuan tertentu, tentu untuk memahami kegunaannya dan menggunakannya secara maksimal kita harus mencari petunjuk dari produsen atau penciptanya bukan? Dari buku manual perakitan atau penggunaan misalnya. Jadi untuk mengetahui fungsi dan pemeliharaan diri kita secara maksimal, seharusnya kita bertanya pada pencipta kita (yaitu Allah) bukan? Ia juga sudah memberikan suatu manual praktis dan lengkap dalam Alkitab melalui setiap Firman-Nya. Dari sanalah semua kebenaran ini disarikan di dalam sesi ini. Luar biasa! :D
Sesi-sesi terakhir, yaitu sesi teladan, mengingatkan kita untuk peduli pada orang lain dan meninggalkan warisan yang berharga untuk anak cucu kita, keluarga kita dan lingkungan kita, berupa teladan yang baik, dampak positif yang ditimbulkan dengan keberadaan kita, dan berkat yang orang lain terima melalui perjumpaan dengan kita. Bukankah pada saatnya nanti kita harus meninggalkan segalanya di dunia ini? Apa yang ingin kita tinggalkan di dunia dan kita bawa kepada kekekalan? Bukankah itu tergantung dari keputusan-keputusan, pilihan-pilihan, kata-kata dan tindakan-tindakan yang kita ambil selama kita hidup? Sesi ini sungguh memberi semangat dan motivasi serta pengharapan untuk hidup saya ke depan.
Selain daripada materinya sendiri yang begitu menjawab kebutuhan dan disampaikan secara menarik oleh para pembicara yang kompeten dan berpengalaman, sistem pembagian kelompok pun saya rasakan sangat mendukung pertumbuhan dan pemahaman saya selama camp ini. Kelompok dibagi berdasarkan rentang usia yang sama. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang dengan 1 orang fasilitator yang membantu dan mendukung anggota kelompoknya selama camp berlangsung. Setiap kelompok tidur dalam 1 kamar, duduk dalam 1 deret kursi dan mengadakan sharing, diskusi dan saling mendoakan secara intensif. Kesamaan rentang usia dan kebersamaan selama 3 hari 2 malam membuat kelompok kami memiliki kesatuan hati, kepedulian dan keterbukaan yang sungguh mendukung motivasi dan pertumbuhan pribadi kami. Bahkan setelah camp berakhir pun, kami di-encourage untuk terus berhubungan dan membangun suatu komunitas sel yang bertemu secara rutin untuk saling sharing, evaluasi, menguatkan dan berbagi dalam perjalanan hidup di mana kita mempraktekkan apa yang kita dapatkan selama camp. Senang sekali memperoleh saudari-saudari baru yang memiliki visi, pergumulan dan kepedulian yang sama, yang bisa dipercaya dan bisa berbagi. Walaupun sebenarnya setiap pribadi kami ternyata berbeda satu dengan yang lainnya. Kelompok kami terdiri dari 1 orang berkarakter sanguin, 2 orang berkarakter melankolis, 1 orang berkarakter kolerik dan 1 orang berkarakter plegmatis. Ada yang super heboh dan ada yang sangat pendiam. Ada yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, wanita karir, bahkan Hamba Tuhan (pendeta). Tapi di antara kami telah muncul persaudaraan yang begitu manis dan berharga.
Menutup sharing ini, saya mengajak setiap wanita yang belum pernah mengikuti WB atau yang mencari jawaban atas berbagai sisi kehidupan sebagai wanita, atau yang rindu mengalami pemulihan dan berfungsi secara maksimal untuk mengikuti WB yang disediakan sesuai dengan kebutuhan Anda. WB ini juga dilaksanakan dan dikelola oleh lembaga dan orang-orang yang sungguh terbeban untuk menjadi berkat dan melayani sesama. Biaya yang dibebankan kepada peserta adalah di bawah jumlah dana yang diperlukan. Dengan bantuan subsidi beberapa gereja dan lembaga, serta bantuan dari donatur yang tergerak untuk membantu, panitia pun sudah mengambil janji iman untuk menombok dari uang mereka pribadi seandainya dalam pelaksanaannya ternyata terjadi defisit dalam hal dana. Bahkan di beberapa daerah sudah mulai dilaksanakan camp WB tanpa biaya untuk mereka yang sungguh-sungguh tidak mampu.
Untuk informasi dan pendaftaran, Anda bisa menghubungi gereja di mana Anda beribadah atau bertanya kepada orang yang sudah mengikuti WB (termasuk saya) yang pasti akan dengan senang hati membantu Anda memperoleh informasi yang diperlukan.
Tuhan memberkati kita semua….
Sekolah Kehidupan
Selama kira-kira 1 bulan terakhir ini aku didera permasalahan yang cukup pelik. Selama itu pula aku merasa bahwa Tuhan mengingatkan dan mengajarkan beberapa hal mengenai kehidupan ini kepadaku.
Yang pertama adalah berserah penuh. Akumengalami titik di mana aku merasa tidak mempunyai jalan keluar dan tak ada satu hal pun yang dapat kulakukan lagi mengenainya. Aku belajar untuk menerima bahwa segala usahaku sungguh tak ada artinya. Dan di saat-saat seperti itu hanya satu hal yang dapat kami lakukan, yaitu berserah dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Berharap hanya pada belas kasihan dan kasih setia-Nya karena aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan.
Yang kedua adalah tidak bergantung pada manusia. Karena pada akhirnya manusia akan mengecewakan. Karena hanya Tuhan lah yang tetap setia dan tak pernah berubah. Hanya Tuhan lah yang tulus dan menilai manusia berdasarkan hatinya, bukan penampilannya, buan hartanya, bukan bukan statusnya dan bukan masa lalunya.
Yang ketiga adalah terus berharap. Karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan itu menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecewakan. Dan karena tanpa pengharapan tak ada lagi alasan untuk bertahan, sehingga aku terus berharap dan berharap. Hanya doa, pencarian di dalam Firman Tuhan dan perenungan di dalam kasih-Nya yang menjadi penghiburan dan kekuatan bagiku.
Yang keempat adalah terus bersyukur. Karena begitu banyak berkat yang aku terima, bahkan di titik terendah dari kehidupanku. Sosok-Nya dan kasih-Nya muncul di sekitarku di saat-saat aku begitu membutuhkan-Nya. Kujumpai kasih-Nya saat membaca ayat-ayat Firman yang menguatkan. Kurasakan kasih-Nya lewat perhatian dan kehadiran sahabat-sahabat yang senantiasa menopangku. Kutemukan penghiburan-Nya dalam SMS dari saudara-saudara yang mengasihiku. Kualami jamahan-Nya lewat pelukan dan sentuhan mereka yang mencintaiku, menemaniku, menghapus air mataku, menguatkanku dan memberiku alasan untuk bertahan dan berjuang.
Yang kelima adalah bahwa Tuhan itu begitu baik. Sangat baik dan luar biasa baik padaku. Dari detik ke detik Dia pelihara aku. Dia mampukan aku berjalan maju walaupun ujung dari jalan yang kutempuh tidak terlihat. Seperti seorang ayah yang membimbing langkah anak-Nya di jalan yang berat dan berbatu-batu. Dia menuntun tanganku dan berjalan bersamaku, Diatak membiarkanku jatuh terjerembab. Dia mengangkatku saat aku terantuk jatuh dan berdarah. Dia menggendongku saat aku tak sanggup lagi melangkah, dan dia mencucurkan air mata bersamaku saat kumenangis di sepanjang perjalananku.
Yang keenam adalah pelajaran untuk mengampuni. Mengampuni orang lain dan diri sendiri, berdamai dengan orang lain dan diri sendiri, menerima kekurangan orang lain dan diri sendiri, merendahkan hati dan melembutkan hati untuk orang lain dan diri sendiri.
Dan yang terakhir adalah aku belajar untuk memfokuskan diri pada tujuan yang ditetapkan Tuhan, bukan ditetapkan oleh diriku sendiri. Untuk bersedia dipangkas dan dibentuk dengan cara Tuhan, bukan caraku. Untuk menanti segalanya terjadi sesuai dengan waktu yang ditetapkan Tuhan, bukan waktu yang kutetapkan sendiri. Dan untuk beriman bahwa semua yang Tuhan ijinkan terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang indah untuk hidupku.
Masalah tetap masalah. Ujung jalan tetap belum terlihat. Tapi aku tidak akan menyerah dan akan terus melangkah karena aku tahu bahwa Tuhan besertaku. Bukankah DIa yang menanggung beban kita saat DIa memanggul salib-Nya di Kalvari? Bukankah bilur-bilur pada tubuh-Nya yang menyembuhkan segala luka dan kelemahan kita?
Dan ketika tiba waktunya aku pulang menjumpai-Nya pada saatnya nanti, aku akan memperoleh semua jawaban, kelegaan, kedamaian dan penggenapan dari apa yang telah direncanakan-Nya bahkan sebelum aku dijadikan, asalkan aku selalu berpegang teguh pada imanku…
Sebuah lagu yang selalu menguatkan dan menjadi penghiburan bagiku di saat-saat yang berat adalah sebuah lagu anak-anak yang begitu indah dan member pengharapan.
Rumahku ada di dalam Surga
Di tempat suci dan mulia
Bila hatiku sedih dan susah
Kuingat rumahku di Surga…
May God bless all of you with His unchanging love….
Yang pertama adalah berserah penuh. Akumengalami titik di mana aku merasa tidak mempunyai jalan keluar dan tak ada satu hal pun yang dapat kulakukan lagi mengenainya. Aku belajar untuk menerima bahwa segala usahaku sungguh tak ada artinya. Dan di saat-saat seperti itu hanya satu hal yang dapat kami lakukan, yaitu berserah dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Berharap hanya pada belas kasihan dan kasih setia-Nya karena aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan.
Yang kedua adalah tidak bergantung pada manusia. Karena pada akhirnya manusia akan mengecewakan. Karena hanya Tuhan lah yang tetap setia dan tak pernah berubah. Hanya Tuhan lah yang tulus dan menilai manusia berdasarkan hatinya, bukan penampilannya, buan hartanya, bukan bukan statusnya dan bukan masa lalunya.
Yang ketiga adalah terus berharap. Karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan itu menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecewakan. Dan karena tanpa pengharapan tak ada lagi alasan untuk bertahan, sehingga aku terus berharap dan berharap. Hanya doa, pencarian di dalam Firman Tuhan dan perenungan di dalam kasih-Nya yang menjadi penghiburan dan kekuatan bagiku.
Yang keempat adalah terus bersyukur. Karena begitu banyak berkat yang aku terima, bahkan di titik terendah dari kehidupanku. Sosok-Nya dan kasih-Nya muncul di sekitarku di saat-saat aku begitu membutuhkan-Nya. Kujumpai kasih-Nya saat membaca ayat-ayat Firman yang menguatkan. Kurasakan kasih-Nya lewat perhatian dan kehadiran sahabat-sahabat yang senantiasa menopangku. Kutemukan penghiburan-Nya dalam SMS dari saudara-saudara yang mengasihiku. Kualami jamahan-Nya lewat pelukan dan sentuhan mereka yang mencintaiku, menemaniku, menghapus air mataku, menguatkanku dan memberiku alasan untuk bertahan dan berjuang.
Yang kelima adalah bahwa Tuhan itu begitu baik. Sangat baik dan luar biasa baik padaku. Dari detik ke detik Dia pelihara aku. Dia mampukan aku berjalan maju walaupun ujung dari jalan yang kutempuh tidak terlihat. Seperti seorang ayah yang membimbing langkah anak-Nya di jalan yang berat dan berbatu-batu. Dia menuntun tanganku dan berjalan bersamaku, Diatak membiarkanku jatuh terjerembab. Dia mengangkatku saat aku terantuk jatuh dan berdarah. Dia menggendongku saat aku tak sanggup lagi melangkah, dan dia mencucurkan air mata bersamaku saat kumenangis di sepanjang perjalananku.
Yang keenam adalah pelajaran untuk mengampuni. Mengampuni orang lain dan diri sendiri, berdamai dengan orang lain dan diri sendiri, menerima kekurangan orang lain dan diri sendiri, merendahkan hati dan melembutkan hati untuk orang lain dan diri sendiri.
Dan yang terakhir adalah aku belajar untuk memfokuskan diri pada tujuan yang ditetapkan Tuhan, bukan ditetapkan oleh diriku sendiri. Untuk bersedia dipangkas dan dibentuk dengan cara Tuhan, bukan caraku. Untuk menanti segalanya terjadi sesuai dengan waktu yang ditetapkan Tuhan, bukan waktu yang kutetapkan sendiri. Dan untuk beriman bahwa semua yang Tuhan ijinkan terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang indah untuk hidupku.
Masalah tetap masalah. Ujung jalan tetap belum terlihat. Tapi aku tidak akan menyerah dan akan terus melangkah karena aku tahu bahwa Tuhan besertaku. Bukankah DIa yang menanggung beban kita saat DIa memanggul salib-Nya di Kalvari? Bukankah bilur-bilur pada tubuh-Nya yang menyembuhkan segala luka dan kelemahan kita?
Dan ketika tiba waktunya aku pulang menjumpai-Nya pada saatnya nanti, aku akan memperoleh semua jawaban, kelegaan, kedamaian dan penggenapan dari apa yang telah direncanakan-Nya bahkan sebelum aku dijadikan, asalkan aku selalu berpegang teguh pada imanku…
Sebuah lagu yang selalu menguatkan dan menjadi penghiburan bagiku di saat-saat yang berat adalah sebuah lagu anak-anak yang begitu indah dan member pengharapan.
Rumahku ada di dalam Surga
Di tempat suci dan mulia
Bila hatiku sedih dan susah
Kuingat rumahku di Surga…
May God bless all of you with His unchanging love….
Label:
contemplation,
family,
life,
sharing
Sekedar Intermezzo (Apa sih sebetulnya kebahagiaan itu?)
Seorang CEO sebuah perusahaan besar sedang meninjau proyeknya di pinggiran kota, kebetulan lokasi proyek tersebut terletak di pinggiran sebuah danau, dan di tepi danau tersebut tampak seorang pemuda kampung sedang memancing ikan sambil menikmati segelas kopi dan beberapa potong singkong rebus.
"Huh! Anak muda sekarang memang pemalas, bagaimana mungkin orang malas seperti itu bisa maju & meraih kabahagiaan?" pikir sang CEO yang memang berdedikasi tinggi itu.
Saking gemasnya, ia menyempatkan diri untuk menghampiri dan menegur pemuda tersebut, "Hei anak muda, mengapa di siang hari seperti ini kau bukannya bekerja malah membuang-buang waktu dengan memancing di sini? Tahu tidak, sedari muda, setiap hari aku bekerja dari pukul 7 pagi sampai pukul 8 malam, masa anak muda sepertimu kalah denganku?"
Si pemuda memandang sang CEO sambil tersenyum dan balik bertanya, "Memangnya Bapak mati-matian bekerja dari muda hasilnya apa?
"Uang tentu saja, selama sekian tahun aku sudah berhasil mengumpulkan banyak uang, sekarang aku menjadi orang kaya berkat kerja kerasku!" jawab CEO itu dengan bangganya.
Pemuda tadi bertanya lagi, "Setelah menjadi kaya, apa yang Bapak lakukan dengan uang itu?"
"Tentu saja melipat gadakannya lagi supaya bertambah banyak,kita tidak boleh cepat merasa puas bila ingin sukses!" spontan CEO itu menjawab.
"Lalu, untuk apa uang sebanyak itu?", si pemuda kembali bertanya.
"Untuk masa depan!", jawab sang CEO dengan nada mencemooh karena menurutnya pemuda itu tidak mempunyai masa depan.
"Memang, apa yang akan Bapak lakukan di masa depan setelah Bapak merasa uang Bapak sudah cukup banyak?" anak muda itu tidak kapok bertanya.
"Menikmati hidup, bersantai, melakukan hobi dan rekreasi...." sang CEO menjawab dengan pandangan agak menerawang membayangkan masa depannya.
"Nah, kalau menurut Bapak apa yang sedang saya lakukan sekarang?" tanya si anak muda dengan entengnya sambil menyuap singkong rebusnya.....
THE END
The moral of the story : Bukan berarti kita ngga boleh rajin bekerja, tapi ingat, kita bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja.....
A Chinese Idiom says :
If you want to be happy for an hour - TAKE A NAP
If you want to be happy for a day - GO FISHING
If you want to be happy for a week - GO FOR A HOLIDAY TRIP
If you want to be happy for a month - WIN A LOTTERY
If you want to be happy for a year - GET MARRIED
If you want to be happy for a lifetime - GET PEACE WITH EVERYTHING AND EVERYONE, ACCEPT REALITY, BE GRATEFUL, AND ENJOY.....
"Huh! Anak muda sekarang memang pemalas, bagaimana mungkin orang malas seperti itu bisa maju & meraih kabahagiaan?" pikir sang CEO yang memang berdedikasi tinggi itu.
Saking gemasnya, ia menyempatkan diri untuk menghampiri dan menegur pemuda tersebut, "Hei anak muda, mengapa di siang hari seperti ini kau bukannya bekerja malah membuang-buang waktu dengan memancing di sini? Tahu tidak, sedari muda, setiap hari aku bekerja dari pukul 7 pagi sampai pukul 8 malam, masa anak muda sepertimu kalah denganku?"
Si pemuda memandang sang CEO sambil tersenyum dan balik bertanya, "Memangnya Bapak mati-matian bekerja dari muda hasilnya apa?
"Uang tentu saja, selama sekian tahun aku sudah berhasil mengumpulkan banyak uang, sekarang aku menjadi orang kaya berkat kerja kerasku!" jawab CEO itu dengan bangganya.
Pemuda tadi bertanya lagi, "Setelah menjadi kaya, apa yang Bapak lakukan dengan uang itu?"
"Tentu saja melipat gadakannya lagi supaya bertambah banyak,kita tidak boleh cepat merasa puas bila ingin sukses!" spontan CEO itu menjawab.
"Lalu, untuk apa uang sebanyak itu?", si pemuda kembali bertanya.
"Untuk masa depan!", jawab sang CEO dengan nada mencemooh karena menurutnya pemuda itu tidak mempunyai masa depan.
"Memang, apa yang akan Bapak lakukan di masa depan setelah Bapak merasa uang Bapak sudah cukup banyak?" anak muda itu tidak kapok bertanya.
"Menikmati hidup, bersantai, melakukan hobi dan rekreasi...." sang CEO menjawab dengan pandangan agak menerawang membayangkan masa depannya.
"Nah, kalau menurut Bapak apa yang sedang saya lakukan sekarang?" tanya si anak muda dengan entengnya sambil menyuap singkong rebusnya.....
THE END
The moral of the story : Bukan berarti kita ngga boleh rajin bekerja, tapi ingat, kita bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja.....
A Chinese Idiom says :
If you want to be happy for an hour - TAKE A NAP
If you want to be happy for a day - GO FISHING
If you want to be happy for a week - GO FOR A HOLIDAY TRIP
If you want to be happy for a month - WIN A LOTTERY
If you want to be happy for a year - GET MARRIED
If you want to be happy for a lifetime - GET PEACE WITH EVERYTHING AND EVERYONE, ACCEPT REALITY, BE GRATEFUL, AND ENJOY.....
Renungan 8 Januari 2010
Amsal 14:30 “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”
Seorang anak bernama Lewis yang semenjak bayi ditinggalkan di depan pintu sebuah panti asuhan bercita-cita menciptakan sebuah ‘mesin penggali memori’ untuk mengingat kembali dan menemukan ibu kandungnya. Untuk itu hampir setiap malam dia bekerja keras menciptakan berbagai alat tanpa kenal waktu dan kata menyerah. Akibatnya, teman sekamarnya yang bernama Michael sering kali merasa terganggu dan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Michael ini bercita-cita menjadi seorang pemain baseball terkenal. Tetapi suatu hari pada pertandingan yang sangat penting Michael tertidur di lapangan dan karenanya gagal menangkap bola penentuan yang datang tepat ke arahnya berjaga.
Setelah dewasa Lewis berhasil menjadi ilmuwan dan penemu terkenal. Ia akhirnya bahkan berhasil menciptakan 2 buah ‘mesin penjelajah waktu’. Salah satu mesin ini dicuri dan anak laki-laki Lewis mencari pencuri mesin ini sampai ke waktu ketika ayahnya masih kecil. Ternyata pencuri mesin tersebut adalah Michael yang merasa impiannya kandas gara-gara Lewis dan merasa iri akan kesuksesan Lewis sementara dirinya tidak berhasil menjadi apapun. Michael bermaksud menggagalkan presentasi mesin pertama ciptaan Lewis yang nantinya akan menjadi awal dari semua mesin-mesin sukses penemuannya. Ia mencuri mesin awal ini ke masa depan dengan maksud mencuri kesuksesan Lewis.
Singkat cerita akhirnya Lewis berdamai dengan Michael, dia bahkan sempat membangunkan Michael yang tertidur di lapangan pada masa kecilnya yang tentunya akan merubah masa depan Michael. Dan Lewis akhirnya menerima bahwa apa yang dijalani selama hidupnyalah yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini, dan ia melepaskan keinginannya untuk mencari dan mempertanyakan alasan ibunya meninggalkannya di panti asuhan.
Demikian kira-kira jalan cerita dari sebuah film animasi buatan Disney yang berjudul ‘The Robbinsons’. Sebuah film yang bukan saja menghibur tetapi juga sarat dengan makna kehidupan.
Belakangan ini keadaan perekonomian agak lesu. Di toko kami pun keadaan kami boleh dibilang cukup berat dengan besarnya hutang dagang sementara penjualan tak menunjukkan peningkatan yang berarti. Siang tadi seperti biasa aku dan suamiku menunggui toko. Tiba-tiba seorang ibu masuk ke toko kami. Seperti biasa juga karyawan kami menghampiri ibu tersebut dan menanyakan apakah ada yang bisa dibantu. Ibu tersebut tidak menjawab sapaan ramah karyawan kami malah tak lama kemudian keluar meninggalkan toko kami setelah melihat-lihat sekilas barang-barang yang ada di toko kami.
Yang lebih menyesakkan lagi, tak lama kemudian kami melihat ibu tersebut keluar dari toko sebelah dengan menjinjing barang belanjaan yang sebetulnya juga tersedia di toko kami. Mengapa ia memilih untuk berbelanja di toko sebelah? Ditambah lagi dengan kami menengok ke luar toko, kami jadi melihat betapa beberapa orang berbelanja dalam jumlah besar di toko-toko lain sementara toko kami tetap sepi. Maklum di sepanjang jalan tempat kami membuka toko sebagian besar toko-toko yang ada menjual komoditi yang sejenis. Hal ini menyebabkan persaingan yang sangat ketat, bahkan terkadang kurang sehat di antara toko-toko yang ada.
Mulailah kami beralasan bahwa display toko sebelah lebih baik. Atau mungkin pelayanan karyawan kami kurang ramah. Atau karena kita tidak punya modal seperti orang lain yang tokonya tampak mewah dan barangnya lebih lengkap dan stok barangnya lebih banyak. Kami pun mulai memikirkan cara untuk merebut lebih banyak pembeli ke toko kami, mulai dari menurunkan harga sampai menata ulang display toko yang sebetulnya sudah sangat terbatas ini.
Ayat yang diambil dari Kitab Amsal di atas sebenarnya pertama kali meninggalkan kesan bagi kami ketika dibacakan pada suatu session di kelas pra-baptisan di gereja kami. Hari ini, Tuhan membukakan ayat itu bagi kami dan’menampar’ kami bahwa apa yang kami pikirkan di dalam hati kami dan apa yang berkecamuk dalam pikiran kami adalah buah dari iri hati yang merupakan salah satu sumber utama kejahatan di dunia, bahkan sejak awal Adam dan Hawa berdosa karena ingin menjadi serupa dengan Allah. Iri hati adalah kelemahan utama manusia yang selalu iblis pakai untuk menjatuhkan dan menjauhkan manusia dari kebenaran. Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.(Yak 4:2)
Sungguh kami lupa bahwa iri hati bisa secara harfiah membusukkan tulang, hati dan pikiran kita. Dan iri hati pada akhirnya akan mendorong munculnya reaksi dan perilaku yang negatif dalam tindakan dan kehidupan kita. Seperti Michael dalam cerita di atas, iri hati menyebabkannya menyerah dan melupakan impian dan kehidupannya sendiri. Ia memfokuskan diri untuk mencelakakan Lewis hanya karena iri hati dan dendam yang dipeliharanya. Padahal belum tentu ia harus menjadi orang gagal hanya karena 1 pertandingan bukan?
Puji Tuhan hari ini kami diingatkan untuk menenangkan hati dan percaya pada pemeliharaan dan rencana Tuhan, seperti firman-Nya dalam Kitab Yesaya 30:15 “Sebab beginilah firman Tuhan Allah, Yang maha Kudus, Allah Israel: ‘Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.’” Dan Kitab Yesaya 30:18 “Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”
Semoga dari hari ke hari, dari setiap pengalaman dan kejadian yang kita alami, iman kita bisa semakin bertumbuh dan semakin mengandalkan Tuhan dan kebenaran-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Amin…
Seorang anak bernama Lewis yang semenjak bayi ditinggalkan di depan pintu sebuah panti asuhan bercita-cita menciptakan sebuah ‘mesin penggali memori’ untuk mengingat kembali dan menemukan ibu kandungnya. Untuk itu hampir setiap malam dia bekerja keras menciptakan berbagai alat tanpa kenal waktu dan kata menyerah. Akibatnya, teman sekamarnya yang bernama Michael sering kali merasa terganggu dan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Michael ini bercita-cita menjadi seorang pemain baseball terkenal. Tetapi suatu hari pada pertandingan yang sangat penting Michael tertidur di lapangan dan karenanya gagal menangkap bola penentuan yang datang tepat ke arahnya berjaga.
Setelah dewasa Lewis berhasil menjadi ilmuwan dan penemu terkenal. Ia akhirnya bahkan berhasil menciptakan 2 buah ‘mesin penjelajah waktu’. Salah satu mesin ini dicuri dan anak laki-laki Lewis mencari pencuri mesin ini sampai ke waktu ketika ayahnya masih kecil. Ternyata pencuri mesin tersebut adalah Michael yang merasa impiannya kandas gara-gara Lewis dan merasa iri akan kesuksesan Lewis sementara dirinya tidak berhasil menjadi apapun. Michael bermaksud menggagalkan presentasi mesin pertama ciptaan Lewis yang nantinya akan menjadi awal dari semua mesin-mesin sukses penemuannya. Ia mencuri mesin awal ini ke masa depan dengan maksud mencuri kesuksesan Lewis.
Singkat cerita akhirnya Lewis berdamai dengan Michael, dia bahkan sempat membangunkan Michael yang tertidur di lapangan pada masa kecilnya yang tentunya akan merubah masa depan Michael. Dan Lewis akhirnya menerima bahwa apa yang dijalani selama hidupnyalah yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini, dan ia melepaskan keinginannya untuk mencari dan mempertanyakan alasan ibunya meninggalkannya di panti asuhan.
Demikian kira-kira jalan cerita dari sebuah film animasi buatan Disney yang berjudul ‘The Robbinsons’. Sebuah film yang bukan saja menghibur tetapi juga sarat dengan makna kehidupan.
Belakangan ini keadaan perekonomian agak lesu. Di toko kami pun keadaan kami boleh dibilang cukup berat dengan besarnya hutang dagang sementara penjualan tak menunjukkan peningkatan yang berarti. Siang tadi seperti biasa aku dan suamiku menunggui toko. Tiba-tiba seorang ibu masuk ke toko kami. Seperti biasa juga karyawan kami menghampiri ibu tersebut dan menanyakan apakah ada yang bisa dibantu. Ibu tersebut tidak menjawab sapaan ramah karyawan kami malah tak lama kemudian keluar meninggalkan toko kami setelah melihat-lihat sekilas barang-barang yang ada di toko kami.
Yang lebih menyesakkan lagi, tak lama kemudian kami melihat ibu tersebut keluar dari toko sebelah dengan menjinjing barang belanjaan yang sebetulnya juga tersedia di toko kami. Mengapa ia memilih untuk berbelanja di toko sebelah? Ditambah lagi dengan kami menengok ke luar toko, kami jadi melihat betapa beberapa orang berbelanja dalam jumlah besar di toko-toko lain sementara toko kami tetap sepi. Maklum di sepanjang jalan tempat kami membuka toko sebagian besar toko-toko yang ada menjual komoditi yang sejenis. Hal ini menyebabkan persaingan yang sangat ketat, bahkan terkadang kurang sehat di antara toko-toko yang ada.
Mulailah kami beralasan bahwa display toko sebelah lebih baik. Atau mungkin pelayanan karyawan kami kurang ramah. Atau karena kita tidak punya modal seperti orang lain yang tokonya tampak mewah dan barangnya lebih lengkap dan stok barangnya lebih banyak. Kami pun mulai memikirkan cara untuk merebut lebih banyak pembeli ke toko kami, mulai dari menurunkan harga sampai menata ulang display toko yang sebetulnya sudah sangat terbatas ini.
Ayat yang diambil dari Kitab Amsal di atas sebenarnya pertama kali meninggalkan kesan bagi kami ketika dibacakan pada suatu session di kelas pra-baptisan di gereja kami. Hari ini, Tuhan membukakan ayat itu bagi kami dan’menampar’ kami bahwa apa yang kami pikirkan di dalam hati kami dan apa yang berkecamuk dalam pikiran kami adalah buah dari iri hati yang merupakan salah satu sumber utama kejahatan di dunia, bahkan sejak awal Adam dan Hawa berdosa karena ingin menjadi serupa dengan Allah. Iri hati adalah kelemahan utama manusia yang selalu iblis pakai untuk menjatuhkan dan menjauhkan manusia dari kebenaran. Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.(Yak 4:2)
Sungguh kami lupa bahwa iri hati bisa secara harfiah membusukkan tulang, hati dan pikiran kita. Dan iri hati pada akhirnya akan mendorong munculnya reaksi dan perilaku yang negatif dalam tindakan dan kehidupan kita. Seperti Michael dalam cerita di atas, iri hati menyebabkannya menyerah dan melupakan impian dan kehidupannya sendiri. Ia memfokuskan diri untuk mencelakakan Lewis hanya karena iri hati dan dendam yang dipeliharanya. Padahal belum tentu ia harus menjadi orang gagal hanya karena 1 pertandingan bukan?
Puji Tuhan hari ini kami diingatkan untuk menenangkan hati dan percaya pada pemeliharaan dan rencana Tuhan, seperti firman-Nya dalam Kitab Yesaya 30:15 “Sebab beginilah firman Tuhan Allah, Yang maha Kudus, Allah Israel: ‘Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.’” Dan Kitab Yesaya 30:18 “Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”
Semoga dari hari ke hari, dari setiap pengalaman dan kejadian yang kita alami, iman kita bisa semakin bertumbuh dan semakin mengandalkan Tuhan dan kebenaran-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Amin…
Renungan 7 Januari 2010
Mzm 42:6 “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku.”
Hari ini perasaanku gundah dan tertekan. Tak ada alasan yang jelas sebetulnya, dalam bahasa pergaulan sehari-hari orang sering menyebutnya “bĂȘte”. Mungkin karena PMS yang sedang menghampiri bulan ini, atau mungkin karena kejenuhan di tempatku bekerja.
Setiap orang pasti pernah mengalaminya, mulai dari karena alasan sepele seperti yang kualami, sampai ke masalah berat yang menimpa di saat-saat tertentu dalam kehidupan kita. Atau bahkan perasaan tak nyaman ini muncul begitu saja tanpa alasan. ‘Got up on the wrong side of bed’ , begitu istilahnya dalam bahasa saudara kita di barat sana.
Terlepas dari alasan apa yang membuat kita merasa ‘bete’, pemazmur dalam ayat ini mengingatkan kita untuk selalu berharap dan bersyukur kepada Tuhan. Pemazmur juga menekankan kata ‘lagi’ dalam kalimat ‘Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya…’ yang menunjukkan bahwa pemazmur pun bukan sekali atau dua kali dalam hidupnya mengalami kegundahan seperti yang kita alami. Dan segala penghiburan, kesembuhan,pertolongan, damai sejahtera, sukacita, serta ketentraman bersumber hanya Pada-Nya, Penolong dan Allah kita yang tak pernah mengecewakan.
Kata ‘bersyukur’ di sini mengingatkan saya untuk mengucap syukur dan menghitung berkat yang Tuhan berikan kepada saya dari hari ke hari. Betapa pemeliharaan dan berkat Tuhan selalu mengiringi hidup kita sampai detik ini dan betapa Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya sampai jatuh tergeletak tanpa jalan keluar. Justru setiap pencobaan menjadi sarana untuk kita bertumbuh dalam kesamaan karakter kita dengan Kristus.
Ayat yang sama diulang lagi pada Mazmur 42:12 dan Mazmur 43:5. Jika pemazmur begitu berpegang pada ayat ini dalam setiap pencobaan yang dialami selama hidupnya, bukankah layak jika kita pun berpegang pada ayat ini setiap kali kita merasakan kegundahan, kegalauan dan cobaan perjalanan kita meniti hidup bersama-Nya?
Hari ini perasaanku gundah dan tertekan. Tak ada alasan yang jelas sebetulnya, dalam bahasa pergaulan sehari-hari orang sering menyebutnya “bĂȘte”. Mungkin karena PMS yang sedang menghampiri bulan ini, atau mungkin karena kejenuhan di tempatku bekerja.
Setiap orang pasti pernah mengalaminya, mulai dari karena alasan sepele seperti yang kualami, sampai ke masalah berat yang menimpa di saat-saat tertentu dalam kehidupan kita. Atau bahkan perasaan tak nyaman ini muncul begitu saja tanpa alasan. ‘Got up on the wrong side of bed’ , begitu istilahnya dalam bahasa saudara kita di barat sana.
Terlepas dari alasan apa yang membuat kita merasa ‘bete’, pemazmur dalam ayat ini mengingatkan kita untuk selalu berharap dan bersyukur kepada Tuhan. Pemazmur juga menekankan kata ‘lagi’ dalam kalimat ‘Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya…’ yang menunjukkan bahwa pemazmur pun bukan sekali atau dua kali dalam hidupnya mengalami kegundahan seperti yang kita alami. Dan segala penghiburan, kesembuhan,pertolongan, damai sejahtera, sukacita, serta ketentraman bersumber hanya Pada-Nya, Penolong dan Allah kita yang tak pernah mengecewakan.
Kata ‘bersyukur’ di sini mengingatkan saya untuk mengucap syukur dan menghitung berkat yang Tuhan berikan kepada saya dari hari ke hari. Betapa pemeliharaan dan berkat Tuhan selalu mengiringi hidup kita sampai detik ini dan betapa Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya sampai jatuh tergeletak tanpa jalan keluar. Justru setiap pencobaan menjadi sarana untuk kita bertumbuh dalam kesamaan karakter kita dengan Kristus.
Ayat yang sama diulang lagi pada Mazmur 42:12 dan Mazmur 43:5. Jika pemazmur begitu berpegang pada ayat ini dalam setiap pencobaan yang dialami selama hidupnya, bukankah layak jika kita pun berpegang pada ayat ini setiap kali kita merasakan kegundahan, kegalauan dan cobaan perjalanan kita meniti hidup bersama-Nya?
Pudding vs Cinta
Minggu yang lalu saya mendapat pesanan pudding untuk peringatan empat puluh hari kelahiran putri salah seorang teman saya. Sebanyak 54 parsel pudding dalam dua model dipesannya untuk dibagikan kepada sanak saudara dan teman-temannya.
Diawali dengan diskusi soal desain dan pembuatan sampel. Akhirnya diputuskan untuk sanak saudara akan dibuat berbentuk hati, terdiri dari 5 lapisan, yang teratas jelly kenyal berwarna merah dengan taburan buah strawberry di dalamnya, lapisan kedua pudding susu berwarna merah muda, lapisan ketiga agar-agar berwarna merah dengan rasa strawberry, lapisan keempat pudding susu merah muda lagi dan lapisan terakhir adalah pudding coklat sebagai dasar. Sedangkan untuk teman-teman akan dibuat pudding dalam gelas-gelas mini dengan jumlah lapisan yang sama, hanya saja lapisan teratas akan dibuat menonjol berbentuk hati mungil. Kemudian pudding-pudding ini akan dikemas dalam kotak mika tansparan dan dihiasi dengan pita satin merah muda, kartu yang memuat foto, nama dan tanggal lahir si bayi, hiasan boneka berbentuk bayi dan sepasang telur yang juga terbuat dari jelly berwarna merah yang dibungkus kertas mika dan diberi pita.
Tadinya saya pikir tidak akan terlalu sulit karena membuat pudding dan menerima pesanan sudah saya lakoni cukup lama, walaupun belum pernah dalam jumlah sebanyak ini. Saya sengaja berbelanja bahan-bahan 2 hari sebelum hari pengiriman dan membuat pudding 1 hari sebelum hari pengiriman agar bahan-bahannya masih segar dan pada saat pengiriman pudding-pudding tersebut masih fresh tetapi sudah membeku dengan sempurna.
Hari itu Jumat, 16 Oktober 2009, hari di mana saya menjadwalkan untuk membuat pudding. Seperti biasa saya bangun pada pukul 05.00 pagi dan memulai rutinitas membangunkan dan menyiapkan anak-anak untuk sekolah. Setelah selesai semua tugas di pagi hari, saya pun bersiap siap untuk mulai membuat puddng. Tetapi ternyata kiriman strawberry yang saya pesan terlambat datang. Singkat cerita setelah tahap pembersihan dan persiapan bahan-bahan dan alat-alat, proses pembuatan pudding yang sesungguhnya baru bisa dimulai kira-kira pukul 13.00.
Hari pertama saya harus menyiapkan 27 loyang pudding berbentuk hati, sedangkan saya hanya mempunyai 10 buah Loyang berbentuk hati. Berarti harus 3 ronde pembuatan, dikali 5 lapisan, plus waktu untuk tiap lapisan agar membeku. Perkiraan saya baru akan selesai di atas jam 12 malam nanti.
Akan tetapi ternyata prosesnya tidak semudah itu, karena untuk setiap kali rebusan saya harus memperhitungkan berapa banyak adonan yang harus saya buat agar sesedikit mungkin adonan yang tersisa. Sisa adonan pudding tidak dapat dipakai kemudian karena akan membeku dalam kurun waktu tertentu. Semakin banyak adonan yang tersisa, maka semakin besar pula biaya yang terjadi untuk perhitungan kelebihan adonan bukan?
Pukul 19.00 malam itu, saya baru menyelesaikan 10 loyang pertama karena sepanjang hari ada saja hal-hal yang menyela proses pembuatan pudding. Kadang anak-anak yang butuh perhatian, kadang sesuatu di toko mengalihkan perhatian saya, juga hal-hal kecil lainnya seperti telepon dan sms yang masuk. Saya berharap tahap ke-2 dan ke-3 akan lebih cepat karena di malam hari tidak ada gangguan, bukan?
Malam itu suami saya mengambil alih tugas menidurkan anak-anak. Para karyawan pun dikerahkan untuk membantu apa yang bisa dibantu, misalnya menempelkan pita dan stiker (yang untungnya sudah saya persiapkan sehari sebelumnya). Sementara itu saya melepaskan pudding yang sudah membeku satu persatu dari Loyang untuk kemudian memasukkannya dalam box mika dan memasangkan dekorasinya. Suasana cukup ramai dan menyenangkan, saya pun tambah bersemangat meneruskan proyek pudding ini.
Pukul 24.00, proses pembuatan tahap ke-2 baru sampai pada lapisan ke-2. Seisi rumah sudah terlelap. Saya tinggal sendirian di dapur yang berantakan. Sebelum tidur suami saya yang baik hati telah mengambilkan sebuah kursi untuk saya, jadi di sanalah saya, terduduk di kursi sambil mengaduk adonan pudding yang mengepul di panci besar.
Pukul 03.00 dini hari, 10 loyang pudding tahap ke-2 pun akhirnya selesai. Sambil menunggu pudding membeku (dibantu dengan kipas angin kecil), sambil terkantuk-kantuk saya membungkusi telur-telur puyuh yang terbuat dari jelly merah dengan plastik mika dan menghiasinya dengan pita merah muda dan bunga mawar kecil.
Pukul 04.30, akhirnya semua pudding tahap ke-2 selesai. Sambil menghela nafas panjang saya mulai menyiapkan proses pembuatan pudding tahap ke-3, dimulai dengan mencuci Loyang-loyang yang akan digunakan kembali.
Pukul 06.00, satu persatu karyawan saya mulai bangun dan memulai aktifitas pagi mereka. Sempat mereka berkomentar melihat saya masih bergaul karib dengan kompor, namun saya sudah terlalu lemas untuk menanggapinya.
Pukul 08.00 pagi, saya memandangi hasil kerja sehari semalam dengan puas. Satu jam lagi pesanan tersebut akan diambil, dan saya berhasil menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Suami saya tampak sangat khawatir karena saya tidak tidur semalaman dan menyuruh saya beristirahat. Tapi tidak bisa, karena saya harus mengerjakan pesanan pudding model ke-2 sebanyak 27 parsel lagi untuk keesokan harinya. Apalagi sore itu ada undangan pernikahan sahabat saya yang tak mungkin saya lewatkan.
Untunglah pudding model ke-2 ini pengerjaan dan prosesnya lebih mudah dan sederhana daripada pudding model pertama. Singkat cerita, pengerjaan proyek pudding ini selesai pada pukul 24.00 malam itu, hari Minggu, 18 Oktober 2009, dan saya pun bisa beristirahat setelah 43 jam terjaga tanpa memejamkan mata barang semenit pun.
Selama jam-jam panjang yang saya habiskan di depan kompor tua yang setia, khususnya di malam hari saat semua orang sudah terlelap, saya punya begitu banyak waktu untuk melamun, merenung dan berpikir. Banyak hal yang terlintas di benakku, mulai dari masalah sehari-hari, cerita film yang pernah saya tonton, sampai cita-cita dan angan-angan kosong yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Tetapi entah kenapa ada satu topik yang hamper mendominasi pikiranku malam itu. Cinta.
Mengapa cinta? Entahlah, saya merasa banyak hal yang saya alami dalam kehidupan cinta manusia ter-refleksikan dalam proses pembuatan pudding ini.
Pertama-tama adalah desain. Begitu banyak desain dan model cinta yang ada di dunia. Cinta Tuhan kepada manusia, cinta orang tua kepada anak, cinta antara pria dan wanita, dan cinta kepada sesama. Kadang-kadang kita jumpai hubungan cinta yang salah desain, yang modelnya kurang cocok. Misalnya, cinta suami istri diberikan kepada selingkuhan, cinta orang tua kepada anak yang tidak diberikan sesuai desain yang disepakati, cinta Tuhan pada manusia yang disia-siakan, dan masih banyak lagi penyelewengan lainnya.
Yang kedua adalah tahapan atau lapisan dalam hubungan percintaan. Setiap hubungan kasih pasti melalui tahapan-tahapan yang berlapis. Ada yang lapisannya banyak, ada pula yang sedikit tergantung desain yang disepakati. Setiap tahap harus dikerjakan secara berurutan sesuai dengan desainnya. Tidak boleh ada yang dilewati, walaupun kadang-kadang ada tahapan yang harus diulangi.
Yang ketiga adalah proses pengerjaannya. Mulai dari pemilihan bahan-bahan yang tepat dan berkualitas sampai dengan proses pembuatan yang cermat dan penuh kesabaran agar dicapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diinginkan.
Akhirnya, saya mencoba memformulasikan suatu resep pudding cinta yang berlaku universal, bisa dinikmati oleh segala lapisan masyarakat dan usia, sarat dengan bahan-bahan yang alami dan bermanfaat, serta ekonomis dan tahan selama-lamanya.
PUDDING CINTA
Lapisan Pertama -> Perkenalan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus niat baik (tersedia dalam berbagai pilihan rasa : teman, pacar, orang tua, dll)
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 800 cc ketulusan
• Rasa humor secukupnya untuk hiasan
Cara membuat :
1. Campurkan niat baik dan keterbukaan dalam wadah hati yang lapang.
2. Larutkan dalam ketulusan yang murni (tanpa bahan kepura-puraan).
3. Jerang di atas api kecil sampai matang.
4. Tambahkan komunikasi sedikit demi sedikit, aduk rata, lalu matikan api.
5. Setelah matang, hiasi dengan rasa humor sesuai selera.
Lapisan Kedua -> Penyesuaian/Penjajakan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus keseriusan
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc kebesaran hati untuk menerima kekurangan
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api kecil sambil diaduk-aduk sampai benar-benar matang.
Tips : Untuk tahap ini diperlukan kesabaran karena prosesnya agak lama dan resiko gagalnya cukup besar.
Lapisan ketiga -> Penerimaan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus komitmen
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc cinta tanpa campuran apapun
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api kecil sambil diaduk-aduk sampai benar-benar matang.
Tips : Lapisan ini sangat penting karena jika lapisan ini tidak kuat tidak akan dapat menopang lapisan-lapisan selanjutnya.
Lapisan keempat -> Pertumbuhan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus dukungan
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc kepercayaan
• Sejumput kreatifitas
Cara membuat :
1. Campurkan semua bahan kecuali kreatifitas.
2. Jerang di atas api kecil sampai setengah matang.
3. Larutkan kreatifitas dengan sedikit adonan setengah matang.
4. Campurkan ke dalam adonan, masak hingga matang.
Tips : Hati-hati mencampurkan kreatifitas karena adonan kepercayaan ini sangat rentan . Jaga jangan sampai pecah-pecah.
Lapisan kelima -> Kemantapan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus rasa aman
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 400 cc kesetiaan
• 400 cc kasih abadi
Cara membuat :
1. Campurkan rasa aman, keterbukaan, komunikasi dan kesetiaan.
2. Jerang di atas api sambil dituangi kasih abadi sedikit-sedikit sampai habis.
3. Masak sampai benar-benar matang dan harum.
Sajikan pudding cinta 5 lapis ini dengan Vla Iman dan Pimpinan Tuhan
Vla Iman dan Pimpinan Tuhan
Bahan-bahan :
• 500 cc doa
• 500 cc Firman Tuhan
• 100 gram persekutuan
• 50 gram ibadah
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api sampai mendidih
3. Kentalkan dengan sedikit kesaksian
Selamat mencoba!
Diawali dengan diskusi soal desain dan pembuatan sampel. Akhirnya diputuskan untuk sanak saudara akan dibuat berbentuk hati, terdiri dari 5 lapisan, yang teratas jelly kenyal berwarna merah dengan taburan buah strawberry di dalamnya, lapisan kedua pudding susu berwarna merah muda, lapisan ketiga agar-agar berwarna merah dengan rasa strawberry, lapisan keempat pudding susu merah muda lagi dan lapisan terakhir adalah pudding coklat sebagai dasar. Sedangkan untuk teman-teman akan dibuat pudding dalam gelas-gelas mini dengan jumlah lapisan yang sama, hanya saja lapisan teratas akan dibuat menonjol berbentuk hati mungil. Kemudian pudding-pudding ini akan dikemas dalam kotak mika tansparan dan dihiasi dengan pita satin merah muda, kartu yang memuat foto, nama dan tanggal lahir si bayi, hiasan boneka berbentuk bayi dan sepasang telur yang juga terbuat dari jelly berwarna merah yang dibungkus kertas mika dan diberi pita.
Tadinya saya pikir tidak akan terlalu sulit karena membuat pudding dan menerima pesanan sudah saya lakoni cukup lama, walaupun belum pernah dalam jumlah sebanyak ini. Saya sengaja berbelanja bahan-bahan 2 hari sebelum hari pengiriman dan membuat pudding 1 hari sebelum hari pengiriman agar bahan-bahannya masih segar dan pada saat pengiriman pudding-pudding tersebut masih fresh tetapi sudah membeku dengan sempurna.
Hari itu Jumat, 16 Oktober 2009, hari di mana saya menjadwalkan untuk membuat pudding. Seperti biasa saya bangun pada pukul 05.00 pagi dan memulai rutinitas membangunkan dan menyiapkan anak-anak untuk sekolah. Setelah selesai semua tugas di pagi hari, saya pun bersiap siap untuk mulai membuat puddng. Tetapi ternyata kiriman strawberry yang saya pesan terlambat datang. Singkat cerita setelah tahap pembersihan dan persiapan bahan-bahan dan alat-alat, proses pembuatan pudding yang sesungguhnya baru bisa dimulai kira-kira pukul 13.00.
Hari pertama saya harus menyiapkan 27 loyang pudding berbentuk hati, sedangkan saya hanya mempunyai 10 buah Loyang berbentuk hati. Berarti harus 3 ronde pembuatan, dikali 5 lapisan, plus waktu untuk tiap lapisan agar membeku. Perkiraan saya baru akan selesai di atas jam 12 malam nanti.
Akan tetapi ternyata prosesnya tidak semudah itu, karena untuk setiap kali rebusan saya harus memperhitungkan berapa banyak adonan yang harus saya buat agar sesedikit mungkin adonan yang tersisa. Sisa adonan pudding tidak dapat dipakai kemudian karena akan membeku dalam kurun waktu tertentu. Semakin banyak adonan yang tersisa, maka semakin besar pula biaya yang terjadi untuk perhitungan kelebihan adonan bukan?
Pukul 19.00 malam itu, saya baru menyelesaikan 10 loyang pertama karena sepanjang hari ada saja hal-hal yang menyela proses pembuatan pudding. Kadang anak-anak yang butuh perhatian, kadang sesuatu di toko mengalihkan perhatian saya, juga hal-hal kecil lainnya seperti telepon dan sms yang masuk. Saya berharap tahap ke-2 dan ke-3 akan lebih cepat karena di malam hari tidak ada gangguan, bukan?
Malam itu suami saya mengambil alih tugas menidurkan anak-anak. Para karyawan pun dikerahkan untuk membantu apa yang bisa dibantu, misalnya menempelkan pita dan stiker (yang untungnya sudah saya persiapkan sehari sebelumnya). Sementara itu saya melepaskan pudding yang sudah membeku satu persatu dari Loyang untuk kemudian memasukkannya dalam box mika dan memasangkan dekorasinya. Suasana cukup ramai dan menyenangkan, saya pun tambah bersemangat meneruskan proyek pudding ini.
Pukul 24.00, proses pembuatan tahap ke-2 baru sampai pada lapisan ke-2. Seisi rumah sudah terlelap. Saya tinggal sendirian di dapur yang berantakan. Sebelum tidur suami saya yang baik hati telah mengambilkan sebuah kursi untuk saya, jadi di sanalah saya, terduduk di kursi sambil mengaduk adonan pudding yang mengepul di panci besar.
Pukul 03.00 dini hari, 10 loyang pudding tahap ke-2 pun akhirnya selesai. Sambil menunggu pudding membeku (dibantu dengan kipas angin kecil), sambil terkantuk-kantuk saya membungkusi telur-telur puyuh yang terbuat dari jelly merah dengan plastik mika dan menghiasinya dengan pita merah muda dan bunga mawar kecil.
Pukul 04.30, akhirnya semua pudding tahap ke-2 selesai. Sambil menghela nafas panjang saya mulai menyiapkan proses pembuatan pudding tahap ke-3, dimulai dengan mencuci Loyang-loyang yang akan digunakan kembali.
Pukul 06.00, satu persatu karyawan saya mulai bangun dan memulai aktifitas pagi mereka. Sempat mereka berkomentar melihat saya masih bergaul karib dengan kompor, namun saya sudah terlalu lemas untuk menanggapinya.
Pukul 08.00 pagi, saya memandangi hasil kerja sehari semalam dengan puas. Satu jam lagi pesanan tersebut akan diambil, dan saya berhasil menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Suami saya tampak sangat khawatir karena saya tidak tidur semalaman dan menyuruh saya beristirahat. Tapi tidak bisa, karena saya harus mengerjakan pesanan pudding model ke-2 sebanyak 27 parsel lagi untuk keesokan harinya. Apalagi sore itu ada undangan pernikahan sahabat saya yang tak mungkin saya lewatkan.
Untunglah pudding model ke-2 ini pengerjaan dan prosesnya lebih mudah dan sederhana daripada pudding model pertama. Singkat cerita, pengerjaan proyek pudding ini selesai pada pukul 24.00 malam itu, hari Minggu, 18 Oktober 2009, dan saya pun bisa beristirahat setelah 43 jam terjaga tanpa memejamkan mata barang semenit pun.
Selama jam-jam panjang yang saya habiskan di depan kompor tua yang setia, khususnya di malam hari saat semua orang sudah terlelap, saya punya begitu banyak waktu untuk melamun, merenung dan berpikir. Banyak hal yang terlintas di benakku, mulai dari masalah sehari-hari, cerita film yang pernah saya tonton, sampai cita-cita dan angan-angan kosong yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Tetapi entah kenapa ada satu topik yang hamper mendominasi pikiranku malam itu. Cinta.
Mengapa cinta? Entahlah, saya merasa banyak hal yang saya alami dalam kehidupan cinta manusia ter-refleksikan dalam proses pembuatan pudding ini.
Pertama-tama adalah desain. Begitu banyak desain dan model cinta yang ada di dunia. Cinta Tuhan kepada manusia, cinta orang tua kepada anak, cinta antara pria dan wanita, dan cinta kepada sesama. Kadang-kadang kita jumpai hubungan cinta yang salah desain, yang modelnya kurang cocok. Misalnya, cinta suami istri diberikan kepada selingkuhan, cinta orang tua kepada anak yang tidak diberikan sesuai desain yang disepakati, cinta Tuhan pada manusia yang disia-siakan, dan masih banyak lagi penyelewengan lainnya.
Yang kedua adalah tahapan atau lapisan dalam hubungan percintaan. Setiap hubungan kasih pasti melalui tahapan-tahapan yang berlapis. Ada yang lapisannya banyak, ada pula yang sedikit tergantung desain yang disepakati. Setiap tahap harus dikerjakan secara berurutan sesuai dengan desainnya. Tidak boleh ada yang dilewati, walaupun kadang-kadang ada tahapan yang harus diulangi.
Yang ketiga adalah proses pengerjaannya. Mulai dari pemilihan bahan-bahan yang tepat dan berkualitas sampai dengan proses pembuatan yang cermat dan penuh kesabaran agar dicapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diinginkan.
Akhirnya, saya mencoba memformulasikan suatu resep pudding cinta yang berlaku universal, bisa dinikmati oleh segala lapisan masyarakat dan usia, sarat dengan bahan-bahan yang alami dan bermanfaat, serta ekonomis dan tahan selama-lamanya.
PUDDING CINTA
Lapisan Pertama -> Perkenalan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus niat baik (tersedia dalam berbagai pilihan rasa : teman, pacar, orang tua, dll)
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 800 cc ketulusan
• Rasa humor secukupnya untuk hiasan
Cara membuat :
1. Campurkan niat baik dan keterbukaan dalam wadah hati yang lapang.
2. Larutkan dalam ketulusan yang murni (tanpa bahan kepura-puraan).
3. Jerang di atas api kecil sampai matang.
4. Tambahkan komunikasi sedikit demi sedikit, aduk rata, lalu matikan api.
5. Setelah matang, hiasi dengan rasa humor sesuai selera.
Lapisan Kedua -> Penyesuaian/Penjajakan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus keseriusan
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc kebesaran hati untuk menerima kekurangan
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api kecil sambil diaduk-aduk sampai benar-benar matang.
Tips : Untuk tahap ini diperlukan kesabaran karena prosesnya agak lama dan resiko gagalnya cukup besar.
Lapisan ketiga -> Penerimaan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus komitmen
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc cinta tanpa campuran apapun
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api kecil sambil diaduk-aduk sampai benar-benar matang.
Tips : Lapisan ini sangat penting karena jika lapisan ini tidak kuat tidak akan dapat menopang lapisan-lapisan selanjutnya.
Lapisan keempat -> Pertumbuhan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus dukungan
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 1000 cc kepercayaan
• Sejumput kreatifitas
Cara membuat :
1. Campurkan semua bahan kecuali kreatifitas.
2. Jerang di atas api kecil sampai setengah matang.
3. Larutkan kreatifitas dengan sedikit adonan setengah matang.
4. Campurkan ke dalam adonan, masak hingga matang.
Tips : Hati-hati mencampurkan kreatifitas karena adonan kepercayaan ini sangat rentan . Jaga jangan sampai pecah-pecah.
Lapisan kelima -> Kemantapan
Bahan-bahan :
• 1 bungkus rasa aman
• 100 gram keterbukaan
• 250 gram komunikasi
• 400 cc kesetiaan
• 400 cc kasih abadi
Cara membuat :
1. Campurkan rasa aman, keterbukaan, komunikasi dan kesetiaan.
2. Jerang di atas api sambil dituangi kasih abadi sedikit-sedikit sampai habis.
3. Masak sampai benar-benar matang dan harum.
Sajikan pudding cinta 5 lapis ini dengan Vla Iman dan Pimpinan Tuhan
Vla Iman dan Pimpinan Tuhan
Bahan-bahan :
• 500 cc doa
• 500 cc Firman Tuhan
• 100 gram persekutuan
• 50 gram ibadah
Cara membuat :
1. Campur semua bahan jadi satu.
2. Jerang di atas api sampai mendidih
3. Kentalkan dengan sedikit kesaksian
Selamat mencoba!
Sharing : Kejadian-kejadian dalam Hidup Berkeluarga Sehari-hari (5) Episode Piknik
Seminggu yang lalu, kami sekeluarga bersama keluarga sahabat kami (Amul dari 4 Sekawan. Sebetulnya Wina pun berencana ikut tetapi tidak jadi karena ada halangan dan Adag tidak bisa diajak karena sudah pulang ke Australia) memutuskan untuk pergi piknik bersama di Hari Minggu. Tujuannya selain untuk bertemu (karena kami jarang bisa bertemu karena kesibukan sehari-hari), juga untuk berekreasi dan menyegarkan fisik dan mental kami yang stress karena tekanan pekerjaan dan kegiatan rutin setiap hari. Kami memutuskan untuk berpiknik gaya “jadul” (jaman dulu) dengan membawa nasi dan lauk-pauknya dari rumah. Lokasi kami sepakati di Lembah Bougenville – Maribaya, Bandung.
Sehari sebelumnya aku dan Amul (para ibu-ibu) sudah sibuk mempersiapkan menu dan apa-apa yang akan dibawa besok. Aku memutuskan untuk membeli nugget, sosis dan kentang goreng dengan alasan kepraktisan dan kemudahan dinikmati oleh anak-anak. Aku juga membawa sekotak teri medan goreng kering (yang ini special request dari Chandra, suamiku), satu termos besar nasi panas yang dilapisi lap bersih supaya panasnya tahan lama, beberapa butir tomat segar yang sudah dicuci bersih dan satu stoples besar emping manis oleh-oleh dari sahabat kami yang beberapa waktu lalu berkunjung dari Surabaya. Tidak ketinggalan aku pun membawa tikar untuk alas duduk kami di sana nanti. Tak lupa aku menyiapkan piring plastik, sendok plastik, pisau lipat, tissue basah dan kering, serta air minum dan baju ganti serta jaket untuk anak-anak.
Amul, seorang ibu dengan bayi berusia 9 bulan tanpa pembantu yang super sibuk karena juga masih menerima kursus bahasa mandarin untuk anak-anak di rumahnya, masih menyempatkan diri untuk menyiapkan sambal goreng hati-petai andalannya dan kare buatan sendiri untuk teman piknik keesokan harinya. Wuihhh!! Kebayang deh, masak sambal goreng itu kan memakan waktu sampai 3 jam, belum persiapan membersihkan, memotong-motong daging, hati dan petai menjadi dadu kecil-kecil. Belum lagi membersihkan dan mengulek sejumlah besar bumbu untuk sambal goreng dan kare buatannya yang tersohor itu (di kalangan keluarga dan teman-teman yang sudah pernah mencobanya dan ketagihan, hehehe). Dia juga masih harus menyiapkan susu, bubur bayi, termos, baju ganti, pampers, gendongan, dan berbagai perlengkapan bayi lainnya.
Pada Hari Minggu yang telah ditentukan kami menjemput Amul sekeluarga dengan kondisi bagasi mobil yang hampir penuh karena ternyata anak-anak kami masih membawa berbagai cemilan, bola sepak, rubik, robot-robotan, dan beberapa mainan lainnya. Sesampainya di rumah Amul barang bawaan kami bertambah dengan rantang berisi sayur dan 2 tas besar berisi perlengkapan bayi. Maka, penuhlah bagasi mobil kami yang memang tidak terlalu besar itu.
Dengan ceria kami pun berangkat ke Maribaya. Sepanjang perjalanan untunglah Lucky dan Chris cukup beradab (tidak ramai dan bertengkar seperti biasanya). Vely si bayi pun duduk tenang sepanjang perjalanan yang memakan waktu lebih dari 1 jam tersebut. Mungkin karena ada koko-koko yang aneh dan berisik serta pemandangan yang menarik sepanjang perjalanan membuatnya terkesima dan tidak terpikir untuk rewel. Maklumlah sehari-hari Vely menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Keluar rumah paling-paling untuk berkunjung ke rumah Kakek Neneknya atau ke dokter.
Di perjalanan langit yang cerah sempat berubah mendung. Kami agak khawatir dan berdoa supaya tidak hujan karena takut acara piknik kami gagal akibat hujan. Tapi puji Tuhan sesampainya di Lembah Bougenville cuaca cukup bersahabat. Agak mendung (menyebabkan udara menjadi sejuk dan panas matahari tidak terlalu menyengat), tetapi tidak sampai hujan.
Kami pun membayar tiket masuk seharga Rp.10.000,- per orang (kecuali Chris dan Vely gratis) dan memboyong barang bawaan kami yang ‘aujubileh’ banyaknya ke dalam komplek rekreasi tersebut. Ternyata hari itu cukup ramai. Ada rombongan reuni suatu SMA Negeri terkemuka di Bandung yang berkumpul di rumah makan Lembah Bougenville, di pendopo Lembah Bougenville ada pula rombongan kaum usia indah yang tergabung dalam kelompok “Happy Club” seperti yang tertera di kaos seragam yang mereka kenakan. Belum lagi keluarga-keluarga pengunjung lainnya yang mungkin berencana untuk piknik seperti kami.
Kami sengaja berjalan agak jauh ke dalam lembah untuk mencari tempat piknik yang tidak terlalu ramai. Akhirnya kami memutuskan untuk berpiknik di dekat kolam ikan. Tetapi sayang saung (semacam gazebo untuk berkumpul dan bersantai) yang nyaman dan strategis sudah ditempati keluarga lain. Untunglah petugas di sana memberikan informasi bahwa saung-saung di Lotus Garden di dekat rumah burung masih kosong. Dan benarlah, di sebelah sana seluruh saung masih kosong, dan di sampingnya terdapat playground kecil tempat anak-anak kami bisa bermain.
Kami pun segera menggelar tikar yang kami bawa dan mengeluarkan semua ransum perbekalan yang sudah kami siapkan. Tanpa basa-basi kami sekeluarga menyerbu hidangan luar biasa yang tersedia di depan kami. Tinggal Amul dan suaminya yang harus menahan lapar dan meneteskan air liur mononton kami sekeluarga makan karena mereka harus terlebih dahulu memberi makan dan mengurus bayi mereka. Sayang Vely tidak mau digendong oleh orang lain selain Papa dan Mamanya, jadi kami sama sekali tidak bisa membantu mereka. Maap ya Mul, hehehe… Vely tidak mau memakan bubur susu yang disiapkan Mamanya, dan memilih kue dorayaki yang kebetulan kubawa untuk cemilan. Ngga papa deh, ditambah susu kelihatannya dia cukup senang dan kenyang.
Anak-anak langsung menyerbu nasi, nugget, sosis dan kentang goreng lengkap dengan saos sambal dan saos tomat. Ronde pertama Chandra dimulai dengan nasi hangat plus teri medan kering yang sudah lama diidamkannya. Ronde kedua diisi dengan nasi plus sambal goreng dan kare yang pedas dan kaya rasa ditemani emping manis suroboyo. Ronde ketiga adalah mencomot nugget, sosis dan kentang goreng (niatnya sedikit tapi jadinya banyak). Dan ronde terakhir adalah menyantap potongan-potongan tomat segar sambil berbaring kekenyangan (dan mengantuk) di tikar.
Sayang Chandra tidak dapat bermalas-malasan terlalu lama karena anak-anak mendaulatnya untuk bermain bola bersama mereka. Jadilah aku menemani Amul makan siang sementara Very mengajak Vely berjalan-jalan. Kami pun memuaskan hasrat mengobrol kami setelah sekian lama tidak bertemu. Dua orang wanita yang tiap hari bertemu saja selalu mempunyai banyak bahan untuk diperbincangkan, apalagi kami dua sahabat yang jarang bertemu. Kalau saja Lucky anak sulungku tidak datang berlari-lari membawa kabar bahwa Chris sakit perut mungkin kami akan tetap mengobrol dan tertawa-tawa sampai malam.
Aku berlari-lari menuju lapangan rumput tempat Chandra dan anak-anak bermain bola sementara Amul menggantikan Very mengasuh Vely supaya Very bisa makan. Di tengah perjalanan menuju lapangan rumput aku bertemu dengan Chandra yang menggendong Chris dan membawa kabar buruk.
“Ngga ketahan San. Udah keburu keluar di celana.”
Gubrak! Segera aku menggendong Chris dan membawanya ke toilet yang untungnya cukup bersih dan terletak dekat dengan saung tempat kami berpiknik.
Setelah selesai membereskan Chris dan mencuci celananya yang kondisinya tidak mungkin kuceritakan di sini, aku memakaikan Chris celana ganti yang untungnya sudah kupersiapkan kalau-kalau baju anak-anak kotor setelah bermain di alam bebas. Sempat aku merasa heran karena kejadian seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Chris selalu bilang saat ingin buang air dan tidak pernah sampai tidak tertahan sebelum sampai di toilet.
Anak-anak pun kembali bermain (kali ini di playground di samping saung kami) dan para orang tua bercengkrama di tikar. Chandra memutar koleksi lagu-lagu dari telepon genggamnya dan semilir angin pegunungan membuat kami begitu menikmati sore itu.
Beberapa waktu kemudian kembali Lucky berlari-lari mendapati kami dengan kabar buruk.
“Ma, Chris nya eek lagi!”
Gubrak Gedubrak Brang Breng Brak! Aku hanya membawa satu celana ganti. Bagaimana ini? Akhirnya setelah membersihkan Chris dan celananya yang kondisinya lebih parah dari yang pertama, aku memakaikannya celana Lucky yang tentu saja sangat kebesaran di tubuhnya. Untunglah Amul menyelamatkan keadaan dengan seutas karet gelang. Diikatnya sebelah dari bagian pinggang celana Lucky dengan karet gelang itu sehingga tidak merosot lagi. Chris pun kembali berlari-lari dengan ceria.
“Kayanya ada yang ngga beres deh San,”kata Amul,”Masa eek di celana sampai 2 kali? Ngga biasanya deh.”
Benar juga, pikirku. Untung Amul selalu membawa persediaan obat-obatan lengkap di tas nya. Aku pun menggerus setengah butir pil Diatabs dan melarutkannya dengan sedikit air untuk diberikan pada Chris. Syukurlah dia tidak buang air lagi sampai kami pulang malam harinya. Usut punya usut keesokan harinya akhirnya aku menemukan penyebab sakit perut Chris adalah obat dari dokter yang diberikan kepada Chris sore sebelumnya karena pilek. Ternyata tertera efek samping obat tersebut adalah diare, mual dan muntah. Segera kuberhentikan obat itu, lagipula pileknya sudah sembuh kok.
Hari semakin sore dan udara semakin dingin. Amul dan Very mengganti popok dan baju Vely dengan pakaian yang lebih hangat. Hebat sekali gadis kecil itu. Ia tidak tidur sama sekali hari itu. Mungkin begitu banyak hal yang menarik baginya di tempat ini. Sementara itu Lucky menendang bola sepaknya hingga masuk ke selokan besar yang airnya cukup deras. Belum sempat diambilnya bola itu terbawa arus dan masuk ke saluran pembuangan entah di mana. Chandra berusaha mengorek saluran pembuangan itu tanpa hasil. Berusaha ditelusurinya juga selokan itu tetapi mentok karena saluran tersebut mengarah ke bawah bangunan-bangunan dan tak bisa diikuti lagi. Terpaksa Lucky harus merelakan bola sepak kesayangannya.
Menjelang waktu pulang, langit sempat menurunkan hujan rintik-rintik. Gawat! Kami tidak membawa paying. Walaupun tempat kami berpiknik terlindung dari hujan karena dikelilingi semacam awning lebar, masa kami harus menunggu hujan sampai malam? Tetapi ternyata Tuhan memang baik. Tidak sampai 10 menit kemudian hujan sudah berhenti dan kami pun membereskan semua perlengkapan kami karena kami akan pulang.
Sebelum pulang, kami menyempatkan diri untuk memberi makan ikan-ikan di kolam yang memang disediakan bagi pengunjung untuk tujuan itu. Kami membeli beberapa bungkus pakan ikan dengan harga Rp.1.000,- per kantongnya. Begitu makanan ikan tersebut ditebarkan beratus-ratus ikan mas aneka warna yang besar-besar sebesar betis orang dewasa bermunculan dan berebut makanan tersebut. Beberapa ikan sampai nekat memanjat tubuh teman-temannya demi memperebutkan sebutir pellet makanan ikan itu. Berpuluh-puluh mulut ikan menganga ke arah kami dan kami membuat permainan berusaha melempar pellet langsung ke salah satu mulut yang terbuka itu. Ternyata sulit sekali. Tak satu pun dari kami yang berhasil. Chandra mencoba menaruh sejumput makanan ikan di telapak tangannya dan memasukkan tangan itu ke dalam air. Segera saja ia menjerit sambil menarik tangannya ke atas karena gerombolan ikan segera menyerbu dan memakan pellet itu dari tangannya. Bukannnya kapok, suamiku malah mengulanginya lagi, dan lagi, dan lagi hingga akhirnya Lucky pun ikut-ikutan. Tetapi Lucky hanya mencobanya 1 kali saja.
“Ngga tahan ih geli disedot-sedot banyak mulut ikan,” katanya.
Sementara itu Vely menatap semua kejadian itu dengan mata membelalak lebar dan kaki menyepak-nyepak. Bahkan cipratan-cipratan air yang terjadi karena liukan tubuh para ikan saat berebut makanan yang mengenai mukanya pun tak membuatnya menangis.
Setelah puas member makan ikan, kami pun berjalan kembali ke arah tempat parkir. Perjalanan pulang ini jauh lebih berat karena kalau tadi kami menuruni lembah, kali ini kami harus berjalan melalui jalan yang menanjak dengan curam. Di sanalah kami benar-benar merasa sudah tua. Karena paru-paru, pinggang dan otot-otot kaki kami protes keras disiksa seperti itu. Hanya anak-anak dan Chandra yang memang sering ikut lintas alam yang masih bersemangat dan bertenaga mendaki tanjakan itu.
Sesampainya di komplek utama teman rekreasi, kami tidak langsung pulang karena beberapa kali tertahan oleh sesuatu yang menarik. Pertama kami mengunjungi burung beo besar yang pandai menyiulkan lagu ‘Indonesia Raya’ dan fasih melafalkan ‘Pancasila’ karena dilatih oleh pemiliknya. Memang Lembah Bougenville ini dimiliki oleh seorang pensiunan Jenderal TNI keturunan Belanda yang cinta alam dan berjiwa nasionalis. Aneh bukan? Tapi Pak Jenderal Lambert ini sangat ramah dan bugar walaupun usianya sudah lanjut. Di sana dia juga membangun beberapa vila yang diberi nama sesuai dengan nama putri-putrinya yang memang cukup banyak. Vila-vila ini sangat nyaman dan artistik karena seluruh bangunan dan perabotannya terbuat dari kayu jati. Vila-vila ini sebenarnya disewakan untuk umum, paketnya sudah mencakup makan pagi-siang-malam dan snack yang lezat-lezat (terutama singkong goreng, pisang goreng dan susu murni nya yang benar-benar fresh karena diperah langsung dari peternakan di lembah ini juga). Tapi bila kau tertarik untuk menginap di sini jangan harap untuk menyewanya dalam waktu dekat karena semua vila sudah full-booked sampai 2 tahun ke depan untuk setiap weekend dan hari libur nasional maupun hari libur anak-anak sekolah.
Setelah mengunjungi si Beo, kami sempat bermain dahulu di playground besar yang ada di tengah-tengah halaman komplek vila. Setelah itu kami juga mencoba berjalan di jalur melingkar yang dipenuhi kerikil bulat-bulat untuk terapi refleksi kaki. Suamiku memaksaku berjalan 1 keliling dan aku menjerit-jerit sepanjang jalan itu karena ternyata rasanya sangat menyakitkan. Kata Amul berarti di tubuhku banyak penyakit. Sakit di sekitar tumit berarti ada masalah di sekitar pencernaan, sakit di bawah jari-jari kaki berarti ada masalah di daerah bahu, leher dan kepala, dan sakit-sakit lainnya yang aku tidak ingat semua. Maklumlah, Amul memang tertarik dan sedikit banyak mempelajari mengenai pengobatan tradisional tiongkok.
Sayang penyewaan sepeda sudah tutup pada jam sesore itu. Lagipula hujan rintik-rintik mulai turun lagi. Akhirnya kami pun terpaksa pulang juga. Tapi masih ada 1 lagi yang ketinggalan. Di pelataran parkir Lembah Bougenville terdapat kios-kios penjual sayur-sayuran segar yang benar-benar segar dengan harga yang cukup murah. Jenis-jenis sayur yang dijualnya pun bukan sayur biasa.
Ada jagung jepang yang sedikit lebih kecil dari jagung lokal dan berwarna pucat tetapi bulir-bulirnya tampak membulat hampir transparan dan berkilau seperti mutiara-mutiara kecil. Rasanya pun sangat renyah dan manis sampai-sampai jagung ini dapat dinikmati dalam keadaan mentah. Bila kita ingin merebusnya, hanya diperlukan waktu 5 menit saja untuk mematangkannya. Begitu digigit, akan terdengar bunyi “Kacruk!” yang nyaring dan air dari setiap bulir yang pecah terkena gigitan kita akan memancar dan berbaur dengan daging jagung yang renyah dan manis itu. Pokoknya nikmat deh. Chris saja bisa menghabiskan 2 tongkol jagung jepang rebus sendirian dalam sekali makan.
Ada pula tomat ceri yang kecil-kecil seperti buah ceri. Rasanya manis asam (lebih manis dari tomat biasa) dan berair banyak. Sangat enak untuk dimakan sebagai cemilan sehat tanpa diolah sama sekali. Cukup dicuci bersih dan sekantong tomat ceri akan menghilang ke dalam perut kami sekeluarga dalam sekejap mata.
Kemudian ada beberapa jenis jamur yang hampir seperti jamur putih yang biasa dijual di pasar-pasar. Tetapi jamur-jamur ini lebih segar dan lebar-lebar sebesar telapak tangan. Lagipula tersedia dua macam jamur, yang berwarna putih dan berwarna kehitaman. Amul bilang jamur ini sangat enak apabila digoreng setelah dibumbui dengan saus tiram kemudian dimasak dengan bawang dan cabai paprika. Wuihh! Membayangkannya saja sudah membuat perutku lapar lagi, hahaha…
Dan masih banyak jenis sayuran lain seperti baby buncis yang segar dan harganya sepertiga dari harganya di pasar swalayan. Kalau yang ini digoreng sebentar dan disajikan dengan daging cincang bumbu se chuan, hmmm… Ada juga sayur labu yang enak untuk dibuat kolak, ubi jepang yang enak bila dipanggang di oven, dan beberapa buah-buahan seperti alpukat mentega dan berbagai jenis pisang. Hanya satu hal yang agak mengganggu, semua penjual berebut menawarkan dagangannya dan berusaha membujuk kami untuk berbelanja di kiosnya sehingga kami agak pusing dibuatnya. Tapi hanya dalam waktu 15 menit saja bagasi mobil kami sudah dipenuhi berkantong-kantong belanjaan sayur mayur segar (Untung ransum makanan sudah berpindah ke perut kami jadi ada ruang cukup untuk menaruh belanjaan kami).
Akhirnya kami pulang juga. Sepanjang perjalanan pulang dari Maribaya sampai Lembang, kabut tebal menyelimuti kendaraan kami sehingga Chandra terpaksa mengemudi dengan kecepatan rendah. Sesampainya di Lembang, kami pun dihadapkan dengan macet total berkilo-kilo meter jauhnya. Untung saja Chandra mengetahui jalan-jalan alternatif yang membantu kami menghindar dari jebakan macet yang terlalu lama. Sementara itu matahari sudah tenggelam dan anak-anak (termasuk Vely) tertidur pulas karena kelelahan.
Kami sempat berhenti untuk makan malam si sebuah warung steak langganan kami. Kembali Amul dan Very berkutat memberi makan bayi mereka dahulu. Tapi mungkin karena hari ini cukup melelahkan, Vely makan dengan lahap dan mudah malam itu. Sabar ya Mul, setahun ke depan segalanya akan menjadi lebih mudah kok, hehehe…
Setelah perut kami terisi, kami pun mengantarkan Amul sekeluarga pulang ke rumahnya. Tanpa mampir dahulu kami langsung pamit pulang. Malam itu kami sekeluarga pun “tewas” dengan suksesnya sampai pagi karena capai tapi puas dan senang sekali hari itu. :D
Sehari sebelumnya aku dan Amul (para ibu-ibu) sudah sibuk mempersiapkan menu dan apa-apa yang akan dibawa besok. Aku memutuskan untuk membeli nugget, sosis dan kentang goreng dengan alasan kepraktisan dan kemudahan dinikmati oleh anak-anak. Aku juga membawa sekotak teri medan goreng kering (yang ini special request dari Chandra, suamiku), satu termos besar nasi panas yang dilapisi lap bersih supaya panasnya tahan lama, beberapa butir tomat segar yang sudah dicuci bersih dan satu stoples besar emping manis oleh-oleh dari sahabat kami yang beberapa waktu lalu berkunjung dari Surabaya. Tidak ketinggalan aku pun membawa tikar untuk alas duduk kami di sana nanti. Tak lupa aku menyiapkan piring plastik, sendok plastik, pisau lipat, tissue basah dan kering, serta air minum dan baju ganti serta jaket untuk anak-anak.
Amul, seorang ibu dengan bayi berusia 9 bulan tanpa pembantu yang super sibuk karena juga masih menerima kursus bahasa mandarin untuk anak-anak di rumahnya, masih menyempatkan diri untuk menyiapkan sambal goreng hati-petai andalannya dan kare buatan sendiri untuk teman piknik keesokan harinya. Wuihhh!! Kebayang deh, masak sambal goreng itu kan memakan waktu sampai 3 jam, belum persiapan membersihkan, memotong-motong daging, hati dan petai menjadi dadu kecil-kecil. Belum lagi membersihkan dan mengulek sejumlah besar bumbu untuk sambal goreng dan kare buatannya yang tersohor itu (di kalangan keluarga dan teman-teman yang sudah pernah mencobanya dan ketagihan, hehehe). Dia juga masih harus menyiapkan susu, bubur bayi, termos, baju ganti, pampers, gendongan, dan berbagai perlengkapan bayi lainnya.
Pada Hari Minggu yang telah ditentukan kami menjemput Amul sekeluarga dengan kondisi bagasi mobil yang hampir penuh karena ternyata anak-anak kami masih membawa berbagai cemilan, bola sepak, rubik, robot-robotan, dan beberapa mainan lainnya. Sesampainya di rumah Amul barang bawaan kami bertambah dengan rantang berisi sayur dan 2 tas besar berisi perlengkapan bayi. Maka, penuhlah bagasi mobil kami yang memang tidak terlalu besar itu.
Dengan ceria kami pun berangkat ke Maribaya. Sepanjang perjalanan untunglah Lucky dan Chris cukup beradab (tidak ramai dan bertengkar seperti biasanya). Vely si bayi pun duduk tenang sepanjang perjalanan yang memakan waktu lebih dari 1 jam tersebut. Mungkin karena ada koko-koko yang aneh dan berisik serta pemandangan yang menarik sepanjang perjalanan membuatnya terkesima dan tidak terpikir untuk rewel. Maklumlah sehari-hari Vely menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Keluar rumah paling-paling untuk berkunjung ke rumah Kakek Neneknya atau ke dokter.
Di perjalanan langit yang cerah sempat berubah mendung. Kami agak khawatir dan berdoa supaya tidak hujan karena takut acara piknik kami gagal akibat hujan. Tapi puji Tuhan sesampainya di Lembah Bougenville cuaca cukup bersahabat. Agak mendung (menyebabkan udara menjadi sejuk dan panas matahari tidak terlalu menyengat), tetapi tidak sampai hujan.
Kami pun membayar tiket masuk seharga Rp.10.000,- per orang (kecuali Chris dan Vely gratis) dan memboyong barang bawaan kami yang ‘aujubileh’ banyaknya ke dalam komplek rekreasi tersebut. Ternyata hari itu cukup ramai. Ada rombongan reuni suatu SMA Negeri terkemuka di Bandung yang berkumpul di rumah makan Lembah Bougenville, di pendopo Lembah Bougenville ada pula rombongan kaum usia indah yang tergabung dalam kelompok “Happy Club” seperti yang tertera di kaos seragam yang mereka kenakan. Belum lagi keluarga-keluarga pengunjung lainnya yang mungkin berencana untuk piknik seperti kami.
Kami sengaja berjalan agak jauh ke dalam lembah untuk mencari tempat piknik yang tidak terlalu ramai. Akhirnya kami memutuskan untuk berpiknik di dekat kolam ikan. Tetapi sayang saung (semacam gazebo untuk berkumpul dan bersantai) yang nyaman dan strategis sudah ditempati keluarga lain. Untunglah petugas di sana memberikan informasi bahwa saung-saung di Lotus Garden di dekat rumah burung masih kosong. Dan benarlah, di sebelah sana seluruh saung masih kosong, dan di sampingnya terdapat playground kecil tempat anak-anak kami bisa bermain.
Kami pun segera menggelar tikar yang kami bawa dan mengeluarkan semua ransum perbekalan yang sudah kami siapkan. Tanpa basa-basi kami sekeluarga menyerbu hidangan luar biasa yang tersedia di depan kami. Tinggal Amul dan suaminya yang harus menahan lapar dan meneteskan air liur mononton kami sekeluarga makan karena mereka harus terlebih dahulu memberi makan dan mengurus bayi mereka. Sayang Vely tidak mau digendong oleh orang lain selain Papa dan Mamanya, jadi kami sama sekali tidak bisa membantu mereka. Maap ya Mul, hehehe… Vely tidak mau memakan bubur susu yang disiapkan Mamanya, dan memilih kue dorayaki yang kebetulan kubawa untuk cemilan. Ngga papa deh, ditambah susu kelihatannya dia cukup senang dan kenyang.
Anak-anak langsung menyerbu nasi, nugget, sosis dan kentang goreng lengkap dengan saos sambal dan saos tomat. Ronde pertama Chandra dimulai dengan nasi hangat plus teri medan kering yang sudah lama diidamkannya. Ronde kedua diisi dengan nasi plus sambal goreng dan kare yang pedas dan kaya rasa ditemani emping manis suroboyo. Ronde ketiga adalah mencomot nugget, sosis dan kentang goreng (niatnya sedikit tapi jadinya banyak). Dan ronde terakhir adalah menyantap potongan-potongan tomat segar sambil berbaring kekenyangan (dan mengantuk) di tikar.
Sayang Chandra tidak dapat bermalas-malasan terlalu lama karena anak-anak mendaulatnya untuk bermain bola bersama mereka. Jadilah aku menemani Amul makan siang sementara Very mengajak Vely berjalan-jalan. Kami pun memuaskan hasrat mengobrol kami setelah sekian lama tidak bertemu. Dua orang wanita yang tiap hari bertemu saja selalu mempunyai banyak bahan untuk diperbincangkan, apalagi kami dua sahabat yang jarang bertemu. Kalau saja Lucky anak sulungku tidak datang berlari-lari membawa kabar bahwa Chris sakit perut mungkin kami akan tetap mengobrol dan tertawa-tawa sampai malam.
Aku berlari-lari menuju lapangan rumput tempat Chandra dan anak-anak bermain bola sementara Amul menggantikan Very mengasuh Vely supaya Very bisa makan. Di tengah perjalanan menuju lapangan rumput aku bertemu dengan Chandra yang menggendong Chris dan membawa kabar buruk.
“Ngga ketahan San. Udah keburu keluar di celana.”
Gubrak! Segera aku menggendong Chris dan membawanya ke toilet yang untungnya cukup bersih dan terletak dekat dengan saung tempat kami berpiknik.
Setelah selesai membereskan Chris dan mencuci celananya yang kondisinya tidak mungkin kuceritakan di sini, aku memakaikan Chris celana ganti yang untungnya sudah kupersiapkan kalau-kalau baju anak-anak kotor setelah bermain di alam bebas. Sempat aku merasa heran karena kejadian seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Chris selalu bilang saat ingin buang air dan tidak pernah sampai tidak tertahan sebelum sampai di toilet.
Anak-anak pun kembali bermain (kali ini di playground di samping saung kami) dan para orang tua bercengkrama di tikar. Chandra memutar koleksi lagu-lagu dari telepon genggamnya dan semilir angin pegunungan membuat kami begitu menikmati sore itu.
Beberapa waktu kemudian kembali Lucky berlari-lari mendapati kami dengan kabar buruk.
“Ma, Chris nya eek lagi!”
Gubrak Gedubrak Brang Breng Brak! Aku hanya membawa satu celana ganti. Bagaimana ini? Akhirnya setelah membersihkan Chris dan celananya yang kondisinya lebih parah dari yang pertama, aku memakaikannya celana Lucky yang tentu saja sangat kebesaran di tubuhnya. Untunglah Amul menyelamatkan keadaan dengan seutas karet gelang. Diikatnya sebelah dari bagian pinggang celana Lucky dengan karet gelang itu sehingga tidak merosot lagi. Chris pun kembali berlari-lari dengan ceria.
“Kayanya ada yang ngga beres deh San,”kata Amul,”Masa eek di celana sampai 2 kali? Ngga biasanya deh.”
Benar juga, pikirku. Untung Amul selalu membawa persediaan obat-obatan lengkap di tas nya. Aku pun menggerus setengah butir pil Diatabs dan melarutkannya dengan sedikit air untuk diberikan pada Chris. Syukurlah dia tidak buang air lagi sampai kami pulang malam harinya. Usut punya usut keesokan harinya akhirnya aku menemukan penyebab sakit perut Chris adalah obat dari dokter yang diberikan kepada Chris sore sebelumnya karena pilek. Ternyata tertera efek samping obat tersebut adalah diare, mual dan muntah. Segera kuberhentikan obat itu, lagipula pileknya sudah sembuh kok.
Hari semakin sore dan udara semakin dingin. Amul dan Very mengganti popok dan baju Vely dengan pakaian yang lebih hangat. Hebat sekali gadis kecil itu. Ia tidak tidur sama sekali hari itu. Mungkin begitu banyak hal yang menarik baginya di tempat ini. Sementara itu Lucky menendang bola sepaknya hingga masuk ke selokan besar yang airnya cukup deras. Belum sempat diambilnya bola itu terbawa arus dan masuk ke saluran pembuangan entah di mana. Chandra berusaha mengorek saluran pembuangan itu tanpa hasil. Berusaha ditelusurinya juga selokan itu tetapi mentok karena saluran tersebut mengarah ke bawah bangunan-bangunan dan tak bisa diikuti lagi. Terpaksa Lucky harus merelakan bola sepak kesayangannya.
Menjelang waktu pulang, langit sempat menurunkan hujan rintik-rintik. Gawat! Kami tidak membawa paying. Walaupun tempat kami berpiknik terlindung dari hujan karena dikelilingi semacam awning lebar, masa kami harus menunggu hujan sampai malam? Tetapi ternyata Tuhan memang baik. Tidak sampai 10 menit kemudian hujan sudah berhenti dan kami pun membereskan semua perlengkapan kami karena kami akan pulang.
Sebelum pulang, kami menyempatkan diri untuk memberi makan ikan-ikan di kolam yang memang disediakan bagi pengunjung untuk tujuan itu. Kami membeli beberapa bungkus pakan ikan dengan harga Rp.1.000,- per kantongnya. Begitu makanan ikan tersebut ditebarkan beratus-ratus ikan mas aneka warna yang besar-besar sebesar betis orang dewasa bermunculan dan berebut makanan tersebut. Beberapa ikan sampai nekat memanjat tubuh teman-temannya demi memperebutkan sebutir pellet makanan ikan itu. Berpuluh-puluh mulut ikan menganga ke arah kami dan kami membuat permainan berusaha melempar pellet langsung ke salah satu mulut yang terbuka itu. Ternyata sulit sekali. Tak satu pun dari kami yang berhasil. Chandra mencoba menaruh sejumput makanan ikan di telapak tangannya dan memasukkan tangan itu ke dalam air. Segera saja ia menjerit sambil menarik tangannya ke atas karena gerombolan ikan segera menyerbu dan memakan pellet itu dari tangannya. Bukannnya kapok, suamiku malah mengulanginya lagi, dan lagi, dan lagi hingga akhirnya Lucky pun ikut-ikutan. Tetapi Lucky hanya mencobanya 1 kali saja.
“Ngga tahan ih geli disedot-sedot banyak mulut ikan,” katanya.
Sementara itu Vely menatap semua kejadian itu dengan mata membelalak lebar dan kaki menyepak-nyepak. Bahkan cipratan-cipratan air yang terjadi karena liukan tubuh para ikan saat berebut makanan yang mengenai mukanya pun tak membuatnya menangis.
Setelah puas member makan ikan, kami pun berjalan kembali ke arah tempat parkir. Perjalanan pulang ini jauh lebih berat karena kalau tadi kami menuruni lembah, kali ini kami harus berjalan melalui jalan yang menanjak dengan curam. Di sanalah kami benar-benar merasa sudah tua. Karena paru-paru, pinggang dan otot-otot kaki kami protes keras disiksa seperti itu. Hanya anak-anak dan Chandra yang memang sering ikut lintas alam yang masih bersemangat dan bertenaga mendaki tanjakan itu.
Sesampainya di komplek utama teman rekreasi, kami tidak langsung pulang karena beberapa kali tertahan oleh sesuatu yang menarik. Pertama kami mengunjungi burung beo besar yang pandai menyiulkan lagu ‘Indonesia Raya’ dan fasih melafalkan ‘Pancasila’ karena dilatih oleh pemiliknya. Memang Lembah Bougenville ini dimiliki oleh seorang pensiunan Jenderal TNI keturunan Belanda yang cinta alam dan berjiwa nasionalis. Aneh bukan? Tapi Pak Jenderal Lambert ini sangat ramah dan bugar walaupun usianya sudah lanjut. Di sana dia juga membangun beberapa vila yang diberi nama sesuai dengan nama putri-putrinya yang memang cukup banyak. Vila-vila ini sangat nyaman dan artistik karena seluruh bangunan dan perabotannya terbuat dari kayu jati. Vila-vila ini sebenarnya disewakan untuk umum, paketnya sudah mencakup makan pagi-siang-malam dan snack yang lezat-lezat (terutama singkong goreng, pisang goreng dan susu murni nya yang benar-benar fresh karena diperah langsung dari peternakan di lembah ini juga). Tapi bila kau tertarik untuk menginap di sini jangan harap untuk menyewanya dalam waktu dekat karena semua vila sudah full-booked sampai 2 tahun ke depan untuk setiap weekend dan hari libur nasional maupun hari libur anak-anak sekolah.
Setelah mengunjungi si Beo, kami sempat bermain dahulu di playground besar yang ada di tengah-tengah halaman komplek vila. Setelah itu kami juga mencoba berjalan di jalur melingkar yang dipenuhi kerikil bulat-bulat untuk terapi refleksi kaki. Suamiku memaksaku berjalan 1 keliling dan aku menjerit-jerit sepanjang jalan itu karena ternyata rasanya sangat menyakitkan. Kata Amul berarti di tubuhku banyak penyakit. Sakit di sekitar tumit berarti ada masalah di sekitar pencernaan, sakit di bawah jari-jari kaki berarti ada masalah di daerah bahu, leher dan kepala, dan sakit-sakit lainnya yang aku tidak ingat semua. Maklumlah, Amul memang tertarik dan sedikit banyak mempelajari mengenai pengobatan tradisional tiongkok.
Sayang penyewaan sepeda sudah tutup pada jam sesore itu. Lagipula hujan rintik-rintik mulai turun lagi. Akhirnya kami pun terpaksa pulang juga. Tapi masih ada 1 lagi yang ketinggalan. Di pelataran parkir Lembah Bougenville terdapat kios-kios penjual sayur-sayuran segar yang benar-benar segar dengan harga yang cukup murah. Jenis-jenis sayur yang dijualnya pun bukan sayur biasa.
Ada jagung jepang yang sedikit lebih kecil dari jagung lokal dan berwarna pucat tetapi bulir-bulirnya tampak membulat hampir transparan dan berkilau seperti mutiara-mutiara kecil. Rasanya pun sangat renyah dan manis sampai-sampai jagung ini dapat dinikmati dalam keadaan mentah. Bila kita ingin merebusnya, hanya diperlukan waktu 5 menit saja untuk mematangkannya. Begitu digigit, akan terdengar bunyi “Kacruk!” yang nyaring dan air dari setiap bulir yang pecah terkena gigitan kita akan memancar dan berbaur dengan daging jagung yang renyah dan manis itu. Pokoknya nikmat deh. Chris saja bisa menghabiskan 2 tongkol jagung jepang rebus sendirian dalam sekali makan.
Ada pula tomat ceri yang kecil-kecil seperti buah ceri. Rasanya manis asam (lebih manis dari tomat biasa) dan berair banyak. Sangat enak untuk dimakan sebagai cemilan sehat tanpa diolah sama sekali. Cukup dicuci bersih dan sekantong tomat ceri akan menghilang ke dalam perut kami sekeluarga dalam sekejap mata.
Kemudian ada beberapa jenis jamur yang hampir seperti jamur putih yang biasa dijual di pasar-pasar. Tetapi jamur-jamur ini lebih segar dan lebar-lebar sebesar telapak tangan. Lagipula tersedia dua macam jamur, yang berwarna putih dan berwarna kehitaman. Amul bilang jamur ini sangat enak apabila digoreng setelah dibumbui dengan saus tiram kemudian dimasak dengan bawang dan cabai paprika. Wuihh! Membayangkannya saja sudah membuat perutku lapar lagi, hahaha…
Dan masih banyak jenis sayuran lain seperti baby buncis yang segar dan harganya sepertiga dari harganya di pasar swalayan. Kalau yang ini digoreng sebentar dan disajikan dengan daging cincang bumbu se chuan, hmmm… Ada juga sayur labu yang enak untuk dibuat kolak, ubi jepang yang enak bila dipanggang di oven, dan beberapa buah-buahan seperti alpukat mentega dan berbagai jenis pisang. Hanya satu hal yang agak mengganggu, semua penjual berebut menawarkan dagangannya dan berusaha membujuk kami untuk berbelanja di kiosnya sehingga kami agak pusing dibuatnya. Tapi hanya dalam waktu 15 menit saja bagasi mobil kami sudah dipenuhi berkantong-kantong belanjaan sayur mayur segar (Untung ransum makanan sudah berpindah ke perut kami jadi ada ruang cukup untuk menaruh belanjaan kami).
Akhirnya kami pulang juga. Sepanjang perjalanan pulang dari Maribaya sampai Lembang, kabut tebal menyelimuti kendaraan kami sehingga Chandra terpaksa mengemudi dengan kecepatan rendah. Sesampainya di Lembang, kami pun dihadapkan dengan macet total berkilo-kilo meter jauhnya. Untung saja Chandra mengetahui jalan-jalan alternatif yang membantu kami menghindar dari jebakan macet yang terlalu lama. Sementara itu matahari sudah tenggelam dan anak-anak (termasuk Vely) tertidur pulas karena kelelahan.
Kami sempat berhenti untuk makan malam si sebuah warung steak langganan kami. Kembali Amul dan Very berkutat memberi makan bayi mereka dahulu. Tapi mungkin karena hari ini cukup melelahkan, Vely makan dengan lahap dan mudah malam itu. Sabar ya Mul, setahun ke depan segalanya akan menjadi lebih mudah kok, hehehe…
Setelah perut kami terisi, kami pun mengantarkan Amul sekeluarga pulang ke rumahnya. Tanpa mampir dahulu kami langsung pamit pulang. Malam itu kami sekeluarga pun “tewas” dengan suksesnya sampai pagi karena capai tapi puas dan senang sekali hari itu. :D
Langganan:
Postingan (Atom)